14
BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang Masalah
Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris digunakan dengan jangkauan distribusi yang sangat luas sebagai bahasa informasi dunia, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta sebagai media komunikasi masyarakat antar bangsa. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang penuh dengan komunikasi
dalam bahasa Inggris, diperlukan pemberdayaan kemampuan berbahasa Inggris. Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa sumber daya
manusia Indonesia yang ideal adalah sumber daya manusia yang melengkapi diri dengan ketrampilan berbahasa Inggris.
Dari data dilapangan, pada umumnya kemampuan bahasa Inggris masih kurang memuaskan, dimana para siswa sudah minimal enam tahun belajar bahasa
Inggris dari SLTP sampai SMA, bahkan ada yang mulai dari SD, tetapi sebagaian besar mereka masih belum mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik Nurdin
Somantri, 2003:1. Selain itu suasana belajar yang tidak menyenangkan juga menyiratkan ada masalah yang menghadang dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Jika dilihat dari input prestasi siswa ketika masuk, pada umumnya disekolah swasta belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, mungkin saja karena rata-
rata nilai mereka kurang baik, tetapi disekolahan negeri hal tersebut terjadi juga, padahal rata-rata nilai mereka baik, tetapi mereka tidak dapat berkomunikasi
denagn baik dalam bahasa Inggris. Hal ini yang disebut Zamroni dalam bukunya Paradigma Pendidikan Masa Depan, sebagai problem pendidikan kita yang hanya
mentransfer the dead knowledge, pengetahuan yang terlalu bersifat text bookish yang ibarat sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya karena
tersusun dalam struktur yang bersifat rigid, manajemen bersifat sentralistik, dan kurikulum yang penuh pengetahuan dan teori-teori. Di Sekolah Menengah Atas
SMA belum sepenuhnya memanfaatkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Disini guru mempunyai peranan penting
1
15
untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada mata pelajaran bahasa Inggris.
Payong, MR 2004:1 mengatakan bahwa diabad informasi ini guru memiliki tugas berat untuk merangsang kembali minat siswa terhadap pesan-
pesan pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan membuat peristiwa pembelajaran di kelas semenarik mungkin. Kemudian guru seharusnya bisa
menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas Oemar Hamalik 2001:196. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang
berupa guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran
yang menyenangkan enjoyable learning, mampu mendorong sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Salah satu pendekatan yang digunakan disekolah adalah pendekatan konvensional.
Pendekatan pembelajaran
konvensional adalah
strategi pembelajaran yang umumnya dilaksanakan di sekolah saat ini, Yang
menggunakan urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh, dan latihan Basuki Wibawa, 1999:5. Pendekatan ini banyak sekali kekurangan, karena pada
prakteknya metode ini berpusat pada guru teacher centered atau guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Yeni indrastuti 1999:38
berpendapat bahwa belajar dengan strategi konvensional merupakan strategi belajar yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi belajar
terpusat pada guru. Ini berarti guru mengajar untuk memberikan informasi secara lisan kepada anak tanpa ada usaha mengembangkan ketrampilan intelektual.
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, sikap percaya diri siswa memiliki peranan penting. Sementara, bahasa Inggris masih dianggap sebagai suatu mata
pelajaran yang sulit untuk siswa di Indonesia. Mereka masih menemukan kesulitan dalam mempelajari Bahasa Inggris. Hal ini akan mempengaruhi sikap
percaya diri mereka terhadap pelajaran bahasa Inggris. Untuk itu diperlukan suatu
16
pendekatan yang bisa menumbuhkan sikap percaya diri siswa sekaligus mengeliminir kekurangan dari pendekatan konvensional.
Pendekatan quantum merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada
didalam dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur- unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesusksesan belajar siswa. Interaksi-
interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun lingkungannya DePorter, Reardon dan Singer-Nourie, 2001:5. Pendekatan quantum dalam pembelajaran berusaha meyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja dan terencana dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Quantum learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang
menguabah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika quantum, energi adalah masa kali kecepatan cahaya kuadrat.
Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi hubungan inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya DePorter Hernacki 1992. Dalam proses pembelajaran berupaya seoptimal mungkin memberdayakan seluruh potensi
energi siswa untuk meraih belajar yang optimal. Sejalan dengan itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan dan
ketrampilan untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa, guru dapat
menyajikan pembelajaran secara bervariasi misalnya dengan menggunakan media pembelajaran secara efektif. Penerapan pendekatan pembelajaran secara efektif
dapat digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang bermanfaat untuk merangsang sikap percaya diri siswa dalam mempelajari konsep Bahasa Inggris.
Selain itu siswa akan lebih mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga dapat mendukung tercapainya efektifitas pembelajaran
Dunne Wragg dalam Anwar Jasin, 1996:12.
17
Berangkat dari kondisi tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai pendekatan pembelajaran quantum dan sikap percaya diri siswa pengaruhnya
terhadap pencapaian kompetensi dasar bahasa Inggris di SMU Negeri Surakarta.
B. Identifikasi masalah