Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtanadi Provinsi
Sumatera Utara.” 1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang peneliti tetapkan adalah “Apakah ada pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan
dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara? ’’
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi
kerja terhadap kinerja karyawan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara
Sebagai sarana informasi dan masukan bagi dalam meningkatkan kinerja karyawan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utaramelalui
budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi kerja.
2. Bagi Penulis
Memperluas wawasan peneliti dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya peningkatan kinerja karyawan melalui budaya
organisasi, kepemimpinan, dan motivasi kerja.
3. Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang memfokuskan studi penelitian pada masalah yang
sama di masa mendatang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budaya Organisasi
2.1.1. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap, perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk
merespons pada lingkungan budaya mereka Wibowo 2007:15. Atas dasar itu, budaya didefenisikan sebagai kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagai
tujuan, keyakinan, dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.
Menurut Robert 2008:10 budaya organisasi adalah norma yang menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang dapat diterima, nilai-
nilai dominan yang dihargai diatas yang lainnya, asumsi dasar dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan filsafat yang mengarahkan
organisasi dalam berhubungan dengan karyawan dan kliennya. Menurut Collin Porras 2001:135 budaya yang telah menjadi suatu
karakter dari suatu organisasi memiliki dan memainkan peranan yang begitu besar bagi kemajuan dan kesehatan organisasi tidak hanya dalam kurun waktu yang
pendek namun juga dalam kurun waktu yang relatif panjang.
2.1.2. Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Tika 2006:16 ada 4 empat karakteristik budaya organisasi yaitu:
1. Inisiatif individual
Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam
mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk
memajukan dan daya organisasi. 2. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan sejauh mana para karyawan dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko.
Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota para karyawan untuk dapat bertindak agresif
dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Dukungan Manajemen Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. Perhatian manajemen terhadap karyawan sangat
membantu kelancaran kinerja suatu organisasi. 4. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma- norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah
peraturan dan tenaga pengawas atasan langsung yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan dalam suatu
organisasi.
2.1.3. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Kenna dan Beech 2000:60 membagi budaya organisasi perusahaan atas beberapa komponen pembentuk yaitu:
1. Filosofi yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang berkenaan dengan karyawan ataupun klien.
2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi 3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja
4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi
5. Tingkah laku khas tertentu alam berinteraksi yang rutin dilakukan. Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi.
Dengan menggali komponen-kompenen pembentuk ini, diharapkan akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini
menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah diselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.
2.1.4. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Rivai 2005:430 fungsi budaya organisasi adalah: 1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya
budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
2. Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas pada kepentingan individu
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial 5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan.
2.2. Kepemimpinan
2.2.1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi, perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya Rivai, 2004. Sedangkan Robbins 2003 mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Siagian 2008 mendefenisikan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi
orang lain bawahannya sedemikian rupa sehingga orang itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Kepemimpinan menurut Hasibuan 2005 adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif
untuk mencapai tujuan organisasi. Thoha 2003 menyatakan bahwa, kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi perilaku orang lain atau
pengikut untuk melakukan aktivitas-aktivitas serta memotivasi bawahan untuk bekerja sama sehingga sasaran-sasaran yang telah ditetapkan kelompok atau
organisasi tercapai.
Dari defenis-defenisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi dan mengarahkan perilaku orang lain,
baik individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2. Prinsip Kepemimpinan
Keith Davis dalam Thoha 2003 merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu:
a. Kecerdasan Intellegence. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun, pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak kecerdasan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial social maturity and breadth. Para pemimpin harus lebih matang dan lebih luas dalam hal-hal yang
bertalian dengan kemasyarakatan dan dengan kematangan tersebut diharapkan mengendalikan keadaan, kerjasama sosial, serta mempunyai
keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri. Pemimpin cenderung lebih matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang
luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial serta mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi inner motivation and achievement desire. Seorang pemimpin diharapkan harus selalu mempunyai dorongan
besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi dan berusaha
mendapatkan penghargaan intrinsik dibanding ekstrinsik.
d. Sikap-sikap hubungan kemanusian human relation attitudes. Pemimpin berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan
mampu berpihak kepadanya. Rivai 2004 menyebutkan lima prinsip yang memungkinkan pemimpin
bisa menyelesaikan banyak hal yang luar biasa. Kelima prinsip tersebut adalah: 1. Menantang proses.
Pemimpin harus berani menantang proses yang berjalan secara alami. Pemimpin adalah pelopor. Orang yang bersedia melangkah keluar dan
memasuki apa yang belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko, melakukan inovasi dan percobaan supaya bisa menemukan cara
baru dan lebih baik untuk melakukan banyak hal. Pemimpin adalah pengguna awal. Pemimpin adalah orang yang sanggup yang belajar,
mereka yang belajar dari kegagalan mereka disamping dari keberhasilan mereka.
2. Menghadirkan wawasan bersama Untuk memcapai tujuan bersama, pemimpin harus memberikan ilham
bagi munculnya wawasannya sebagai wawasan orang yang dipimpin. Pemimpin harus memahami kebutuhan, impian, harapan, aspirasi
orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus menempa kesatuan tujuan dengan menunjukkan bagaiman impian dapat dicapai dan
membangkitkan antusiasme bagi anggotanya. 3. Memungkinkan orang lain bisa bertindak
Seorang pemimpi akan berhasil jika mampu membuat anak buahnya merasa kuat, mampu, dan memiliki kemampuan. Pemimpin
memungkinkan orang yang dipimpin bisa bertindak dengan berbagi kepemimpinan. Kepemimpinan sebaiknya terjadi akibat adanya
hubungan yang berdasarkan atas kepercayaan dan keyakinan. 4. Menjadi petunjuk jalan
Seorang pemimpin akan berhasil jika memberi contoh dan membina komitmen melalui tindakan sehari-hari yang menciptakan kemajuan.
Pemimpin harus dapat menjadi penunjuk jalan melalui contoh pribadi dan pelaksanaan yang penuh pengabdian tanpa pamrih atau
mengharapkan adanya imbalan. 5. Membesarkan hati
Pemimpin akan berhasil jika mampu membesarkan hati anak buah untuk berjalan terus, menunjukkan kepada anak buah bahwa mereka
bisa menghadapi segala masalah dan rintangan serta memberikan pengakuan terhadap keberhasilan individual dan kelompok.
2.2.3. Fungsi Kepemimpinan
Keberhasilan pengelolaan suatu organisasiditentukan oleh keberhasilan pendayagunaan sumber daya manusia. Keberhasilan tersebut sangat dipengaruhi
oleh adanya pemimpin yang dapat mengelola sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Oleh sebab itu, seorang pemimpin hendaknya mengetahui dan
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Siagian 2008, mengungkapkan fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki antara lain:
a. Pemimpin selaku penentu arah jalan usaha pencapaian tujuan b. Pemimpin selaku wakil dari juru bicara organisasi dalam hubungan dengan
pihak-pihak di luar organisasi c. Pimpinan selaku komunikator yang efektif
d. Pimpinan selaku mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik
e. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral
2.2.4. Jenis-jenis kepemimpinan
Menurut House dalam Thoha ada tiga bentuk kepemimpinan yang dapat digunakan pemimpin, yaitu:
a. Kepemimpinan Direktif Kepemimpinan yang tidak mengharapkan partisipasi bawahan. Bawahan
dituntut untuk mengerjakan perintah sesuai instruksi dan pengarahan yang diberikan.
b. Kepemimpinan yang Mendukung Suportif Leadership Pemimpin mempunyai kesediaan menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya.
c. Kepemimpinan partisipasif Pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari
bawahannya. Karyawan dapat memberikan masukan dan ide-ide dalam
pengambilan dan pelaksanaan keputusan. Pengambilan keputusan masih tetap berada pada pemimpin.
2.3. Motivasi Kerja
2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja
Gibson dan Kadarisman 2012:275 menyatakan bahwa motivasi adalah menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang
memulai dan mengerahkan perilaku. Dari defenisi diatas dapat dikatakan bahwa motivasi kerja yang baik dan positif dapat membuat perilaku karyawan akan
semakin semangat dan bekerja lebih lagi. Sebaliknya, apabila pimpinan perusahaan atau organisasi tidak mampu memberikan motivasi yang baik terhadap
karyawannya, dapat berakibat karyawan tidak mempunyai semangat untuk melakukan pekerjaannya dan tujuan perusahaan tidak akan terpenuhi.
Menurut Hasibuan 2008:142, motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintergrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasaan. Robin dan Judge 2008:222, mendefenisikan motivasi sebagai suatu
proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dari defenisi tersebut dapat dipelajari bahwa motivasi
menjadi bagian yang sangat penting yang mendasari seseorang melakukan sesuatu yang mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
2.3.2. Tujuan Motivasi
Menurut Sunyoto 2012:198, tujuan motivasi antara lain sebagai berikut: 1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasaan kerja karyawan 3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan kerja karyawan perusahaan 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
6. Menciptakan suasana hubungan kerja yang baik 7. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan 9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
2.3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Ardana, dkk 2008:31, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah:
1. Karakteristik Individu a. Minat
b. Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan c. Kebutuhan individual
d. Kemampuan atau kompetensi e. Pengetahuan tentang pekerjaan
f. Emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai.
Pada umumnya karakteristik individu ini mempengaruhi bagaimana orang menilai apa yang diperolehnya dan bermacam-macam faktor dalam
pekerjaan yang telah diuraikan. Bila faktor-faktor dalam pekerjaan cocok dengan karakteristik individu, orang cenderung untuk termotivasi menjalankan tugasnya.
2. Faktor-faktor Pekerjaan a. Faktor Lingkungan Pekerjaan
1 Gaji dan benefit yang terima 2 Kebijakan-kebijakan perusahaan
3 Supervisi 4 Hubungan antar manusia
5 Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, lingkungan fisik 6 Budaya Organisasi
b. Faktor dalam pekerjaan 1 Sifat pekerjaan
2 Rancangan tugas pekerjaan 3 Pemberian pengakuan terhadap prestasi
4 Tingkat besarnya tanggung jawab yang diberikan 5 Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan
2.3.4. Teori – teori Motivasi
Menurut Hasibuan 2008:151, teori-teori motivasi dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan atas:
1. Teori Kepuasaan Content Theory
Teori kepuasaan mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasaan individu yang menyebabkannya bertindak serta berperilaku
dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan
menghentikan perilakunya. Teori ini menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan apa saja yang mendorong semangat bekrja
seseorang. Hal yang memotivasi semangat seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan baik materiil maupun non materiil
yang diperolehnya sebagai imbalan jasa dari jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Apabila imabalan materiil dan nonmateriil yang
diterimanya semakin memuaskan, semangat kerja seseorang akan semakin meningkat. Semakin tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin
giat orang itu bekerja. Penganut-penganut teori motivasi kepuasaan antara lain:
a. Teori Motivasi Klasik Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat untuk dapat
memenuhi kebutuhsn fisik biologisnya, berbentuk uang barang dari hasil pekerjaannya. Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat,
bilamana ia mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan tugas- tugasnya.
b. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
Dasar teori ini bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan dan selalu menginginkan lebih banyak. Kebutuhan manusia tersusun
dalam suatu jenjang hierarki yaitu: 1 Kebutuhan Fisiologikal seperti sandang, papan dan pangan
2 Kebutuhan Keamanan, kebutuhan akan kebebasan dari ancaman. Tidak hanya dalam arti fisik akan tetapi juga mental, psikologikal,
dan intelektual. 3 Kebutuhan Sosial, seperti interaksi, teman penerimaan dalam
pergaulan dan lingkungan. 4 Kebutuhan Penghargaan, kebutuhan atau penghargaan dan
pengakuan serta penghargaan pertise. 5 Kebutuhan Aktualisasi Diri, penggunaan kemampuan,
keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan.
c. Teori Motivasi Dua Faktor Menurut Hezberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
yaitu: 1 Kebutuhan akan kesehatan dan kebutuhan pemeliharaan atau
maintenance factors. Meliputi balas jasa, kondisi fisik kerja, kepastian pekerjaan,, supervise yang menyenangkan dan berbagai
macam tunjangan. 2 Faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis
seseorang. Meliputi serangkaian kondisi instrinsik, kepuasaan
pekerjaan job content yang apabila terdapat pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat.
d. Teori X dan Teori Y Douglas Mc Gregor Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas
dapat dibedakan atas manusia penganut Teori X teori tradisional dan manusia teori Y teori demokratis
Teori X a Pada umumnya malas dan tidak suka bekerja
b Tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari tanggung jawab.
c Lebih mementingkan diri sendiri Teori Y
a Rata-rata rajin, tidak menghindari pekerjaan, dan tidak perlu dipaksa bekerja
b Dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju dengan mencapai prestasi kerja yang optimal
c Berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan diri.
2.3.5. Metode Motivasi
Menurut Hasibuan 2008:148, ada dua metode motivasi yaitu: 1. Motivasi Langsung Direct Motivation
Motivasi Langsung adalah motivasi materiil dan nonmateriil yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasaannya. Jadi sifatnya khusus seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
2. Motivasi Tak Langsung Indirect Motivation Motivasi tak langsunga adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasan pekerjaan yang serasi, serta
penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga produktif.
2.4 Kinerja Karyawan
2.4.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance yang diartikan sebagai hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan dalam
melaksanakan tugasnya per satuan periode waktu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian
kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan Mangkunegara, 2005:43.
Menurut Moeheriono 2009:60 , kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegitan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi .
Menurut Wibowo 2007:8, kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepada karyawan tersebut.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Nitisemito 2001:109, terdapat berbagai faktor kinerja karyawan antara lain :
1. Kompetensi 2. Kompensasi
3. Penempatan kerja yang tepat 4. Pelatihan dan promosi atau pengembangan
5. Rasa aman dimasa depan dengan adanya pesangon dan sebagainya 6. Hubungan dengan rekan kerja
7. Hubungan dengan pemimpin Dari beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Diantaranya kompetensi, kompensasi, penempatan kerja yang tepat, pengembangan karyawan, rasa aman
dimasa depan, hubungan dengan karyawan, hubungan dengan pemimpin dan
masih banyak faktor lainnya . Faktor-faktor tersebut hendaknya perlu diperhatikan oleh pimpinan sehingga kinerja karyawan dapat optimal.
2.4.3Indikator Kinerja
Menurut Mathis dan Johan 2002:73 , ada beberapa indikator kinerja : 1. Kualitas kerja yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan volume kerja. 2. Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.
3. Kerjasama yaitu kemampuan menangani hubungan kerja antar karyawan. 4. Pemanfaatan waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan
target waktu yang ditentukan.
2.4.4 Penilaian Kinerja
Menurut Sofyandi 2008:122, Penilaian kinerja performance appraisal adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam
penilaian dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama priode tertentu. Umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik bekerja
jika dibandingkan dengan standar organisasi. Apabila penilaian kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan akhirnya organisasi
akan diuntungkan dengan melalui upaya-upaya karyawan memberikan kontribusi yang memuaskan pada organisasi.
Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskannya. Penilaian kinerja memberikan dasar bagi
keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kekaryawanan lainnya.
Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan penilaian kerja sangat penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan dan standar kerja. Dalam persaingan global, perusahaan menuntut kinerja yang tinggi. Seiring dengan itu, karyawan membutuhkan umpan
balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilakunya dimasa mendatang. Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku
prestasi kerja keryawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya. Adapun tujuan dan kegunaan penilaian kerja adalah sebagai berikutHasibuan, 2007:87:
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan berapa besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.
3. Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi
kerja dan peralatan kerja. 5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada dalam organisasi. 6. Sebagai alat untuk meningkatkan Kompetensi kerja karyawan sehingga
dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
2.5. Penelitian Terdahulu
Peneliti Terdahulu
Judul Penelitian Teknik Analisis
Hasil
Raysa 2006 Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Perum Pegadaian
Kanwil 1 Medan
Uji validitas dan uji reabilitas, analisis
regresi linear berganda, pengujian
hipotesis dengan uji F hitung, t hitung, dan
pengujian Koefisien Determinan R2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan pada Perum
Pegadaian Kanwil 1 Medan. Hal ini
dibuktikan dari hasil uji t menunjukkan
bahwa t hitung sebesar 3.53 lebih
besar dari t tabel artinya variabel
independen yang diteliti secara
simultan mempengaruhi
variabel dependen.
Ikhsan Azwari
2007 Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT Bank Negara
Indonesia Tbk CabangUtama
Medan Analisis
Deskriptif kuantitatif dan analisis
regresi linier berganda Gaya
Kepemimpinan otoriter,
demokratis, dan laissez berpengaruh
terhadap kinerja karyawan pada PT
Bank Negara Indonesia Tbk
Cabang Utama Medan
Rosalinda Nur Cahaya
Hutahuruk 2008
Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai Studi
Pada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Medan,
Sumatera Utara Analisis Eksplanasi
dengan Studi regresi Linier Sederhana
Kepemimpinan Terhadap Kinerja
berpengaruh signifikan terhadap
pegawai pada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Medan
Sumatera Utara
Rizky Putra 2008
Pengaruh Kepemimpinan
Analisis Deskriptif Kuantitatif dan
Kepemimpinan dan motivasi
dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan Padan PT Bank Syariah
Mandiri Tbk Cabang Petisah
Medan analisis regresi linier
berganda berpengaruh sangat
signifikan terhadap kinerja karyawan
pada PT Bank Syariah Mandiri
Tbk Cabang Petisah Medan
Manik 2009
Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada PT Trakindo
Utama Medan Analisis Liier
Berganda Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Qaisar, Abbas And
Sara, Yaqoob
2009 Effect Of
Leadership Development On
Employee Performance In
Pakistan Corelation and
multiple regression linear
Leadership development on
employee performance and
the study supports a strong a positive
relationship between Employee
Performance.
Fauzillah Salleh dan
Zahara Dzulkifli,
Universitas Sultan
Zainal Abidin,
Malaysia 2011
Impact of Work and Motivation
Employee Discipline to
Performance Productivity In
Private Organizations
Corelation and multiple regression
linear Impact Of Work
Dicipline a strong positive
relationship between Motivation
Employee to Performance
Productivity
Frederick Binfor,
Sampson Kwadwo
Boateng, Edith
Anokor Abbey
Samuel Adu Osei Felix
K.M 2013 The Effect of
Leadership Styles And Motivation
On Employee Performance In
Public Institutions:
Evidence From Ghana
Descriptive Explanatory
Good management leadership and
motivation helps to develop teamwork
and integration of individual, group
and goals. It aids intrinsic motivation
by emphasizing the importance of work
that people do. The changing nature of
work
organizations, including flatter
structure and recognition of the
efficient lose of human resources,
coupled with advance in social
democracy, have combined to place
growing importance on
motivation is the key to shift
people’s perceptions from
seeing it as an exciting challenge
Ruwung, Fickie H
2013 The effect of
Leadership On Work Motivation
of Higher Education
Administration Employees Study
at Manado State University
Explanatory descriptive with
simple linear regression.
Leadership had a significant effect on
work motivation. It can below 5.
That indicate that hypothesis one
accepted or relationship
between leadership and work
motivation is significant in this
research, especially
leadership to work in education
administration employee higher
education organization in
Manado State University
Tondano North Sulawesi,
Indonesia
2.6 Kerangka konseptual