Pendidikan anak berkebutuhan khusus Kurikulum pendidikan anak berkebutuhan khusus

53 Sementara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa mengemukakan klasifikasi sebagai berikut: 1. Kelainan fisik, meliputi: tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa 2. Kelainan mental, meliputi: tunagrahita ringan, dan tunagrahita sedang. 3. Kelainan perilaku, meliputi: tunalaras 4. Kelainan ganda Sementara menurut Dembo dalam Abdurrachman dan Sudjadi, 1994: 9 mengklasifikasikan anak berkebutuhan belajar untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut: 1. Tunagrahita mental reterdation 2. Berkesulitan belajar learning disabilities 3. Gangguan perilaku dan emosi behavior disorders 4. Gangguan bicara dan bahasa speech and leangue disorders 5. Kerusakan pendengaran hearing impairment 6. Kerusakan penglihatan visual impairment 7. Kerusakan fisik dan gangguan kesehatan physical and other development 8. Cacat berat atau cacat ganda severe and multiplehandicaps 9. Berkecerdasan luar biasa tinggi atau berbakat gifted and talented Berdasarkan teori yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak berkebutuhan khusus hanya dilakukan untuk keperluan pembelajaran. Klasifikasi tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis kelainan yang dimiliki anak tersebut meliputi: 1 kelainan fisik gangguan penglihatan, pendengaran, wicara dan cacat kesehatan, 2 Ketidakmampuan belajar, 3 kelainan mental tunagrahita, 4 kelainan perilaku tunalaras, 5 kelainan emosinal, 6 kelainan ganda, serta 7 kelompok anak berkecerdasan tinggi atau berbakat.

c. Pendidikan anak berkebutuhan khusus

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN pada pasal 32 butir 1 disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam 54 mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Menurut Abdul Hadis 2006: 30 mengungkapkan bahwa program pendidikan berkebutuhan khusus adalah rencana kegiatan pendidikan yang akan diberikan kepada anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus maupun di sekolah-sekolah regular yang menerapkan sistem pendidikan inklusif. Berdasarkan teori yang telah disampaikan di atas maka dapat simpulkan bahwa pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah rencana kegiatan pendidikan yang ditujukan kepada anak yang berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan bakat istimewa yang dilaksanakan di sekolah khusus maupun sekolah regular yang mengadakan sistem pendidikan inklusif.

d. Kurikulum pendidikan anak berkebutuhan khusus

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN pada pasal 1 butir 19 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Abdul Hadis 2006: 33-34 mengemukakan bahwa setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraannya harus berpegangan pada kurikulum terbaru yang berlaku saat ini. Dalam pelaksanaannya, kurikulum harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus bagi peserta didik di berbagai jenjang SDLB, SLB, SMPLB, dan SMALB. 55 Bentuk kurikulum pada pendidikan berkebutuhan khusus berbeda dengan kurikulum di pendidikan regular umum. Perbedaan antara kurikulum di SMA reguler dengan SMALB dapat diuraikan pada tabel berikut ini. Tabel 05. Perbedaan Kurikulum SMA LB dengan SMA Reguler No Perbedaan SMA LB SMA Reguler 1 Menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2 kurikulum di SMALB Tunagrahita Ringan atau SMALBC lebih ditekankan pada penguasaan su-atu jenis pekerjaan karena sedikit kemungkinan tidak dapatnya anak tunagrahita melanjutkan pedidikan ke jenjang yang lebih tinggi Kurikulum di SMA reguler kurikulum ditekankan pada keseimbangan an- tara penguasaan lapangan peker-jaan tertentu dengan kemungkinan melanjutkan ke perguruan tinggi 3 Strategi pembelajaran menggu- nakan strategi pembelajaran diindividualisasikan. Strategi pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran untuk anak normal 4 Jumlah siswa yang cenderung sedikit karena dalam sistem pengajaran menitikberatkan pada sistem individual Jumlah siswa cenderung banyak 5 Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap isi, alokasi waktu, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, lingkungan belajar dan pengelolaan kelas Tidak ada modifikasi kurikulum. Sumber:SLBNegeriSemarang.blogspot.com Isi kurikulum di SMALBC meliputi: kelompok bina diri, kelompok akademis Pendidikan agama, kewarganegaraan, bahasa, berhitung, IPA, IPS, kelompok sensorimotor, dan kelompok keterampilan vokasional teknologi informasi dan komunikasi. Pada jenis keterampilan vokasional yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah Sumber: Struktur Kurikulum PLB . 56 Berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang digunakan di setiap jenjang pendidikan haruslah kurikulum yang terbaru dan telah disesuaikan untuk anak berkebutuhan khusus. Di SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta mengacu pada kurikulum KTSP Khusus dimana isinya disesuaikan dengan memperhatikan perbedaan individual dan MA Mental Age yang sama dengan anak biasa dan pokok bahasan yang dianggap penting mendapat bobot yang lebih banyak. Kegiatan pembelajaran di SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta menggunakan proporsi mata pelajaran akademis 30 dan mata pelajaran keterampilan 70 karena sekolah ini lebih menekankan pada kesiapan siswa tunagrahita ringan dalam memasuki dunia kerja. Mata pelajaran keterampilan yang disediakan di sekolah ini sangat beragam termasuk salah satunya adalah mata pelajaran keterampilan menyulam.

6. Anak Tunagrahita Ringan a. Pengertian anak tunagrahita ringan

Dokumen yang terkait

MATERI DAN METODE PEMBINAAN KEISLAMAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SDLB KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI I GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

0 4 87

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN RIAS FANTASIUNTUK SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 BERINGIN.

1 5 25

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAWI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENGGUNAAN MODUL DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 4 249

Peningkatan Kompetensi Keterampilan Menyulam Melalui Pembelajaran Dengan Media Job Sheet Pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas XI SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta.

0 1 141

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DASAR 1 SEKOLAH LUAR BIASA SEKAR TERATAI 1 SRANDAKAN BANTUL.

0 5 103

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 0 141

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Media Video untuk Pemahaman Konsep Berteman pada Tunagrahita Ringan: Studi di Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga

0 0 1