Kepuasan Kerja Y Pengaruh Langsung Direct Effect atau DE

Tabel 4.8 Kategori Variabel Lingkungan Kerja Interval Skor Kategori 3192 – 3800 Sangat Baik 2584 – 3192 Baik 1976 – 2584 Cukup Baik 1368 – 1976 Kurang Baik 760 – 1368 Tidak Baik Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan kategori pada tabel 4.8 variabel lingkungan kerja termasuk dalam kategori baik.

c. Kepuasan Kerja Y

1 Variabel kepuasan kerja memiliki 9 pernyataan yang dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian. Berikut tabel tanggapan responden tentang kepuasan kerja: Tabel 4.9 Tanggapan Responden tentang Kepuasan Kerja No. Indikator Kepuasan Kerja Skor Jawaban Jumlah ST T S R SR 1. Pekerjaan saya sangat menarik 38 29 9 76 2. Senang dengan tanggung jawab pekerjaan 33 40 3 76 3. Gaji sesuai beban kerja 23 16 23 14 76 4. Tingkat promosi kerja 39 25 12 76 5. Puas dengan tingkat kemajuan diri 36 31 7 2 76 6. Atasan memberikan dukungan 38 30 7 1 76 7. Senang hasil pekerjaan diperiksa 44 30 2 76 8. Rekan kerja bertanggung jawab 26 37 10 3 76 9. Tim kerja menyenangkan 51 20 5 76 Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari Tabel 4.9, indikator pembayaran kepuasan kerja pada penelitian ini tergolong dalam kategori tinggi, dapat dilihat dari pernyataan no. 3 yang merupakan pernyataan untuk memiliki nilai deskriptif persentase sebesar 72,63. Sedangkan pernyataan no. 1-2 mewakili indikator karakteristik pekerjaan 87,76 pernyataan no. 4-5 untuk indikator promosi 87,10, pernyataan indikator kepenyeliaan 86,71 no. 6-7 dan indikator rekan kerja 87,36 pada no. 8-9 menunjukkan kepuasan kerja yang sangat tinggi pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. Pada variabel kepuasan kerja digunakan 9 pernyataan, yang masing- masing pernyataan memiliki skor 1 sampai 5, skor maksimal: 5 x 9 x 76 = 3420. Hasil penelitian tentang kepuasan kerja pada lampiran diperoleh total skor sebesar 2945, sehingga diperoleh DP = 2945 : 3420 x 100 = 86,11. Tabel kategori variabel kepuasan kerja sebagai berikut: Tabel 4.10 Kategori Variabel Kepuasan Kerja Interval Skor Kategori 2873 – 3420 Sangat Tinggi 2325 – 2872 Tinggi 1777 – 2324 Cukup 1229 – 1777 Rendah 681 – 1229 Sangat Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan kategori pada tabel 4.10 variabel kepuasan kerja termasuk dalam kategori sangat tinggi.

d. Kinerja

Pada variabel kinerja ada 11 pernyataan yang dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian. Berikut tabel tanggapan responden tentang kinerja: Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Kinerja No. Indikator Kinerja Skor Jawaban Jumlah ST T S R SR 1. Pimpinan tidak pernah komplain 4 48 22 2 76 2. Hasil produk lebih dari standar 5 29 34 8 76 3. Jumlah produk sesuai target 8 45 22 1 76 4. Produk lebih dari standar minimal 6 37 29 4 76 5. Tidak pernah ditegur pimpinan 8 29 28 11 76 6. Waktu dapat dioptimalkan 3 65 7 1 76 7. Mampu menyelesaikan tugas 5 64 7 76 8. Berusaha hemat bahan baku 15 42 3 76 9. Mengetahui apa yang harus dilakukan 5 57 13 1 76 10. Mampu menyelesaikan pekerjaan 8 36 22 10 76 11. Senang menghabiskan waktu di organisasi 9 39 26 2 76 Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari Tabel 4.11 pada pernyataan no. 1 dan no. 2 mewakili indikator kualitas kerja yang termasuk dalam kategori tinggi dengan deskriptif persentase sebesar 71,19. Indikator kuantitas melalui pernyataan no. 3-4 dengan DP sebesar 73,81 termasuk kategori tinggi. Waktu produksi tergolong dalam kategori tinggi pada pernyataan no. 5-6 73,68. Pernyataan no. 7-8 mewakili indikator efektivitas dengan DP sebesar 79,21 termasuk kategori tinggi. Indikator kemandirian dengan nilai DP sebesar 74,21 diwakili oleh pernyataan no. 9-10 termasuk kategori tinggi. Komitmen kerja juga termasuk dalam kategori tinggi dengan DP 74,47 melalui pernyataan no.11. Pada variabel kinerja digunakan 11 pernyataan, yang masing-masing pernyataan memiliki skor 1 sampai 5, skor maksimal: 5 x 11 x 76 = 4180. Hasil penelitian tentang kinerja pada lampiran diperoleh total skor sebesar 3111, sehingga diperoleh DP = 3111 : 4180 x 100 = 74,43. Tabel kategori variabel kinerja sebagai berikut: Tabel 4.12 Kategori Variabel Kinerja Interval Skor Kategori 3511 – 4180 Sangat Tinggi 2841 – 3510 Tinggi 2171 – 2840 Cukup 1501 – 2170 Rendah 831 – 1500 Sangat Rendah Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan kategori pada tabel 4.12 variabel kinerja termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo diharapkan dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawannya.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik

4.2.3.1 Uji Normalitas

Kenormalan data dapat dilihat dari uji normalitas Kolmogrov-Smirnov berdasarkan nilai unstandardized residual e. Data dianalisis dengan bantuan computer program SPSS 16.0. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat berdasarkan output SPSS versi 16.0 seperti pada tabel berikut : Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Kepuasan Kerja One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 76 Normal Parameters a Mean 38.7631579 Std. Deviation 2.34883680 Most Extreme Differences Absolute .071 Positive .056 Negative -.071 Kolmogorov-Smirnov Z .621 Asymp. Sig. 2-tailed .836 a. Test distribution is Normal. Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Kinerja One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 76 Normal Parameters a Mean 40.9342105 Std. Deviation 2.14766704 Most Extreme Differences Absolute .066 Positive .045 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z .576 Asymp. Sig. 2-tailed .894 a. Test distribution is Normal. Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Terlihat pada tabel diatas pada baris Asymp. Sig 2-tailed diperoleh signifikasi untuk variabel dependen kepuasan kerja sebesar 0,836 dan untuk variabel dependen kinerja sebesar 0,894 atau probabilitas 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal. Disamping dengan menggunakan uji kolmogorov- smirnov, uji normalitas ini juga didukung dari hasil gambar grafik normal probability plot. Regresi memenuhi asumsi normalitas jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.1 Grafik Normal P-P Plot Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Kinerja Karyawan Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Terlihat berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2, titik-titik mendekati garis diagonal yang berarti bahwa model regresi berdistribusi normal.

4.2.3.2 Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak terdapat korelasi yang sempurna atau korelasi tidak sempurna tetapi sangat tinggi pada variabel-variabel bebas yang digunakan pada sebuah penelitian. Uji multikolinieritas mengukur tingkat keeratan tingkat asosiasi keeratan hubungan atau pengaruh antar variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi. Pengujian multikolinieritas ini dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor VIF. Dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas Kepuasan Kerja Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1Constant Kepemimpinan .768 1.303 Lingkungan Kerja .768 1.303 a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinieritas Kinerja Karyawan Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1Constant Kepemimpinan .679 1.474 Lingkungan Kerja .614 1.630 Kepuasan Kerja .579 1.726 a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.15 dan tabel 4.16 diketahui nilai Variance Inflaction Factor VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antara variable bebas kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji sama atau tidaknya varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama, maka disebut terjadi homokedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Model yang bebas berdasarkan heterokedastisitas memiliki grafik Scatterplot dengan pola titik-titik menyebar di atas dan di bawah sumbu Y atau tidak ada pola tertentu pada grafik Scatterplot 4.3 dan 4.4 berikut ini: Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Gambar 4.4 Grafik Scatterplot Kinerja Karyawan Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Dari grafik 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas ataupun di bawah 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan variabel independen kepemimpinan dan lingkungan kerja. Grafik 4.4 juga menunjukkan pola yang sama dan tidak terjadi heterokedatisitas sehingga layak digunakan untuk memprediksi kinerja karyawan berdasarkan variabel bebas kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja. Hasil dari uji glejser dengan menggunakan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Uji Glejser Variabel Dependen Kepuasan Kerja Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2.205 3.732 .591 .556 Kepemimpinan -.013 .102 -.017 -.130 .897 LingkunganKerja -.046 .100 -.064 -.460 .647 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Tabel 4.18 Hasil Uji Glejser Variabel Dependen Kinerja Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1.252 3.011 -.416 .679 Kepemimpinan .011 .081 .020 .140 .889 Lingkungan Kerja -.009 .082 -.017 -.109 .913 Kepuasan Kerja .029 .089 .051 .326 .746 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.17 dan 4.18 terlihat bahwa nilai probabilitas signifikansinya 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

4.2.3.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah menggunakan Uji Durbin-Watson DW test. Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel indepen. Tabel 4.19 Hasil Uji Autokorelasi Kepuasan Kerja Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .646 a .417 .401 2.81376 1.686 a. Predictors: Constant, Lingkungan Kerja, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Nilai DW sebesar 1,686, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 76 n dan jumlah variabel independen 2 k=2, maka akan didapatkan nilai dl=1,571 dan du=1,680. Oleh karena nilai DW 1,686 lebih besar dari batas atas du 1,680 dan kurang dari 4-1,680 4-du yaitu sebesar 2,320, maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.20 Hasil Uji Autokorelasi Kinerja Karyawan Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .731 a .535 .516 2.04374 2.008 a. Predictors: Constant, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Nilai DW sebesar 2,008, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 76 n dan jumlah variabel independen 3 k=3, maka akan didapatkan nilai dl=1,503 dan du=1,709. Oleh karena nilai DW 2,008 lebih besar dari batas atas du 1,709 dan kurang dari 4-1,709 4-du yaitu sebesar 2,291, maka dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

4.2.4 Analisis Jalur Path Analysis

Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur Path analysis. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas model causal antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori Ghozali, 2006: 210. Analisis jalur pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: a. Analisis pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja Menurut Ghozali 2009: 211 koefisien jalur menggunakan standardized koefisien regresi. Hasil analisis regresi pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.21 Hasil Uji Simultan Kepuasan Kerja Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .646 a .417 .401 2.81376 a. Predictors: Constant, Lingkungan Kerja, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.19 menunjukkan nilai R 2 R Square sebesar 0,417. Nilai R 2 ini digunakan dalam penghitungan nilai e 1 . e 1 merupakan varian variabel kepuasan kerja yang tidak dijelaskan oleh kepemimpinan dan lingkungan kerja. Besarnya e 1 = = = = 0,763. Tabel 4.22 Analisis Regresi Kepuasan Kerja . Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 11.960 3.752 3.187 .002 Kepemimpinan .316 .105 .308 3.018 .004 Lingkungan Kerja .427 .099 .439 4.301 .000 a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.58 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut: Y 1 = b 1 X 1 + b 2 X 2 + e 1 Y1 = 0,308 X 1 + 0,439 X 2 + 0,763 ………………………..1 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa: i. Setiap terjadi peningkatan kualitas kepemimpinan, akan diikuti peningkatan kepuasan kerja sebesar 0,308. ii. Meningkatnya kualitas lingkungan kerja, akan diikuti peningkatan kepuasan kerja sebesar 0,439. Sehingga dari persamaan 1 dapat diketahui bahwa jika kepemimpinan meningkat maka kepuasan kerja akan meningkat. Begitu juga dengan lingkungan kerja, jika lingkungan kerja meningkat maka kepuasan kerja juga akan ikut meningkat. b. Analisis pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Hasil analisis regresi pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut: Tabel 4.23 Hasil Uji Simultan Kinerja Karyawan Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .731 a .535 .516 2.04374 a. Predictors: Constant, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.21 menunjukkan nilai R 2 R Square sebesar 0,535. Nilai R 2 ini digunakan dalam penghitungan nilai e 2 . e 2 merupakan varian variabel kinerja yang tidak dijelaskan oleh kepemimpinan, lingkungan kerja dan kepuasan kerja. Besarnya e 2 = = = = 0,682. Tabel 4.24 Analisis Regresi Kinerja Karyawan . Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 14.654 2.921 5.016 .000 Kepemimpinan .174 .081 .209 2.146 .035 LingkunganKerja .163 .081 .207 2.018 .047 KepuasanKerja .366 .086 .447 4.232 .000 a. Dependent Variable: Kinerja Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui persamaan regresinya sebagai berikut: Y 2 =b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 Y 1 +e 2 Y 2 = 0,209 X 1 +0,207 X 2 +0,447 Y 1 + 0,682 ………………….2 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa: i. Setiap terjadi kenaikan kepemimpinan, akan diikuti dengan kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,209. ii. Setiap terjadi kenaikan lingkungan kerja, akan diikuti kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,207. iii. Setiap terjadi kenaikan kepuasan kerja, akan diikuti kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,447. Berdasarkan persamaan 1 dan 2 didapat suatu model analisis jalur sebagai berikut: Model jalur penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.5. Hasil Uji Intervening 0,209 0,308 0,447 0,439 0,207 Sumber: Data primer yang diolah, 2011 Kepemimpinan X 1 Lingkungan Kerja X 2 Kepuasan Kerja Y 1 Kinerja Y 2 0,763 0,682

4.2.4.1 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1.1 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total Pengaruh

Pada model analisis jalur, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel exogenous terhadap variabel endogenus.

a. Pengaruh Langsung Direct Effect atau DE

1 Pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan X 1 Y 2 = ρy 2 x 1 = 0,209 Nilai koefisien jalur kepemimpinan terhadap kinerja karyawan secara langsung adalah sebesar 0,209 dan signifikansi pada 0,035 yang berarti Hipotesis 1 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif 0,209 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,035 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. 2 Pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja X 1 Y 1 = ρy 2 x 1 = 0,308 Nilai koefisien jalur kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan secara langsung adalah sebesar 0,308 dan signifikansi pada 0,004 yang berarti Hipotesis 2 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif 0,208 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,004 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. 3 Pengaruh variabel Lingkungan Kerja terhadap Kinerja X 2 Y 1 = ρy 1 x 2 = 0,207 Nilai koefisien jalur lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan secara langsung adalah sebesar 0,207 dan signifikansi pada 0,047 yang berarti Hipotesis 3 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif 0,207 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,047 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. 4 Pengaruh variabel Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja X 2 Y 2 = ρy 2 x 2 = 0,439 Nilai koefisien jalur lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan secara langsung adalah sebesar 0,439 dan signifikansi pada 0,000 yang berarti Hipotesis 4 dapat diterima karena nilai koefisien jalur positif 0,439 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif secara langsung dari lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo. 5 Pengaruh variabel Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Y 1 Y 2 = ρy 2 y 1 = 0,447 Nilai koefisien jalur kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,447 dengan signifikansi 0,000 yang berarti Hipotesis 5 dapat diterima karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Wonosobo.

b. Pengaruh Tidak Langsung Indirect Effect atau IE

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJASEBAGAI VARIABEL INTERVENING

5 65 122

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( STUDI PADA PABRIK GULA PAGOTAN MADIUN)

1 35 142

Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening pada Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Interven

0 2 22

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI KEPUASAN Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening pada PT. PLN APJ di Surakarta.

0 3 19

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Survey Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sragen.

0 0 13

PENGARUH KEPEMIMPINAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KARANGAYAR.

0 2 6

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 8

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, LINGKUNGAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 27

PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MANGUTAMA BADUNG.

0 1 28

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN SLEMAN.

3 31 141