Penularan Skabies Pencegahan Skabies

36 padat penghuninya prevalensi skabies mencapai 78,7, tingginya prevalensi pada kelompok tersebut yang kebersihan dirinya kurang baik 72,7 dan pada kelompok yang kebersihan dirinya baik hanya 2,2 - 3,8. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4.6-12,9, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering Kusnoputranto, 2002. Berdasarkan data KSDAI tahun 2001 yang dikumpulkan dari sembilan rumah sakit di kota besar Indonesia, jumlah penderita skabies yang tertinggi ditemukan di Ibu Kota Jakarta sebanyak 335 kasus. Hal ini sesuai dengan Kota Jakarta memiliki jumlah penduduk terbanyak sebagai salah satu faktor pendukung perkembangan skabies. Skabies ditemukan pada semua kelompok usia sekolah menduduki jumlah terbanyak Boediardja, 2003

2.2.8. Penularan Skabies

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularanya adalah : a. Kontak langsung kulit dengan kulit Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan cara tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya. b. Kontak tak langsung melalui benda Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, Universitas Sumatera Utara 37 pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut, pakaian dalam dan penderita perempuan. Skabies Norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokanasrama dan rumah sakit jiwa karena banyak mengandung tungau Djuanda, 2006.

2.2.9. Pencegahan Skabies

Siregar 1996 yang dikutip Ruteng, 2007, penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara : a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali. d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain. e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau skabies. f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Prabu 1996 yang dikutip Muzakir 2007, menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular Universitas Sumatera Utara 38 pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang. Dariansyah, 2006 yang mengutip pendapat Azwar, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1 Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan antiseptik. 2 Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering dry-cleaned. 3 Keringkan topi yang bersih, kerudung dan jaket. 4 Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab. Departemen Kesehatan RI, 2002, memberikan beberapa cara pencegahan yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan penderita skabies dan orang- orang yang kontak meliputi : 1 Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya 2 Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang dilakukan. 3 Isolasi anak-anak panti yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan Universitas Sumatera Utara 39 dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita Ruteng, 2007. Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : 1 Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko. 2 Pengobatan dilakukan secara massal. 3 Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga, didalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan. 4 Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencucian umum, jika ada sangat membantu dalam pencegahan infeksi.

2.3. Panti Asuhan