Kebutuhan dapat muncul dari proses internal maupun eksternal. Pada dasarnya, dalam diri individu terdapat banyak kebutuhan psikologis dan
kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sesuai dengan kekuatan dari masing-masing kebutuhan
tersebut. Secara umum, kebutuhan merupakan faktor penentu dari munculnya suatu tingkah laku tertentu. Kebutuhan yang dapat dipuaskan akan membawa
individu pada situasi yang menenangkan, sebaliknya bila kebutuhan tidak dapat dipuaskan, individu akan merasa tertekan.
2. Review Literatur tentang Kebutuhan Psikologis
Terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait dengan kebutuhan psikologis. Penelitian mengenai kebutuhan psikologis pada remaja
penyandang
cerebral palsy
penah dilakukan oleh Widyaningrum 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kebutuhan-kebutuhan psikologis
pada remaja penyandang
cerebral palsy
serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan psikologis. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi dan tes projektif:
Thematic Apperception Test
T.A.T. Peneliti melibatkan 4 subjek yang berusia antara 15-18 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh beberapa
kebutuhan yang menonjol yaitu:
need of affiliation, need of understanding
dan
need of sentience.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan psikologis remaja
cerebral palsy
antara lain keinginan dari dalam diri serta
penerimaan dan perlakuan dari lingkungan sekitar baik orang tua, guru maupun teman.
Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Widyaningrum 2010, diketahui gambaran kebutuhan psikologis subjek. Pada dasarnya, hasil dari
penelitian kebutuhan psikologis pada subjek remja penyandang
cerebral palsy
tidak dapat digeneralisasikan terhadap penderita tuna rungu. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi yang dialami oleh remaja penyandang
cerebral palsy
dibandingkan dengan remaja penyandang tuna rungu. Penelitian tentang profil kebutuhan remaja tuna rungu telah
dilakukan oleh Sumampouw dan Setiasih 2003 di Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat profil kebutuhan remaja tuna rungu.
Pengumpulan data dilakukan terhadap 13 remaja tuna rungu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap guru dan 4 orang tua
subjek. Selain itu, peneliti juga menggunakan tes psikologi
Edwards Personal Preferences Scale
EPPS dan
Standard Progressive Matrices
SPM. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa remaja tuna rungu memiliki
kebutuhan yang menonjol pada
need of autonomy, need of succorance
, dan
need of exhibition.
Selain itu, mereka juga memiliki
need of achievement
yang tergolong dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil analisa dari wawancara
dengan orang tua subjek,
need of autonomy, need of succorance
, dan
need of exhibition
cenderung menonjol pada remaja tuna rungu karena remaja tuna rungu cenderung mendapatkan bantuan, perlindungan dan kekhawatiran yang
berlebihan dari orang tua. Hal ini membuat remaja tuna rungu menjadi
tergantung pada keluarga. Selain itu, dijelaskan juga bahwa kondisi tersebut menyebabkan remaja tuna rungu merasa terkekang, ingin merasakan
kebebasan dan mencapai keinginan-keinginan mereka sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sumampouw dan Setiasih 2003
memiliki beberapa kelemahan dari metode pengumpulan data yang digunakan. Penggunaan EPPS sebagai alat ukur kebutuhan psikologis hanya
mencakup sebatas 15 kebutuhan saja Kaplan Saccuzzo, 2012. Selain itu, EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat objektif, sehingga
memungkinkan subjek untuk melakukan
faking good
terhadap respon yang diberikan agar sesuai dengan norma yang ada di dalam masyarakat Aiken
Groth-Marnat, 2009. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan metode projektif T.A.T dalam mendapatkan data sehingga data yang diperoleh dapat
mencakup lebih dari 15 kebutuhan dan lebih mendalam serta menghindari
faking good
. Selain itu, penggunaan metode projektif T.A.T dapat digunakan untuk melihat tema-tema yang sering muncul pada subjek serta
mengungkap informasi berkaitan dengan kebutuhan, tekanan, emosi, perasaan sentimen, kerumitan dan konflik yang dialami subjek Aiken Groth-Marnat,
2009; Anastasi Urbina, 1998. Ditambah lagi, Sumampouw dan Setiasih 2003 menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data demografis serta
latar belakang subjek. Hal ini dinilai peneliti kurang dapat menggali informasi secara mendalam. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan wawancara
terhadap subjek serta
significan others
untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai diri subjek.
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kebutuhan Psikologis