33
keuangannya yang telah jatuh tempo. Dalam keadaan seperti ini, likuidasi pembubaran perusahaan lebih baik dilakukan
daripada reorganisasi. Suatu bank dikatakan bermasalah jika bank yang bersangkutan
mengalami kesulitan yang bisa membahayakan kelangsungan usahanya, kondisi usaha bank semakin menurun, yang ditandai
dengan menurunnya permodalan, kualitas asset, likuiditas, serta pengelolaan bank yang tidak.
2.1.9. Diskriminan Altman
Z-Score
Menurut Ramadhani dan Lukviarman 2009:19 dalam jurnal penelitiannya, Altman 1968 adalah orang yang pertama yang menerapkan
Multiple Discriminant Analysis . Prediksi yang diformulasikan oleh Altman
dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-Score adalah sebagai berikut:
1. Model Altman Pertama
Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan yang pertama. Persamaan
kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman pertama yaitu:
Z = 1,2XI + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5 Keterangan:
Z = bankrupcy index
X1 = working capital total asset
X2 = retained earnings total asset
X3 = earning before interest and taxestotal asset X4 =
market value of equity book value of total debt X5 =
sales total asset
Universitas Sumatera Utara
34
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Jika nilai Z 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,8 Z 2,99 maka termasuk grey area tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan.
c. Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
2. Model Altman Revisi
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang
dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat
diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta. Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan.
Altman mengubah pembilang Market Value Of Equity pada X4 menjadi book value of equity
karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar untuk ekuitasnya.
Z’= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,108X3 + 0,42X4 + 0,988X5 Keterangan:
Z’ = bankrupcy index
X1 = working capital total asset
Universitas Sumatera Utara
35
X2 = retained earnings total asset X3 = earning before interest and taxestotal asset
X4 = book value of equity book value of total debt X5 = sales total asset
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z- score
model Altman 1983, yaitu: 1.
Jika nilai Z’ 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2.
Jika nilai 1,23 Z’ 2,9 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan. 3.
Jika nilai Z’ 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. 3.
Model Altman Modifikasi Seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai
jenis perusahaan. Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, sepeti manufaktur, non
manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang emerging market. Dalam Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi
variabel X5 salestotal asset karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang berbeda-beda. Berikut persamaan Z-
Score yang di Modifikasi Altman dkk 1995:
Z” = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Keterangan:
Z” = bankrupcy index
Universitas Sumatera Utara
36
X1 = working capitaltotal asset X2 = retained earnings total asset
X3 = earning before interest and taxestotal asset X4 = book value of equitybook value of total debt
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z- score
model Altman Modifikasi yaitu: a.
Jika nilai Z” 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b.
Jika nilai 1,1 Z” 2,6 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan. c.
Jika nilai Z” 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan rasio CAMEL, risiko perbankan dan financial distress dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam
Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO. PENELITI VARIABEL
PENELITIAN HASIL PENELITIAN
1. Nurzazi 2005
Dependen: Rasio
CAMELS Independen:
Financial Distress