KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA VIDEO PADA KOMPETENSI DASAR MEMELIHARA SISTEM REM

(1)

BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA VIDEO

PADA KOMPETENSI DASAR MEMELIHARA

SISTEM REM

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

oleh

Akid Tyadhuha Edrus 5201411095

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

iv

ABSTRAK

Edrus, Akid Tyadhuha. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Berbantuan Media Video Pada Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Prof. Dr. Samsudi, M.Pd.

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video, Hasil Belajar.

Pemilihan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran dan memberikan implikasi pada keberlanjutan penerimaan materi dan kemampuan siswa. Salah satu model yang sesuai untuk mengajarkan materi memelihara sistem rem adalah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Penggunaan model ini mengharapkan siswa dapat memecahkan masalah dan mengembangkan pendapat untuk menyelesaikan masalah. Jadi siswa diharapkan tidak hanya sekedar menghafal materi tetapi juga mampu berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan masalah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media video efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan pola pre test – post test group design, yaitu adanya pre test

dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan dengan pemberian pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media videopada kelas eksperimendan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung media gambar. Pemberian perlakuan menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil thitung = 11,796 > ttabel

= 1,67 yang menunjukkan adanya peningkatan. Dengan Uji gain menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,62 (sedang), sedangkan peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol sebesar 0,20 (rendah). Hal ini dapat memberikan bukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video efektif digunakan karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar memelihara sistem rem. Peneliti menyarankan agar guru menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Hidup itu yakin, yakin semua yang diinginkan akan terjadi atas ijin-Nya. Jangan melupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan yaitu bersyukur.

“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus” (Q.S. Al-fatihah:7)

PERSEMBAHAN

 Untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Edrus dan Ibu Retno Sulistiyo Ningsih yang senantiasa memberikan doa ikhlas dan menjadi tujuan yang memotivasi di setiap pilihan.

 Untuk Afrilia Purwaningrum.

 Untuk teman-teman Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2011.

 Untuk sahabat-sahabatku yang selalu mengiringi setiap langkahku dengan semangat motivasi.


(6)

vi

PRAKATA

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, skripsi yang

berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video Pada Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem” dapat terselesaikan. Skripsi ini diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat menyempurnakan.

Disadari selama penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak kendala, namun berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya segala kendala tersebut dapat diatasi.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. M. Khumaedi, M.Pd., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.


(7)

vii

4. Prof. Dr. Samsudi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Sudirman., selaku kepala SMK Wisudha Karya Kudus dan Amin Darsa, S.Pd., selaku guru pamong yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

6. Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dan menyusun skripsi ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin, atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi.

8. Peserta didik kelas XI SMK Wisudha Karya Kudus atas kesediiaannya menjadi objek penelitian ini.

9. Dan semua pihak tidak terkecuali yang telah membantu penyusunan proposal skripsi.

Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta imbalan yang setimpal atas jasa dan amal baik beliau-beliau tersebut di atas.

Semarang, 24 Agustus 2015


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 2

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 5

1. Pengertian Belajar ... 5


(9)

ix

3. Hasil Belajar ... 6

4. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 6

5. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 7

6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 8

7. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

9. Pengertian Media Video ... 10

10.Keuntungan Media Video ... 11

11.Kelemahan Media Video ... 11

12.Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video ... 11

13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar ... 14

14.Memelihara Sistem Rem ... 15

a.Rem ... 15

b.Pemeliharaan Rem Cakram ... 16

c.Pemeliharaan Rem Tromol ... 23

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 31

D. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 36


(10)

x

D. Teknik dan Instrumen Pengumpul data ... 37

E. Validitas dan Reabilitas ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 48

B. Analisis Data ... 51

C. Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video

... 12

2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar . ... 15

3.1. Desain penelitian ... 33

3.2. Indikator dan Kisi-Kisi Soal... 39

4.1. Nilai Rata-Rata Kelas ... 51

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 51

4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Awal ... 52

4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal ... 52

4.5. Hasil Uji Normalitas Data Akhir... 52

4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir ... 53

4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir ... 53

4.8. Hasil Uji Gain ... 54

4.9. Hasil Uji Gain pada Rata-Rata Kelas ... 55


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Ketinggian Fluida ... 16

2.2. Keausan Mekanis ... 17

2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik ... 17

2.4. Alur Pada Pad ... 18

2.5. Ketebalan Piringan ... 18

2.6. Keolengan Piringan ... 18

2.7. Angkat Kaliper ... 19

2.8. Torak Bergerak Keluar ... 20

2.9. Pasang Kaliper ... 20

2.10. Komponen Rem Cakram ... 20

2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak ... 21

2.12. Pasang Piston ... 21

2.13. Pasang Boot ... 21

2.14. Pasang Balok-Balok Rem ... 22

2.15. Pasang Busing ... 22

2.16. Pasang Kaliper ... 22

2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka ... 23

2.18. Pemberian Grease ... 24

2.19. Kampas Rem ... 24

2.20. Backing plate ... 25


(13)

xiii

2.22. Ukur Diameter Tromol ... 26

2.23. Lepas Pegas ... 26

2.24. Lepas Pegas Penahan Sepatu Rem ... 27

2.25. Lepas Sepatu Rem ... 27

2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem ... 27

2.27. Komponen Silinder Roda ... 28

2.28. Periksa Sepatu Rem ... 29

2.29. Pegas Sepatu Rem ... 29

2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol ... 29

2.31. Kerangka Pikir Penelitian ... 32

3.1. Alur Rancangan Penelitian ... 34

4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol ... 49

4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 49

4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 50


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 65

2. Data Nama Siswa Kelas Kontrol ... 66

3. Data Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 67

4. Soal Uji Coba Instrumen ... 69

5. Kunci Jawaban Uji Instrumen ... 75

6. Tabulasi Uji Instrumen ... 76

7. Perhitungan Analisis Butir Soal ... 79

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 85

9. Soal Pre Test-Post Test ... 101

10.Kunci Jawaban Pre Test-Post Test ... 106

11.Tabulasi Pre Test ... 107

12.Tabulasi Post Test ... 111

13.Analisis Data Awal ... 115

14.Analisis Data Akhir ... 120

15.Penetapan Dosen Pembimbing ... 128

16.Surat Tugas ... 129

17.Surat Ijin Penelitian ... 130

18.Surat Keterangan Penelitian ... 131

19.Video ... 132


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lanjutan pendidikan menengah pertama yang mempunyai tujuan utama menyiapkan tenaga kerja yang terampil, profesional, dan berdisiplin tinggi sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidik harus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang melibatkan komunikasi dua arah antara peserta didik dengan guru tentang materi yang diajarkan (Santoso, 2013: 54).

Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan SMK adalah mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan. Guru mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan di SMK Wisudha Karya Kudus dalam proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran langsung, sehingga model pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Penggunaan model yang kurang efektif seperti model pembelajaran langsung membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran langsung nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan masih rendah. Berikut nilai ulangan dari kelas XI TKR dengan jumlah 37 siswa, yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebanyak 22 siswa, sedangkan 15 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas sebesar 74, 00 serta presentase kelulusannya


(16)

hanya 62%. Keadaan ini masih jauh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan 75% untuk presentase kelulusan kelas. Oleh karena itu, hendaknya model pembelajaran yang digunakan dapat lebih bervariasi yaitu model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. 2. Gaya mengajar guru yang kurang bervariasi.

3. Rendahnya penggunaan media belajar.

4. Tindakan pendidik dalam penerapan model yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang efektif.

5. Hasil belajar siswa yang masih rendah pada ranah kognitif.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Media video yang digunakan adalah media video yang dapat di unduh di situs youtube.

2. Materi kegiatan pembelajaran yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan, yaitu memelihara sistem rem, karena sebelumnya telah di sepakati dengan guru pengampu mata pelajaran.


(17)

D. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut, rumusan masalah dalam peneletian ini adalah :

“Apakah model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media video

efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya

Kudus tahun ajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan

berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran

2014/2015”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian atau informasi mengenai pembelajaran menggunakan model pembelajaran bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Manfaat praktis a) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video untuk meningkatkan hasil belajar siswa. b) Bagi sekolah

Menambah pengetahuan kepada tenaga pengajar mata pelajaran memelihara sistem rem menggunakan model pembelajaran berbasis masalah


(18)

berbantuan media video dan memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka pengembangan kualitas belajar.

c) Bagi fakultas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi perpustakaan.


(19)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi antara individu dan lingkungan (Karwati dan Priansa, 2014: 188). Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2014: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang definisi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana disana pasti terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan atau melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan maupun perbaikan.

2. Teori-Teori Belajar

Adapun teori-teori belajar adalah sebagi berikut: a. Teori Gestalt

Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi.


(20)

Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight (Slameto, 2010: 9).

b. Teori belajar menurut J. Brunner

Menurut Brunner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah (Slameto, 2010: 11).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu (Karwati dan Priansa, 2014: 216).

Sedangkan Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2011: 85). Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dari usahanya sehingga terjadi perubahan yang signifikan.

4. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan (dalam Rusman, 2012: 232) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Menurut Barrow (dalam Huda, 2013: 271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis-Masalah (Pembelajaran Berbasis Masalah/PBM) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran”.


(21)

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan (Wena, 2011: 91). Sedangkan menurut Hmelo-Silver, (2004), Serafino dan Ciccheli, (2005) (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 307) pembelajaran berbasis masalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat didefinisikan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menggunakan masalah sehari-hari di sekitar siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan memecahkan masalah, menganalisis materi dan kemampuan berkomunikasi. Secara garis besar PBM terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang nyata dan bermakna kepada siswa serta memfasilitasi mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

5. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Rusman (2012: 232-233) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;


(22)

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun beberapa teori belajar yang melandasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah, yakni sebagai berikut:

a. Teori Belajar Bermakna dari David Ausebel

Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa (Rusman, 2012: 244).

b. Teori Belajar Vigostky

Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman yang baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Vigostky menyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain (Rusman, 2012: 244).

c. Teori Belajar Jerome S. Brunner

Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Menurut Brunner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih (Rusman , 2012: 244-245).


(23)

7. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Sanjaya (2007: 220-221) pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa. e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, ukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus-menerus belajar sekalipun pada pendidikan formal telah berakhir.

8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Di samping keunggulan pembelajaran berbasis masalah juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007: 221) kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Manakala siswa tidak memliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


(24)

9. Pengertian Media Video

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2009: 65). Sedangkan menurut Sadiman, dkk, (2014: 7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian siswa sedemikian rupa sedemikan proses belajar terjadi.

Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak (Anderson, 1994: 103). Video juga, sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak (Sadiman, dkk, 2014: 74). Selain pengertian tersebut Daryanto (2013: 86-87) mengemukakan bahwa video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok. Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.

Media Video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekunsial (Daryanto, 2013: 88). Jadi dapat disimpulkan bahwa media video adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun informasi dengan gambar bergerak dan suara yang dapat langsung sampai kehadapan siswa secara langsung untuk membantu proses pembelajaran.Media video yang digunakan untuk


(25)

penelitian di buat oleh Ditbinsuslat Ditjen PAUDNI (2013) yang dapat diakses di https://www.youtube.com/watch?v=KjTBJoR6_7Q.

10. Keuntungan Media Video

Menurut Daryanto (2013: 90) keuntungan menggunakan media video antara lain:

a. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

b. Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.

c. Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

11. Kelemahan Media Video

Menurut Daryanto (2013: 90) kelemahan media video antara lain: a. Fine details artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek

sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna.

b. Size information artinya tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya.

c. Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video umumnya berbentuk dua dimensi

d. Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang diliahatnya.

e. Setting artinya kalau kita tampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap diantara kerumnan orang, akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian tersebut berlangsung, bisa saja ditafsirkan di pasar, di stasiun, atau tempat keramaian lain.

f. Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya.

g. Budget artinya biaya untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

12. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media

Video

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah bantuan media video dapat dilihat pada tabel berikut :


(26)

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video

No. Langkah-langkah PBM Arends (2008: 57)

Langkah pembelajaran dengan media (video) (Daryanto 2013: 47-49) Langkah-langkah PBM berbantuan media video (peneliti)

1. Pastikan bahwa di

ruangan tempat kegiatan pembelajaran tersedia power listrik yang dibutuhkan untuk memutar program

Pastikan bahwa di ruangan tempat kegiatan

pembelajaran tersedia power listrik yang dibutuhkan untuk memutar program

2. Ruangan

hendaknya sudah diatur sedemikan rupa (cahaya, ventilasi, pengaturan tempat duduk, ketenangan, dan lain-lain) sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan nyaman Ruangan hendaknya sudah diatur sedemikan rupa (cahaya, ventilasi, pengaturan tempat duduk, ketenangan, dan lain-lain) sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan nyaman

3. Usahakan peserta

didik sudah berada di tempat kegiatan pembelajaran (stand by) setidaknya 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dengan alat tulis, modul atau buku, LKS dan kelengkapan belajar lainnya.

Usahakan peserta didik sudah berada di tempat kegiatan pembelajaran (stand by) setidaknya 15 menit sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai dengan alat tulis, modul atau buku, LKS dan

kelengkapan belajar lainnya.


(27)

pembelajaran

mendiskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untu k terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

mereka tentang jenis mata pelajaran topik yang akan dibahas dan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

topik yang akan dibahas dan tujuan yang akan dicapai dengan memberikan motivasi untuk terlibat kegiatan mengatasi masalah

5. Mintalah siswa

untuk memperhatikan bak-baik terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan melalui media (video), mencatat bagian-bagian yang dianggap penting serta mengikuti berbagai instruksi (perintah) yang akan disampaikan lewat media (video)

Mintalah siswa untuk memperhatikan baik-baik terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan melalui media (video), mencatat bagian-bagian yang dianggap penting.

6. Putarkan program

(video) dengan memutar atau memencet tombol play Putarkan program (video) dengan memutar atau memencet tombol play

7. Usahakan suasana

tetap tenang atau kondunsif selama pemutaran program media (video)

Usahakan suasana tetap tenang atau kondunsif selama pemutaran program media (video)

8. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

Perhatikan dan catat berbagai reaksi peserta didik selama mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan Guru memperhatikan dan mencatat berbagai reaksi peserta didik selama mereka mengikuti kegiatan

pembelajaran model PBM berbantuan Guru mendorong siswa untuk


(28)

tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi.

program (video) video, membantu mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya, dan mendorong siswa mendapatkan

informasi yang tepat, serta membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat. Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan rekaman video dan model-model dan membantu mereka untuk menyampaikan ke orang lain

9. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

10. Berikan Tes untuk mengukur tingkat keberhasilan

peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui

pemanfaatan media (video)

Berikan Tes untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti kegiatan model PBM berbantuan video

13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar

Model pembelajaran langsung adalah gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung kepada seluruh kelas (Suprijono, 2013: 47). Media gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Sadiman, dkk, 2014: 29).


(29)

Jadi, Model pembelajaran langsung berbantuan media gambar adalah cara guru dalam menyampaikan materi terlibat aktif dengan bantuan media gambar.

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Estabishing Set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

Fase 2: Demonstrating

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap dengan bantuan media gambar

Fase 3: Guided Practice

Membimbing pelatihan

Merencakan dan memberi pelatihan awal

Fase 4: Feed Back

Mengececek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5: Extended Practice

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan kesempaatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari- hari

Sumber: Suprijono, 2013: 50

14. Memelihara sistem rem

a. Rem

Rem merupakan bagian mobil yang penting sekali, pemeliharaan rem yang baik adalalah sangat penting karena menyangkut faktor keselamatan penumpangnya (Daryanto, 2005a: 279). Fungsi rem adalah mengurangi kecepatan kendaraan atau menghentikan kendaraan (Daryanto, 2005b: 1). Pengereman bisa tidak bekerja dengan baik apabila kanvas rem tipis, permukan rem habis,


(30)

silinder-silinder roda macet, atau slang-slang minyak rem kemasukan udara (Boentarto, 1995: 34).

Jadi setiap komponen pada kendaraan harus dirawat agar tidak terjadi kerusakan termasuk sitem rem. Rem merupakan komponen penting bagi keselamatan pengendara, sehingga perawatan rem sebaiknya dilakukan secara rutin.

Sebab-sebab utama dari kerusakan rem menurut Arismunandar dan Hirao (1998: 88) adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan minyak rem.

2. Terdapat kebocoran pada pipa-pipa atau sambungan-sambungannya. 3. Terdapat kebocoran minyak rem dari sebelah dalam dari roda. 4. Kebocoran-kebocoran dari silinder utama.

5. Terdapat gelembung-gelembung udara di dalam saluran-saluran minyak rem.

6. Jarak bebas antara bidang rem dan selubung rem terlalu besar.

b. Pemeliharaan Rem Cakram

Cakram rem dipasangkan pada poros roda yang dapat berputar diantara kanvas rem. Jika terjadi pengereman maka tekanan hidrolis dari silinder master akan menekan piston, dan piston mendorong kanvas rem untuk menekan cakram sehingga terjadi gesekan dan pengereman (Boentarto, 1995: 44). Adapun pemeriksaan sistem rem cakram secara visual adalah sebagai berikut :

1) Periksa ketinggian cairan rem dalam master silinder dan memeriksa sistem hidrolik rem.

Gambar 2.1. Ketinggian fluida (Sugeng, 2013: 146 )


(31)

2) Pemeriksaan kampas rem.

Periksa ketebalan kampas sepatu rem dan balok rem. Ada tiga jenis indikator keausan pad rem cakram adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Keausan Mekanis (Sugeng, 2013: 148)

Yang pertama adalah indikator keausan mekanis atau bunyi yang terdengar menggunakan strip logam yang melekat pada pad rem dan diposisikan untuk membuat kontak dengan cakram rem ketika pad mencapai tingkat ketebalan yang ditentukan.

Gambar 2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik (Sugeng, 2013: 148)

Tipe kedua adalah indikator keausan pad rem dengan listrik / elektronik, dengan menggunakan konektor listrik yang tertanam dalam materi pad rem. Ketika bearing mencapai titik yang telah ditentukan, konektor listrik di pad akan kontak dengan permukaan cakram, yang akan menghubungkan rangkaian antara konektor pad denga ground dan menyalakan lampu peringatan rem pada panel instrumen.


(32)

Gambar 2.4. Alur Pada Pad (Sugeng, 2013: 148) Tipe ke tiga adalah dengan alur pada pad.

Adapun pemeriksaan sistem rem cakram dengan pengukuran adalah sebagai berikut:

1) Periksa ketebalan cakram.

Gambar 2.5. Ketebalan Piringan (Sugeng, 2013: 149)

Gambar 2.6. Keolengan Piringan (Sugeng, 2013: 149) 2) Periksa alur cakram.

3) Prosedur untuk mengukur run-out cakram.

Jika cakram tidak bisa dilepas dari hub, kencangkan kembali mur roda ke hub untuk menahan cakram di tempat. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu untuk menginstal spacer sebelum mengencangkan roda. Ikuti prosedur yang direkomendasikan produsen. Putar cakram sambil melihat jarum dial indikator. seting dial indicator pada angka nol pada titik terbaca terendah. Terus putar cakram. Hentikan putaran saat dial indikator di angka tertinggi. Kurangi


(33)

pembacaan tertinggit dari yang terendah, perbedaannya adalah runout cakram. Jika tidak ada perbedaan antara pembacaan tertinggi dan terendah, maka runout adalah nol. Jika perbedaannya lebih besar dari 0, 005 maka bubut cakram.

4) Melepas, memeriksa dan memasang kaliper rem cakram.

Lepas dan periksa caliper. Selalu gunakan alat angkat yang tepat untuk menaikkan kendaraan. Lepaskan roda, Tandai roda untuk pemasangan ulang di lokasi aslinya. Periksa roda dari retak dan memakaian pola yang tidak biasa. Simpan roda ditempat yang aman. Identifikasi apakah kaliper untuk tetap atau. Sebuah caliper mengambang mempunyai satu sisi piston. Kaliper tetap biasanya mengandung empat piston dua di setiap sisi.

Gambar 2.7. Angkat Kaliper (Sugeng, 2013: 150)

Angkat kaliper dan keluarkan balok-balok rem. Bersihkan semua komponen rem. Gunakan hanya pelarut pembersih rem untuk membersihkan komponen rem. Jangan gunakan pelarut mesin atau bensin. Membongkar caliper dengan meniupkan udara bertekanan pada lubang selang pleksibel untuk mengeluarkan piston. Slipkan kain antara piston dan caliper untuk melindungi Piston. P a d a caliper tetap, setelah salah satu piston keluar, maka lepaskan piston lainnya satu per satu dengan penarik khusus.


(34)

Gambar 2.8. Torak bergerak keluar (Sugeng, 2013: 151)

Tekan pedal, torak harus bergerak keluar. Jika torak macet, kaliper rem harus dioverhaul. Untuk mengembalikan posisi torak, pakai alat penekan khusus. Periksa komponen caliper. Setelah membersihkan semua bagian internal dengan pelarut rem yang disarankan, memeriksa piston dari karat, retak, dan lubang-lubang. Jika ada salah satu hal tersebut ditemukan, ganti piston. Periksa busing, batang dan tabung pengantar

Gambar 2.9. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 152)

Pasang kaliper pada kerangka, keraskan baut pengikatnya. Kaliper harus dapat bergerak ke kanan dan ke kiri dengan baik. Jika gerakannya beratatau macet, maka busing, batang dan tabung pengantar harus diperbaiki

Gambar 2.10. Komponen Rem Cakram (Sugeng, 2013: 152)


(35)

Pasang kembali caliper. Lumasi semua bagian yang bergerak.

Gambar 2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak (Sugeng, 2013: 152)

Selama pemasangan, lumasi semua bagian yang bergerak dengan minyak rem bersih atau pelumas lain yang sesuai. Lumasi seal piston, Perlahan- lahan menekan kedalam dengan jari. Kemudian pasang piston

Gambar 2.12. Pasang Piston (Sugeng, 2013: 153)

Lumasi piston dengan vet silicon. Masukkan kedalam silinder kaliper, menekan perlahan – lahan dengan jari. Lalu pasang boot

Gambar 2.13. Pasang Boot (Sugeng, 2013: 153)

Lumasi tutup karet dengan vet silicon. Pasang perlahan-lahan dengan jari. Pasang cincin pengunci / penahan. Pasang balok – balok rem


(36)

Gambar 2.14. Pasang Balok-Balok Rem (Sugeng, 2013: 153)

Pasang balok–balok rem pada dudukannya dalam kerangka. Lalu pasang busing

Gambar 2.15. Pasang Busing (Sugeng, 2013: 153)

Pasang busing, batang dan tabung pengantar pada busing dalam kaliper. Kemudian pasang kaliper

Gambar 2.16. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 154)

Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper pada batang pengantar tetap. Pasang kaliper pada kerangka


(37)

Gambar 2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka (Sugeng, 2013: 154)

Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper pada batang pengantar tetap. Pasang selang rem. Bleeding semua sistem hidrolis dan kaliper, periksa ketinggian minyak rem dalam master silinder. Jika memasang caliper roda belakang, sambungkan kabel rem parkir dan setel rem parkir menurut petunjuk produsen. Pasang kembali roda / ban dan kencangkan mur roda dengan torsi sesuai dengan spesifikasi.

c. Pemeliharaan Rem Tromol

Rem tromol hidrolik menggunakan minyak rem sebagai perantara untuk meneruskan tekanan dari pedal rem ke kanvas rem dalam tromol (Boentarto, 1995: 34). Periksa sistem rem tromol secara visual. Lepaskan tromol sebelum melakukan pemeriksaan visual. Periksa level minyak rem dalam master silinder dan memeriksa sistem hidrolik rem. Gunakan alat angkat yang tepat untuk menaikkan kendaraan. Lepaskan roda. Bersihkan semua komponen rem tromol. Lepas tromol rem. Dalam beberapa sistem, tromol dapat dilepass dari hub roda. Dalam sistem lain, diperlukan untuk melepas bearing roda sebelum mengeluarkan tromol.


(38)

Gambar 18. Pemberian Grease (Sugeng, 2013: 156)

Jika tromol rem beralur oleh paku keling sepatu rem sebagai akibat dari pemakaian kanvas sepatu ren yang buruk, alur membuat tromol rem sulit dilepas. Jika ini terjadi, setel mundur mundur sepatu rem. putar roda bintang dengan sendok rem, untuk menjauhkan sepatu rem terhadap rem tromol. Periksa komponen rem tromol. Hati-hati memeriksa komponen rem tromol dan mencatat setiap indikasi kebocoran cairan dan mengidentifikasi sumber kebocoran. Periksa ketebalan kampas rem.

Gambar 2.19. Kampas Rem (Sugeng, 2013: 157)

Kepala keling harus setidaknya 1/64 inchi di bawah permukaan lapisan. Lapisan yang terikat pada sepatu harus setidaknya setebal sepatu itu sendiri. Periksa kampas rem dari retak, paku keling longgar, hilang atau kawasan yang rusak, atau masalah lainnya. Ganti sepatu yang tidak jelas memenuhi standar ketebalan.


(39)

Gambar 2.20. Backing plate

(Sugeng, 2013: 157)

Periksa backing plate dari retak dan distorsi, ganti jika retak atau distorsi yang ditemukan. Pastikan backing plate dipasang dengan aman. Jika lokasi kontak dengan sepatu ini beralur maka ganti backing plate. Periksa pegas pengembali sepatu rem dari retak dan distorsi. Pastikan pegas terhubung pada kedua ujungnya.

Gambar 2.21. Roda Bintang (Sugeng, 2013: 157)

Pastikan roda bintang roda tidak hilang setiap gigi dan pastikan bahwa tuas pengatur diposisikan dengan baik untuk penyetelannya. Periksa rem tromol (Perhatikan apakah tromol oval atau berlekuk juga perhatikan juga apakah tromol retak atau bintik-bintik).


(40)

Gambar 2.22. Ukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 158)

Mengukur diameter tromol. Diameter maksimal sering tertera pada tromol. Jika tromol tidak konsentris, dapat dibubut sampai batas diameter maksimal tromol. Periksa tromol dari alur. Perkirakan kedalaman setiap alur, Tentukan apakah dengan membubut alur tromol akan menyebabkan tromol melebihi diameter maksimalnya. Spesifikasi diameter maksimal tromol tertulis pada bagian luar atau bagian dalam tromol. Selama pemeriksaan rem, penyetel dapat dilepas dan dibersihkan tanpa membongkar seluruh komponen rem. Prosedur umum untuk pembongkaran, pembersihan, dan pemasangan kembali dan menyetel.

2) Melepas sepatu rem.

Gambar 2.23. Lepas Pegas (Sugeng, 2013: 159)

Lepas pegas pengembali menggunakan alat khusus pelepas pegas pengembali sepatu rem.


(41)

Gambar 2.24. Lepas Pegas Penahan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Lepas ring penahan pegas, penahan sepatu rem dengan memutar ring dan menahan pin dari belakang backing palte. Lepas unit pemegang sepatu rem. Lepas sepatu rem.

Gambar 2.25. Lepas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Lepas sepatu rem dengan menark kedua seaptu rem menjauh dari backing plate. Bersihkan backing plate dengan air dan sabun cuci, segera keringkan. Pastikan untuk menghilangkan semua kotoran dan karat. Lumasi dudukan sepatu rem.

Gambar 2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Pemeriksa daerah yang menjadi persinggungan dengan sepatu rem dari tanda-tanda keausan. Selanjutnya melumasi daerah tersebut dengan pelumas yang


(42)

dirancang untuk menahan suhu tinggi. Bersihkan dan lumasi semua perangkat keras rem. Periksa pegas dari korosi dan distorsi. Ganti komponen yang berkualitas buruk. Bersihkan dan lumasi penyetel sesuai dengan prosedur pabrik. Prosedur perawatan silinder roda. Lepas baut pengikat silinder roda dari backing plate. Dorong keluar semua komponen dalam roda silinder - piston, pegas, seal

Gambar 2.27. Komponen Silinder Roda (Sugeng, 2013: 160)

Hati-hati membersihkan silinder roda dan dua piston dengan pelarut yang direkomendasikan untuk sistem rem. Periksa silinder dan kedua piston dari karat, lubang-lubang. Setelah menghoning silinder roda, cuci silinder dengan larutan pembersih rem. Pastikan bahwa semua bagian dilumasi dengan minyak rem bersih atau pembersi lain yang disetujui rem perakitan pelumas. Pasang seal baru dan pegas baru. Dorong kedua seal ke dalam silinder, sehingga menekan pegas. seal harus menghadap ke pegas. Pasang kedua piston dengan sisi datar menghadap ke arah seal. Kemudian mendorong piston ke silinder sampai rata dengan silinder. Pasang boot dan harus bisa memegang piston. Pasang baut bleeding. Pastikan bahwa baut bleeding bersih. Pasang silinder roda pada

backing plate. Pasang pipa atau selang hidrolis sesuai dengan prosedur manual perbaikan.


(43)

3) Memasang sepatu rem

Gambar 2.28. Periksa Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)

Periksa sepatu rem baru dan tentukan apakah ada perbedaan antara sepatu rem baru dan yang lama, kebanyakan tipe rem servo menggunakan sepatu rem yang berbeda pada setiap roda, lapisan rem satu sepatu lebih panjang dari yang lain. Pasang sepatu rem terletak di masing-masing sisi silinder roda dengan menghubungkan ke ujung penyetel sepatu rem dengan pegas. Pasang pegas pemegang sepatu rem. Setel sepatu rem.

Gambar 2.29. Pegas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)

Gambar 2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 162)

Sesuaikan sepatu rem dengan pengukur diameter tromol. Kencangkan kenop untuk mengunci pengukur dalam posisi yang tepat. mSesuaikan sepatu rem melalui unit penyetel sampai menyentuh pengukur.


(44)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan merupakan penelitian yang telah dilakukan yang membantu penelitian untuk melakukan penelitian serupa.

Penelitian pertama Budiharyanto, (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Standar Kompetensi AC di Kelas XI Kompetensi Keahlian Tehnik Ototronik SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar praktek siswa kelas XI OTO 3 SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada pra siklus sebesar 72.5, pada siklus 1 sebesar 77.3 dan pada siklus 2 sebesar 81.7. Selain itu juga dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus sebanyak 13 siswa (32.5%), pada siklus 1 sebanyak 25 siswa (62.5%) dan pada siklus 2 sebanyak 40 siswa (100%).

Penelitian kedua Hidayat dan Suwito, (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Kompetensi Dasar Menguji Baterai Kelistrikan Otomotif Kelas XII di SMK PGRI 1 Lamongan menyimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru dalam menyiapkan RPP adalah 81,36 % (sangat baik) dan aktivitas guru dalam menerapkan RPP adalah 81,46 % (sangat baik). Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran adalah 80, 62 % (baik). Respon minat siswa terhadap penerapan model pembelajaran masalah


(45)

adalah 91,12 % (sangat baik). Hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I adalah 15 siswa dengan ketuntasan klasikal 60 % dan pada siklus II adalah 20 siswa dengan ketuntasan klasikal 80 %.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses belajar yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah daya. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan dalam kelompoknya. Ketika siswa melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya, maka dengan sendirinya akan mendorong potensi siswa untuk melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan tentang materi yang diberikan kepada siswa ke tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat. Untuk mempermudah keterangan dari pemikiran pada kerangka pikir penelitian, maka digambarkan dengan model skema di bawah ini


(46)

Gambar 2.31. Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis

yaitu “ Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video efektif untuk meningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memelihara sistem rem. ”

Masalah di sekolah :

1. Pembelajaran berpusat pada guru

2. Rata-rata hasil belajar belum mencapai KKM

Teknik pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video: 1. Penayangan video

2. Belajar dalam tim (mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut)

3. Evaluasi

Hasil belajar siswa

Pembelajaran model PBM berbantuan media video diharapkan mampu meningkatkan rata-rata hasil belajar


(47)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. 1. Desain Eksperimen

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen dengan pola

pre test – post test group design, yaitu adanya pre test dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringandengan pemberian pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Pemberian perlakuan menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Group Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen E1 X1 E2

Kontrol K1 X2 K2

Keterangan:

E1 : Simbol tes awal untuk kelompok eksperimen yang berupa tes tertulis

K1 : Simbol tes awal untuk kelompok kontrol yang berupa tes tertulis X1 : Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran


(48)

X2 : Perlakuan berupa pembelajaran model pembelajaran langsung berbantuan media gambar

E2 : Simbol tes akhir untuk kelompok eksperimen yang berupa tes tertulis

K2 : Simbol tes akhir kelompok kontrol yang berupa tes tertulis

Berdasarkan desain penelitian di atas tersusunlah alur rancangan dalam penelitian ini. Alur rancangan penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar sebagi berikut :

Gambar 3.1. Alur Rancangan Penelitian

Kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem)

Eksperimen Kontrol

Pretest Pretest

Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar

Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Berbantuan Media Video

Posttest Posttest

Analisa


(49)

2. Pelaksanaan Eksperimen a. Pembuatan RPP

RPP yang dibuat berdasarkan silabus yang ada di sekolah tersebut. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit per pertemuan.

b. Pembuatan soal

Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

c. Uji coba instrumen

Uji coba dilakukan untuk mengetahui taraf kesukaran, daya pembeda soal, validitas dan reliabilitas soal. Soal akan diujicobakan pada kelas XI TKR 2 SMK Wisudha Karya Kudus.

d. Tes sebelum perlakuan (pre test)

Pre test diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Pre test

dikenakan pada siswa sebagai subjek penelitian, yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Pemberian perlakuan

Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan. Perlakuan diberikan kepada siswa kelas XI TKR 1 sebagai kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran tanpa model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video siswa kelas XI TKR 3 pada kelas kontrol.


(50)

f. Tes setelah perlakuan (post test)

Post test dikenakan setelah diberi perlakuan. Melaksanakan post test pada kelas eksperimen dan kontrol. Post test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis masalahberbantuan media video.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya dengan jumlah 115 siswa pada tahun pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 2005:161). Sampel dalam peneletian ini adalah bagian dari siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalahberbantuan media video, sebagai kelas kontrol adalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37 siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Teknik sampling yang dilakukan adalah sampel random, yaitu sampel yang diambil dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto, 2013:177).


(51)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013:161). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi suatu kejadian. Variabel bebas yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan di kelompok eksperimen dan model pembelajaran langsungberbantuan media gambardi kelompok kontrol.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan pada peserta didik kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitaian ini adalah : 1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. (Arikunto, 2013:201). Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa informasi mengenai daftar nama peserta didik yang akan menjadi sampel dan mendapatkan data nilai yang kemudian akan dianalisis, serta memperoleh informasi mengenai


(52)

kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringandi SMK Wisudha Karya.

2. Metode Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah dietntukan (Arikunto, 2012:67). Alat tes yang digunakan diuji validitas dan reliabilitasnya. Alat tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelas kontrol sama. Hasil tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif yang akan diolah untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2013: 203). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat jawaban.

Dalam menyusun perangkat instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada beberapa langkah yang ditempuh, yaitu:

1. Materi yang diteskan dibatasi pada pembelajaran yang meliputi : memelihara sistem rem.

2. Menyusun soal sebanyak 35 butir soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Penyusunan soal dengan mempertimbangkan indikator dan kisi-kisi soal.


(53)

Tabel 3.2. Indikator dan Kisi-Kisi Soal

No Indikator dan Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Coba Setelah Uji Coba 1. Identifikasi sistem rem dan

komponennya

1, 2,3, 4, 5, 6,7,8,9,10

1,3,4,5,6,7,8,9,10

2. Pemeliharaan sistem rem dan komponennya sesuai SOP

11,12.13,14, 15,16,17,18

11,12,14,15,17,18

3. Perbaikan sistem rem dan komponennya

19,20,21,22, 23,24,25

19,20,21, 22,23,25 4. Overhaul sistem rem 26,27,28,29.30,

31,32,33,34,35

26,27,28,29.30, 31,32,33,34,

JUMLAH 35 30

Keterangan : angka yang dicetak tebal pada kolom sebelum uji coba merupakan soal yang tidak valid.

E. Validitas dan Reabilitas

a. Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan sesuat instrumen (Arikunto, 2013:211). Rumus untuk menghitung validasi menggunakan korelasi point biserial. Rumus antara dua variabel, dalam penelitian ini digunakan untuk mencari korelasi antara item dengan seluruh tes atau validasi item. Adapun rumus korelasi point biserial yaitu :

(Arikunto,2012: 93) Keterangan:

rpbis = Koefisien korelasi point biserial


(54)

dicari korlasinya dengan tes

Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut q = 1-p

Setelah didapat nilai rpbis kemudian dengan nilai rtabel korelasi

product-moment. Apabila rpbis > rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan valid,

tetapi jika Apabila rpbis < rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan tidak

valid. Harga kritik dari r product-moment N= 38 0,320.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi point biserial, maka diperoleh hasil dari 35 soal, yang tidak valid adalah nomor 2, 13, 16, 24, dan 35.

b. Reabilitas

Reliabilitas menunjuk pada sesuatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2013: 221).

(Arikunto, 2012: 115) Keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan


(55)

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Jika r11 hitung > rtabel product-moment maka perangkat soal tersebut realibel dan jika

sebaliknya yaitu r11 tabel < rtabel product-moment tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap instrumen menggunakan rumus tersebut diperoleh koefisien sebesar 0,871. Pada taraf kesalahan 5% dengan n=38 diperoleh harga rtabel sebesar 0,320. Karena koefisien reabilitas tersebut lebih

besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. c. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus :

(Arikunto,2012:223) Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagi berikut :


(56)

1. Soal dengan P 0,00-0,030 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,31-0,70 adalah soal sedang

3. Soal dengan P 0,71-1,00 adalah soal mudah (Arikunto,2012:225)

Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Yang termasuk kriteria mudah yaitu nomor 1, 7, 9, 10, 15, 17, 19, 22, 25, 27, 32, dan 35.

2. Yang termasuk kriteria sedang yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 16, 20, 21, 24, 26, 28, 30, 31, dan 33.

3. Yang termasuk kriteria sukar yaitu nomor 11, 18, 23, 29, dan 34. d. Daya Pembeda

Daya Pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (`Arikunto,2012: 226).

Rumus untuk menemukan indeks diskriminasi adalah

(Arikunto, 2012: 228) Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelmpok bawah


(57)

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat P

sebagai indeks kesukaran)

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Daya beda kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)

D : 0,21 - 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,41 - 0,70 : baik (good)

D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2012: 232)

Untuk daya pembeda, soal yang tergolong baik sekali tidak ada. Soal yang tergolong baik ada 4 yaitu nomor 4, 5, 6, 17. Soal yang tergolong cukup ada 27 soal yaitu 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28.29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Soal yang tergolong jelek ada 4 nomor yaitu nomor 13, 16, 24, dan 35.

F. Teknis Analisis Data

1. Analisis Data Awal a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya dengan menggunakan rumas uji Chi Kuadrat (

2


(58)

(Sudjana, 2005: 273) Keterangan:

2

= Chi kuadrat

Oi = Frekuensi yang diperoleh dari sampel Ei = Frekuensi yang diharapkan dari sampel k =Banyaknya kelas interval

Dengan kriteria pengujian H0 diterima jika < , =0,05. b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut mempunyai varians yang sama. Jika sama maka dikatakan homogen. Untuk menguji kesamaan varians tersebut digunakan rumus berikut :

(Sudjana 2005: 250)

Peluang untuk distribusi adalah ½ α (α adalah taraf signifikasi, dalam hal ini 5%)

dan derajat kebebasan untuk pembilang −1 dan derajat kebebasan untuk penyebut −1, kriteria :

a. Jika Fhitung > F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut

berbeda

b. Jika Fhitung < F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut


(59)

c. Uji Kesamaan Rata-Rata

Uji ini berfungsi untuk menguji perbedaan rata-rata pre test peningkatan hasil belajar, maupun ketuntasan belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol digunakan uji t.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : μ2= μ1

H1 : μ2≠ μ1

Keterangan :

μ1 = Rata- rata data kelas eksperimen

μ2 = Rata- rata data kelas kontrol

Berdasarkan varians yang sama, rumus t - test yang digunakan : ̅̅̅ ̅̅̅

(Sudjana, 2005: 239)

(Sudjana, 2005: 239) Keterangan:

̅̅̅: rata-rata nilai kelas eksperimen ̅̅̅: rata-rata nilai kelas kontrol

: varians nilai kelas eksperimen : varians nilai kelas kontrol :jumlah anggota kelas eksperimen


(60)

: jumlah anggota kelas kontrol

Pernyataan uji analisis uji t-test adalah hipotesis diterima jika thitung≥ ttabel

dengan derajat (dk) = ( + -2) dan taraf nyata (1- α = 5%). Sedangkan jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak.

2. Analisis Data Akhir (Post Test)

a. Uji Normalitas

Rumus untuk menghitung uji normalitas pada tahap akhir sama dengan rumus uji normalitas pada tahap awal.

b. Uji Homogenitas

Rumus untuk menghitung uji homogenitas pada tahap akhir sama dengan rumus uji homogenitas pada tahap awal.

c. Uji Kesamaan Rata-Rata

Rumus untuk menghitung uji kesamaan rata-rata pada tahap akhir sama dengan rumus uji kesamaan rata-rata pada tahap awal.

d. Uji Gain

Setelah diketahui hasil pre test dan post test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka tahap selanjutnya adalah mencari/ menghitung peningkatan hasil sebelum dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rumus yang digunakan adalah:

(Sundayana, 2014: 151)


(61)

Tabel 3. 1. Interprestasi Gain Ternomalisasi yang Dimodifikasi Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi

-1,00 < g < 0,00 terjadi penurunan g = 0,00 tidak terjadi peningkatan 0,00 < g < 0,30 rendah

0,30 < g < 0,70 sedang 0,70 < g < 1,00 tinggi


(62)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Hasil penelitian ini berupa data penilaian siswa setelah menggunakan instrumen tes tertulis kompetensi memelihara sistem rem. Instrumen tertulis ini disusun sesuai materi pembelajaran dan indikator pada silabus dan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan realibilitas setiap indikator poin penilaian. Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan instrumen tersebut valid dan reliabel serta dapat digunakan dalam penelitian.

Sampel dalam peneletian ini adalah bagian dari siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video, sebagai kelas kontroladalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37 siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar

Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video akan digunakan untuk model pembelajaran pada kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelompok kontrol mengggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar akan dilaksanakan sebagai perlakuan yang sebelumnya dilakukan pre-test

terhadap kedua kelompok. Berikut adalah gambar grafik hasil nilai pre test pada kelas kontrol dan eksperimen :


(63)

Gambar 4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol

Gambar 4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen

Setelah diperoleh hasil pre-test kemudian dilanjutkan dengan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video untuk kelompok eksperimen dan menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media video. Setelah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran langsung berbantuan media video sebelumnya diterapkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil belajar melalui post-test. berupa nilai post test

0 2 4 6 8 10 12 14

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

Fre

k

uens

i

Hasil Belajar

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00

Fre

k

uens

i


(64)

pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut ini adalah gambar grafik hasil

Post Test pada kelas kontrol dan eksperimen :

Gambar 4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol

Gambar 4.4. Grafik Hasil Post Test Kelas Eksperimen

Dari Hasil pre test dan post test terlihat adanya peningkatan pada kelas kontrol dan eksperimen. Untuk lebih jelasnya hasil peningkatan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Fre

k

uens

i

Hasil Belajar

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Fre

k

uens

i


(65)

Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata Kelas No Kelas Pre test Post test

1. Eksperimen 56,08 83,58 2. Kontrol 56,13 66,31

Dari tabel di atas nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen 56,08 dan pada kelas kontrol 56,13. Sedangkan nilai post test pada kelas eksperimen 83,58 dan pada kelas kontrol 66,31. Dari data tersebut nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai rata-rata kelas meningkat, tetapi peningkatannya berbeda.

B. Analisis Data

1. Analisis Data Awal

a. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal No Kelas 2

hitung 2tabel Kriteria

1. Eksperimen 6,8633

7,81 Normal 2. Kontrol 3,2321 Normal

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji normalitas data kelompok eksperimen diperoleh nilai 2hitung = 6,8633. Dengan taraf nyata = 5% dan dk

= 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti

nilai hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai

2

hitung = 3,2321. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan

demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen


(66)

b. Hasil Uji Homogenitas

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Awal No Kelas Fhitung F tabel Kriteria

1. Eksperimen

1,6987 1,72 Normal

2. Kontrol Normal

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen varians = 51,79 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 87,97. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,6987. Dari tabel distribusi F

dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F

tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua

kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.

c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata

Tabel 4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal No Kelas thitung ttabel Kriteria

1. Eksperimen

-0,226 1,67 Tidak Berbeda Signifikan 2. Kontrol

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata dengan uji pihak diperoleh thitung = -0,226, sedangkan ttabel = 1,67, karena

thitung berada pada daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

kesamaan hasil pre test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Analisis Data Akhir

a. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Akhir No Kelas 2

hitung 2tabel Kriteria

1. Eksperimen 4,1043

7,81 Normal 2. Kontrol 6,5628 Normal


(67)

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji normalitas data kelompok eksperimen diperoleh nilai 2hitung = 4,1043. Dengan taraf nyata = 5% dan dk

= 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan demikian 2hitung < 2tabel (4,1043<7,81), ini berarti nilai

hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai

2

hitung = 6,5628. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan

demikian 2hitung < 2tabel (6,5628<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen

berdistribusi normal.

b. Hasil Uji Homogenitas

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir No Kelas Fhitung F tabel Kriteria

1. Eksperimen

1,4134 1,72 Normal

2. Kontrol Normal

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen varians = 34,41 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians = 48,63. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,4134. Dari tabel distribusi F

dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F

tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua

kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.

c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata

Tabel 4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir No Kelas thitung ttabel Kriteria

1. Eksperimen

11,796 1,67 Berbeda Signifikan 2. Kontrol


(68)

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata dengan uji pihak diperoleh thitung = 11,796, sedangkan ttabel = 1,67, karena

thitung berada pada daerah penolakan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

post test kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.

d. Uji Gain

Setelah diketahui hasil pre test antara kelas kontrol dan eksperimen, maka tahap selanjutnya adalah meghitung presentase hasil belajar peningkatan sebelum dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 4.8. Hasil Uji Gain

Gain Kriteria Eksprimen `Kontrol

n % n %

-1,00 < g < 0,00 terjadi penurunan 0 0 2 5,4 g = 0,00 tidak terjadi peningkatan 0 0 3 8,1 0,00 < g < 0,30 Rendah 1 2,5 19 51,4 0,30 < g < 0,70 Sedang 25 62,5 13 35,1 0,70 < g < 1,00 Tinggi 14 35 0 0

Jumlah 40 100 37 100

Hasil perhitungan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh angka sebesar 2,5% untuk krieteria rendah, 62,5% untuk kriteria sedang dan 35% untuk kriteria tinggi. Sedangkan hasil peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol diperoleh angka sebesar 3,4% untuk kriteria terjadi penurunan, 8,1% untuk kriteria tidak terjadi peningkatan, 51,4% untuk kriteria rendah dan 35,1% untuk kriteria sedang. Angka tersebut merupakan peningkatan presentase peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.


(69)

Tabel 4.9. Hasil Uji Gain pada Rata-Rata Kelas Kelas Pre Test Post Test Uji Gain Kriteria Kontrol 56,13 66,31 0,20 rendah Eksperimen 56,08 83,58 0,62 sedang

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada tiap kelas, maka dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 0,62 dengan kriteria peningkatan sedang, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil peningkatan hasil belajar sebesar 0,20 dengan kriteria peningkatan rendah.

C. Pembahasan

Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses belajar yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah daya. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan dalam kelompoknya. Ketika siswa


(70)

melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya, maka dengan sendirinya akan mendorong potensi siswa untuk melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan tentang materi yang diberikan kepada siswa ke tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.

Berdasarkan analisis data awal diperoleh bahwa data berdistribusi normal,

Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol berangkat dari keadaan yang homogen atau sama. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar.

Pembelajaran pada kelas eksperimen diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video, materi pelajaran yang bersifat permasalahan akan menjadi jelas, serta dapat membantu siswa mempermudah menyerap materi pelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video mempunyai kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan pembelajaran model lainnya, karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video mengharuskan siswa secara mencari informasi lebih luas tentang pemecahan masalah dari materi yang disampaikan, sehingga model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video mempunyai kelebihan


(71)

bagi siswa dan guru. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat meningkatkan faktor individu berupa minat dan motivasi belajar siswa.

Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol adalah pembelajaran model pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Pembelajaran dengan model ini awalnya memang membuat siswa lebih tenang karena guru mengendalikan siswa secara penuh. Siswa hanya duduk dan memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran dan contoh soal beserta tanya jawab. Kegiatan hanya berpusat pada guru saja sebagai pemberi informasi atau materi pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menuntun siswa, menerangkan materi sehingga pengetahuan yang didapat cepat hilang. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru kurang memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum hanya diam saja, siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.

Setelah kelas eksperimen dan kontrol mendapat perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelas diberikan post test pada akhir penelitian, hasil dari test tersebut dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis (uji kesamaan rata-rata). Dari uji normalitas dan homogenitas tersebut, menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen.

Dari hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata dengan uji pihak diperoleh


(72)

penolakan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil post test kelompok

eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil rata-rata nilai post test pada kelas eksperimen sebesar 83,58, sedangkan hasil post test pada kelas kontrol sebesar 66,31. Hal ini menunjukkan bahwa hasil post test pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada tiap kelas, maka dihitung besar peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata hasil peningkatan hasil belajar sebesar 0,62 dengan kriteria peningkatan sedang, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 0,20 dengan kriteria rendah.

Penelitian menujukkan bahwa ada peningkatan yang lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontol. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video siswa lebih banyak berinteraksi dibandingkan menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga belajar dari manapun karena siswa diharuskan mencari informasi untuk pemecahan suatu masalah. Dengan demikian siswa akan lebih termotivasi belajar dan menjadi lebih paham pada suatu materi. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran yang dilaksanakan kurang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran. Hal ini dapat berakibat kemampuan ataupun hasil belajar siswa menjadi kurang meningkat.


(73)

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, diketahui bahwa hasil post test

pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat mencapai nilai rata-rata kelas yang lebih tinggi daripada hasil post test pada kelas kontrol model pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Jadi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video lebih efektif jika dibandngkan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 20 Dokumentasi