Persamaan Diferensial Linier Orde Satu Persamaan Diferensial Linier Orde – n

13 , ,..., y y y n = turunan-turunan y terhadap x. Suatu derivatif atau turunan tertinggi yang terdapat dalam suatu persamaan diferensial merupakan orde dari suatu persamaan diferensial sedangkan degree derajat suatu persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari turunan tertinggi yang terdapat dalam suatu persamaan diferensial. Penyelesaian umum dari suatu persamaan diferensial adalah suatu penyelesaian yang didalamnya terdapat konstanta sebarang, ditulis dengan , , F x y c  ; c adalah konstanta Penyelesaian khusus particulir solution adalah suatu penyelesaian yang didalamnya sudah ditentukan konstanta sebarang menjadi konstanta absolut ditulis dengan , , o F x y c  . Jika terdapat variabel bebas yang tunggal, turunan merupakan turunan biasa maka persamaannya disebut persamaan diferensial biasa sedangkan jika terdapat dua atau lebih variabel bebas dan turunannya adalah turunan parsial maka persamannya disebut persamaan diferensial parsial Kartono, 1994.

2.7.2 Persamaan Diferensial Linier Orde Satu

Persamaan diferensial linier orde satu ditulis dalam bentuk   , , F x y y  atau , y F x y  . Penyelesaian umumnya adalah , y x c   di mana penyelesaiannya mengandung suatu konstanta c. Bila diberikan syarat awal x x  dan y y  maka konstanta c dapat dicari misalnya c c  . Penyelesaian atau jawaban untuk c c  dinamakan jawaban khusus dalam bentuk , y x c   Kartono, 1994.

2.7.3 Persamaan Diferensial Linier Orde – n

Bentuk umum persamaan diferensial linier orde n adalah 1 1 1 2 ... n n n n P y P y P y P y Q        . . . 2.12 Universitas Sumatera Utara 14 di mana P  dan Q  1 2 , ,..., n P P P adalah konstanta. Q adalah fungsi. Untuk menyederhanakan dan memudahkan perhitungan persamaan diferensial tersebut dapat digunakan operator D dimana d D dx  selanjutnya dapat ditulis menjadi 1 1 1 2 ... n n n n P D P D P D P y Q        . Suatu persamaan differensial linier orde n dengan keofisien konstan disebut homogen apabila Q = 0 sehingga bentuknya menjadi 1 1 1 2 ... n n n n P D P D P D P y        . . . 2.13 dapat juga ditulis 1 1 1 2 ... n n n n P D P D P D P        . . . 2.14 dapat juga difaktorkan menjadi 1 2 1 ... n n D m D m D m D m       dimana 1 2 1 , ... , n n m m m m  merupakan akar karakteristik dari persamaan 2.13 Kartono, 1994. 2.8 Probabilitas Probabilitas atau peluang secara klasik dapat diartikan sebagai suatu ukuran tentang tingkat kemungkinan suatu peristiwa event akan terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan. Proses pengamatan tersebut dinamakan suatu percobaan. Hasil dari suatu percobaan dinamakan hasil outcames atau titik sampel. Himpunan yang berisi semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut dengan ruang sampel. Ruang sampel sering dinotasikan dengan S atau Ω. Sedangkan kejadian atau event adalah himpunan bagian dari ruang sampel Sudjana, 2005. Universitas Sumatera Utara 15

2.9 Sifat-sifat Probabilitas