Tabel 4.8 Kategori Variabel Lingkungan Kerja
Interval Skor Kategori
3192 – 3800
Sangat Baik 2584
– 3192 Baik
1976 – 2584
Cukup Baik 1368
– 1976 Kurang Baik
760 – 1368
Tidak Baik Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan kategori pada tabel 4.8 variabel lingkungan kerja termasuk dalam kategori baik.
c. Kepuasan Kerja Y
1
Variabel kepuasan kerja memiliki 9 pernyataan yang dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian. Berikut tabel tanggapan responden
tentang kepuasan kerja:
Tabel 4.9 Tanggapan Responden tentang Kepuasan Kerja No. Indikator Kepuasan Kerja
Skor Jawaban Jumlah
ST T
S R
SR
1. Pekerjaan saya sangat menarik
38 29
9 76
2. Senang
dengan tanggung
jawab pekerjaan 33
40 3
76 3.
Gaji sesuai beban kerja 23
16 23
14 76
4. Tingkat promosi kerja
39 25
12 76
5. Puas dengan tingkat kemajuan
diri 36
31 7
2 76
6. Atasan memberikan dukungan
38 30
7 1
76 7.
Senang hasil
pekerjaan diperiksa
44 30
2 76
8. Rekan
kerja bertanggung
jawab 26
37 10
3 76
9. Tim kerja menyenangkan
51 20
5 76
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari Tabel 4.9, indikator pembayaran kepuasan kerja pada penelitian
ini tergolong dalam kategori tinggi, dapat dilihat dari pernyataan no. 3 yang
merupakan pernyataan untuk memiliki nilai deskriptif persentase sebesar 72,63. Sedangkan pernyataan no. 1-2 mewakili indikator karakteristik
pekerjaan 87,76 pernyataan no. 4-5 untuk indikator promosi 87,10, pernyataan indikator kepenyeliaan 86,71 no. 6-7 dan indikator rekan
kerja 87,36 pada no. 8-9 menunjukkan kepuasan kerja yang sangat tinggi pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
Pada variabel kepuasan kerja digunakan 9 pernyataan, yang masing- masing pernyataan memiliki skor 1 sampai 5, skor maksimal: 5 x 9 x 76 =
3420. Hasil penelitian tentang kepuasan kerja pada lampiran diperoleh total skor sebesar 2945, sehingga diperoleh DP = 2945 : 3420 x 100 = 86,11.
Tabel kategori variabel kepuasan kerja sebagai berikut:
Tabel 4.10 Kategori Variabel Kepuasan Kerja Interval Skor
Kategori
2873 – 3420
Sangat Tinggi 2325
– 2872 Tinggi
1777 – 2324
Cukup 1229
– 1777 Rendah
681 – 1229
Sangat Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan kategori pada tabel 4.10 variabel kepuasan kerja termasuk dalam kategori sangat tinggi.
d. Kinerja
Pada variabel kinerja ada 11 pernyataan yang dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian. Berikut tabel tanggapan responden tentang
kinerja:
Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Kinerja No.
Indikator Kinerja Skor Jawaban
Jumlah ST
T S
R SR
1. Pimpinan tidak pernah komplain 4
48 22
2 76
2. Hasil produk lebih dari standar
5 29
34 8
76 3.
Jumlah produk sesuai target 8
45 22
1 76
4. Produk
lebih dari
standar minimal
6 37
29 4
76 5.
Tidak pernah ditegur pimpinan 8
29 28
11 76
6. Waktu dapat dioptimalkan
3 65
7 1
76 7.
Mampu menyelesaikan tugas 5
64 7
76 8.
Berusaha hemat bahan baku 15
42 3
76 9.
Mengetahui apa yang harus dilakukan
5 57
13 1
76 10. Mampu
menyelesaikan pekerjaan
8 36
22 10
76 11. Senang menghabiskan waktu di
organisasi 9
39 26
2 76
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari Tabel 4.11 pada pernyataan no. 1 dan no. 2 mewakili indikator
kualitas kerja yang termasuk dalam kategori tinggi dengan deskriptif persentase sebesar 71,19. Indikator kuantitas melalui pernyataan no. 3-4
dengan DP sebesar 73,81 termasuk kategori tinggi. Waktu produksi tergolong dalam kategori tinggi pada pernyataan no. 5-6 73,68.
Pernyataan no. 7-8 mewakili indikator efektivitas dengan DP sebesar 79,21 termasuk kategori tinggi. Indikator kemandirian dengan nilai DP
sebesar 74,21 diwakili oleh pernyataan no. 9-10 termasuk kategori tinggi. Komitmen kerja juga termasuk dalam kategori tinggi dengan DP 74,47
melalui pernyataan no.11. Pada variabel kinerja digunakan 11 pernyataan, yang masing-masing
pernyataan memiliki skor 1 sampai 5, skor maksimal: 5 x 11 x 76 = 4180. Hasil penelitian tentang kinerja pada lampiran diperoleh total skor sebesar
3111, sehingga diperoleh DP = 3111 : 4180 x 100 = 74,43. Tabel kategori variabel kinerja sebagai berikut:
Tabel 4.12 Kategori Variabel Kinerja Interval Skor
Kategori
3511 – 4180
Sangat Tinggi 2841
– 3510 Tinggi
2171 – 2840
Cukup 1501
– 2170 Rendah
831 – 1500
Sangat Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan kategori pada tabel 4.12 variabel kinerja termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Wonosobo diharapkan dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawannya.
4.2.3. Uji Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Normalitas
Kenormalan data dapat dilihat dari uji normalitas Kolmogrov-Smirnov berdasarkan nilai unstandardized residual e. Data dianalisis dengan bantuan
computer program SPSS 16.0. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat berdasarkan output SPSS versi 16.0 seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Kepuasan Kerja
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 76
Normal Parameters
a
Mean 38.7631579
Std. Deviation 2.34883680
Most Extreme Differences
Absolute .071
Positive .056
Negative -.071
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. 2-tailed .836
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Kinerja
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 76
Normal Parameters
a
Mean 40.9342105
Std. Deviation 2.14766704
Most Extreme Differences
Absolute .066
Positive .045
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .576
Asymp. Sig. 2-tailed .894
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Terlihat pada tabel diatas pada baris Asymp. Sig 2-tailed diperoleh
signifikasi untuk variabel dependen kepuasan kerja sebesar 0,836 dan untuk variabel dependen kinerja sebesar 0,894 atau probabilitas 0,05 maka data
penelitian berdistribusi normal. Disamping dengan menggunakan uji kolmogorov- smirnov, uji normalitas ini juga didukung dari hasil gambar grafik normal
probability plot. Regresi memenuhi asumsi normalitas jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik Normal P-P Plot Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Kinerja Karyawan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Terlihat berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2, titik-titik mendekati garis diagonal
yang berarti bahwa model regresi berdistribusi normal.
4.2.3.2 Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak terdapat korelasi yang sempurna atau korelasi tidak sempurna tetapi sangat tinggi pada variabel-variabel
bebas yang digunakan pada sebuah penelitian. Uji multikolinieritas mengukur tingkat keeratan tingkat asosiasi keeratan hubungan atau pengaruh antar variabel
bebas melalui besaran koefisien korelasi. Pengujian multikolinieritas ini dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor VIF. Dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas Kepuasan Kerja
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1Constant Kepemimpinan
.768 1.303
Lingkungan Kerja .768
1.303 a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinieritas Kinerja Karyawan
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1Constant Kepemimpinan
.679 1.474
Lingkungan Kerja .614
1.630 Kepuasan Kerja
.579 1.726
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.15 dan tabel 4.16
diketahui nilai Variance Inflaction Factor VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Jadi dapat disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas antara variable bebas kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan.
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji sama atau tidaknya varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika
residualnya mempunyai
varians yang
sama, maka
disebut terjadi
homokedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas.
Model yang bebas berdasarkan heterokedastisitas memiliki grafik Scatterplot dengan pola titik-titik menyebar di atas dan di bawah sumbu Y atau
tidak ada pola tertentu pada grafik Scatterplot 4.3 dan 4.4 berikut ini: Gambar 4.3
Grafik Scatterplot Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Gambar 4.4 Grafik Scatterplot Kinerja Karyawan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari grafik 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas ataupun di bawah 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan variabel
independen kepemimpinan dan lingkungan kerja. Grafik 4.4 juga menunjukkan pola yang sama dan tidak terjadi heterokedatisitas sehingga
layak digunakan untuk memprediksi kinerja karyawan berdasarkan variabel bebas kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja.
Hasil dari uji glejser dengan menggunakan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Hasil Uji Glejser Variabel Dependen Kepuasan Kerja
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
2.205 3.732
.591 .556
Kepemimpinan -.013
.102 -.017
-.130 .897
LingkunganKerja -.046
.100 -.064
-.460 .647
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Tabel 4.18 Hasil Uji Glejser Variabel Dependen Kinerja
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-1.252 3.011
-.416 .679
Kepemimpinan .011
.081 .020
.140 .889
Lingkungan Kerja -.009
.082 -.017
-.109 .913
Kepuasan Kerja .029
.089 .051
.326 .746
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.17 dan 4.18 terlihat bahwa nilai probabilitas signifikansinya 0,05, maka dapat disimpulkan
model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
4.2.3.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi adalah menggunakan Uji Durbin-Watson DW test.
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam
model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel indepen.
Tabel 4.19 Hasil Uji Autokorelasi Kepuasan Kerja
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .646
a
.417 .401
2.81376 1.686
a. Predictors: Constant, Lingkungan Kerja, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Nilai DW sebesar 1,686, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 76 n dan jumlah variabel independen 2 k=2, maka akan didapatkan nilai dl=1,571 dan du=1,680.
Oleh karena nilai DW 1,686 lebih besar dari batas atas du 1,680 dan kurang dari 4-1,680 4-du yaitu sebesar 2,320, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.20 Hasil Uji Autokorelasi Kinerja Karyawan
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .731
a
.535 .516
2.04374 2.008
a. Predictors: Constant, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Nilai DW sebesar 2,008, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 76 n dan jumlah
variabel independen 3 k=3, maka akan didapatkan nilai dl=1,503 dan du=1,709. Oleh karena nilai DW 2,008 lebih besar dari batas atas du 1,709 dan
kurang dari 4-1,709 4-du yaitu sebesar 2,291, maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
4.2.4 Analisis Jalur Path Analysis
Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur Path analysis. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi
linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas model causal antar variabel yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan teori Ghozali, 2006: 210. Analisis jalur pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Analisis pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
Menurut Ghozali 2009: 211 koefisien jalur menggunakan standardized koefisien regresi. Hasil analisis regresi pengaruh kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.21 Hasil Uji Simultan Kepuasan Kerja
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.646
a
.417 .401
2.81376 a. Predictors: Constant, Lingkungan Kerja, Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.19 menunjukkan nilai R
2
R Square sebesar 0,417. Nilai R
2
ini digunakan dalam penghitungan nilai e
1
. e
1
merupakan varian variabel kepuasan kerja yang tidak dijelaskan oleh kepemimpinan dan lingkungan kerja. Besarnya
e
1
= =
= = 0,763.
Tabel 4.22 Analisis Regresi Kepuasan Kerja
.
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
11.960 3.752
3.187 .002
Kepemimpinan .316
.105 .308
3.018 .004
Lingkungan Kerja .427
.099 .439
4.301 .000
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.58 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut:
Y
1
= b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e
1
Y1 = 0,308 X
1
+ 0,439 X
2
+ 0,763 ………………………..1
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa: i.
Setiap terjadi peningkatan kualitas kepemimpinan, akan diikuti peningkatan kepuasan kerja sebesar 0,308.
ii. Meningkatnya kualitas lingkungan kerja, akan diikuti peningkatan
kepuasan kerja sebesar 0,439.
Sehingga dari persamaan 1 dapat diketahui bahwa jika kepemimpinan meningkat maka kepuasan kerja akan meningkat. Begitu juga dengan
lingkungan kerja, jika lingkungan kerja meningkat maka kepuasan kerja juga akan ikut meningkat.
b. Analisis pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
Hasil analisis regresi pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.23 Hasil Uji Simultan Kinerja Karyawan
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.731
a
.535 .516
2.04374 a. Predictors: Constant, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan,
Lingkungan Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.21 menunjukkan nilai R
2
R Square sebesar 0,535. Nilai R
2
ini digunakan dalam penghitungan nilai e
2
. e
2
merupakan varian variabel kinerja yang tidak dijelaskan oleh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan
kerja. Besarnya e
2
= =
= = 0,682.
Tabel 4.24 Analisis Regresi Kinerja Karyawan .
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
14.654 2.921
5.016 .000
Kepemimpinan .174
.081 .209
2.146 .035
LingkunganKerja .163
.081 .207
2.018 .047
KepuasanKerja .366
.086 .447
4.232 .000
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui persamaan regresinya sebagai berikut:
Y
2
=b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
Y
1
+e
2
Y
2
= 0,209 X
1
+0,207 X
2
+0,447 Y
1
+ 0,682 ………………….2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa: i.
Setiap terjadi kenaikan kepemimpinan, akan diikuti dengan kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,209.
ii. Setiap terjadi kenaikan lingkungan kerja, akan diikuti kenaikan kinerja
karyawan sebesar 0,207. iii.
Setiap terjadi kenaikan kepuasan kerja, akan diikuti kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,447.
Berdasarkan persamaan 1 dan 2 didapat suatu model analisis jalur sebagai berikut:
Model jalur penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.5.
Hasil Uji Intervening 0,209
0,308 0,447
0,439 0,207
Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Kepemimpinan X
1
Lingkungan Kerja X
2
Kepuasan Kerja Y
1
Kinerja Y
2
0,763 0,682
4.2.4.1 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1.1 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total Pengaruh
Pada model analisis jalur, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel exogenous terhadap variabel endogenus.
a. Pengaruh Langsung Direct Effect atau DE
1 Pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan X
1
Y
2
= ρy
2
x
1
= 0,209 Nilai koefisien jalur kepemimpinan terhadap kinerja karyawan
secara langsung adalah sebesar 0,209 dan signifikansi pada 0,035 yang
berarti Hipotesis 1 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif
0,209 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,035 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
2 Pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja X
1
Y
1
= ρy
2
x
1
= 0,308 Nilai koefisien jalur kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan secara langsung adalah sebesar 0,308 dan signifikansi pada
0,004 yang berarti Hipotesis 2 dapat diterima karena nilai koefisien
jalur positif 0,208 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,004 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
3 Pengaruh variabel Lingkungan Kerja terhadap Kinerja X
2
Y
1
= ρy
1
x
2
= 0,207 Nilai koefisien jalur lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
secara langsung adalah sebesar 0,207 dan signifikansi pada 0,047 yang
berarti Hipotesis 3 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif
0,207 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,047 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
4 Pengaruh variabel Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja X
2
Y
2
= ρy
2
x
2
= 0,439 Nilai koefisien jalur lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan secara langsung adalah sebesar 0,439 dan signifikansi pada
0,000 yang berarti Hipotesis 4 dapat diterima karena nilai koefisien
jalur positif 0,439 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo.
5 Pengaruh variabel Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Y
1
Y
2
= ρy
2
y
1
= 0,447 Nilai koefisien jalur kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja
karyawan adalah sebesar 0,447 dengan signifikansi 0,000 yang berarti
Hipotesis 5 dapat diterima karena nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 0,000 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM Kabupaten Wonosobo.
b. Pengaruh Tidak Langsung Indirect Effect atau IE