pada 1 pemasok saja, melainkan banyak pemasok, sehingga kekuatan pemasok dalam usaha pembenihan ikan patin ini bisa dikatakan lemah. Untuk obat-obatan
biasanya industri pembenihan ikan patin membeli di daerah Yasmin atau membeli di Pak Yusuf, sedangkan untuk pakan sendiri industri pembenihan ikan patin
membelinya diberbagai tempat seperti pakan artemia biasanya mendapatkannya dari Pak Yusuf, pakan cacing mereka memiliki langganan di Pak Yakub yang ada
di daerah Cimanggu dengan jumlah untuk sekali pembelian pakan cacing sebanyak 15 takar, sedangkan pellet mereka membelinya dari Pak Imsak yang
berada di daerah Ciampea.
4.4. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Identifikasi strategi pemasaran diperoleh dari hasil analisis terhadap kedua faktor lingkungan internal pemasaran dan lingkungan eksternal pemasaran.
Lingkungan internal pemasaran dapat dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang ada di lingkungan perusahaan, sedangkan lingkungan eksternal pemasaran dapat
dilihat dari peluang dan ancaman yang ada di luar perusahaan.
4.4.1 Kekuatan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan empat kekuatan yang terdapat di DFC, yaitu:
1. Permodalan. DFC merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembenihan ikan patin siam. Dalam menjalankan usahanya, DFC hanya
menggunakan modal usaha dari pemiliknya tanpa bantuan dari pihak perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
2. Kualitas produk. Benih ikan patin yang dihasilkan DFC termasuk benih yang memiliki kualitas terbaik karena benih yang dihasilkan memiliki daya tahan
yang kuat, pertumbuhan ikan yang cepat, bebas dari antibiotik, dan benih yang di jual tepat hitungan dan tepat ukuran.
3. Proses produksi di dukung oleh teknologi terbaru dibidang budidaya. 4. Memiliki pelanggan tetap. DFC sudah memiliki pelanggan tetap yang siap
untuk membeli benih ikan patin yang disediakan oleh DFC. Pelanggan benih ikan patin tersebut berada di daerah Bogor.
4.4.2 Kelemahan
Kelemahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan lingkungan internal perusahaan adalah :
1. Pemasaran produk. Kelemahan dari DFC salah satunya adalah kurangnya pemasaran produk benih ikan patin. Benih yang dihasilkan hanya dipasarkan
pada beberapa pelanggan yang terdapat di daerah Bogor saja dan belum menambah konsumen dari luar daerah Bogor. Selain itu, pemasaran benih
hanya dilakukan di tempat tidak diadakannya sistem delivery. 2. Promosi. Promosi yang dilakukan oleh DFC masih terbilang kurang efektif,
karena DFC kurang menggunakan kemajuan teknologi internet, media cetak, dan sebagainya dalam pemasaran produknya.
3. Produktivitas hasil produksi masih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan tenaga kerja yang dimiliki belum sepenuhnya ahli dibidang pembenihan ikan patin.
4. Sumber Daya Manusia SDM. Masalah yang sering dihadapi oleh para pekerja yang ada di DFC adalah sering kali adanya rasa iri yang timbul di hati
para pekerja akan keberhasilan rekannya serta ada pekerja yang membangkang dan tidak mematuhi prosedur kerja yang berlaku. Selain itu kurangnya
pengetahuan para pekerja mengenai budidaya ikan patin. Belum terdapat divisi atau sumberdaya manusia yang khusus mengurusi masalah pemasaran. Tidak
terdapatnya SDM pemasaran ini membuat program pemasaran produk menjadi kurang terarah. Dari hal tersebut maka dibutuhkan suatu bagian khusus yang
merencanakan program pemasaran agar pemasaran produk ini menjadi efisien.
4.4.3 Peluang