e. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dengan Pembelajaran
Konvensional
Bahasan tentang pembelajaran berbasis quantum learning QL yang telah diuraikan terdahulu perlu dibandingkan perbedaannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
dilakukan karena berbagai pihak sering menolak kehadiran model pembelajaran yang dianggap baru. Model pembelajaran konvensional dianggap sebagai model yang sudah mapan oleh
sebagian besar guru atau pendidik. Hal ini seringkali menyebabkan datangnya fenomena penolakan guru atau pendidik terhadap model pembelajaran yang dianggapnya baru tersebut,
meskipun model tersebut merupakan model pembelajaran inovatif seperti yang telah diungkapkan dalam penjelasan tentang model pembelajaran QL.
Memang di dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah, terdapat paradigma dalam pemilihan model pembelajaran. Paradigma pertama adalah memilih model
yang sudah memiliki status quo, atau model yang baru ditemukan berdasarkan studi impiris. Model yang sudah memiliki status quo sering disebut sebagai model konvensional, dan model
yang baru ditemukan berdasarkan studi impiris disebut model pembelajaran inovatif Hourton, 1993. Model QL seperti yang dijelaskan dalam bab terdahulu digolongkan ke dalam model
pembelajaran inovatif, sedangkan model konvensional diikuti dalam uraian berikut ini. Pada awalnya, dalam pembelajaran di sekolah guru yang memilih model pembelajaran
yang berorientasi pada upaya membekali sejumlah informasi kepada murid. Dalam model pembelajaran konvensional ini ada anggapan bahwa pemberian informasi secara intens akan
membawa kepada keberhasilan pembelajaran. Model ini mengutamakan pemberian pembelajaran penguasaan materi bagi siswa sebanyak-banyaknya Nana Sudjana, 2002: 19.
Kritik terhadap model pembelajaran konvensional ditujukan kepada kompetensi murid dalam menguasai ingatan. Bisa jadi dengan pendekatan ini murid akan memiliki kompetensi
mengingat cukup tetapi itu sifatnya hanya sementara atau ingatan jangka pendek. Namun untuk tingkatan-tingkatan belajar pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi, model konvensional ini
memungkinkan akan menemui kegagalan Nana Sudjana, 2002: 21. Hal ini disebabkan model konvensional kurang memberi bekal kepada murid dalam memecahkan persoalan kehidupan
jangka panjang. Pembelajaran dengan menerapkan model konvensional ini memiliki ciri 1 pemilihan
informasi ditentukan oleh guru, 2 murid secara pasif menerima informasi, 3 pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, 4 memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan, 5 cenderung terfokus pada bidang disiplin tertentu, 6 waktu belajar murid sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, 7 perilaku dibangun atas
kebiasaan, 8 keterampilan dikembangkan atas dasar latihan, 9 hadiah dan perilaku baik adalah pujian atau nilai, 10 murid tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman,
11 perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrensik, 12 pembelajaran hanya terjadi dalam kelas, 13 hasil belajar semata-mata diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes, ujian dan
ulangan. Model konvensional meletakkan guru pada peranan yang sangat dominan. Bahan ajar
yang berupa seperangkat informasi secara individual ditemukan oleh guru. Murid-murid pasif menerima informasi dari guru. Dalam kondisi semacam itu, proses belajar mengajar di kelas
menuntut siswa hanya sekedar menghafal sejumlah informasi yang diberikan oleh guru. Prinsip belajar murid dalam pembelajaran konvensional yang terjadi di kelas tampak
pada aktivitas yang tampak secara konkret. Guru memberikan pengalaman belajar. Murid belajar
bukan dengan mengalami sendiri tetapi karena diberi pengetahuan oleh guru. Dalam konteks semacam ini, murid menjadi pasif dalam proses belajar mengajar. Murid juga menjadi takut akan
melakukan sesuatu, karena pengetahuan yang diperolehnya bukan dari bimbingan guru agar murid dapat mengalaminya sendiri.
Sebagai pembelajar murid mengalami kesulitan dalam belajar, karena pembelajaran yang disampaikan oleh guru sangat abstrak, teoritis dan banyak terfokus pada satu bidang tertentu.
Dengan dominannya peran guru maka akan berakibat pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan aspek psikomotorik murid ditempuh dengan banyak memberikan latihan-
latihan secara individual. Perilaku murid dibangun atas kebiasaan-kebiasaan yang dikondisikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Lebih lanjut dapat diterangkan di sini bahwa pembelajaran dengan model konvensional lebih banyak bernuansa murid pasif, takut berbuat, karena akan mendapat hukuman. Pada
gilirannya perilaku baik yang muncul dari murid adalah perilaku yang didasarkan pada motivasi ekstrinsik semata Nana Sudjana, 2002: 25.
Bertolah dari ciri-ciri tersebut di atas, dapat disimpulkan di sini bahwa pembelajaran dengan model konvensional memiliki karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran
berbasis QL. Lebih lanjut, relevansinya dengan pembelajaran keterampilan menulis di SD dapat dijelaskan dalam bahasan di bawah ini.
f. Relevansi Quantum Learning dengan Pembelajaran Menulis Deskripsi