17
2.1.5 Pembelajaran IPS di SD
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Penilaian Pendidikan 2006: 159, tujuan pembelajaran IPS di tingkat sekolah
dasar yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan. 4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di SD harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia antara 7-11 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan
intelektualkognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka hanya dapat memahami konsep-konsep nyata, bukan konsep-konsep abstrak. Padahal bahan
materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan continuity, arah mata angin,
lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS
harus dibelajarkan kepada siswa SD. Menurut Kosasih 1994 dalam Solihatin dan Raharjo 2008: 15, bahwa
kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar
pembelajaran IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan
18
kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, guru harus mampu menyajikan pembelajaran
IPS yang dapat memudahkan siswa menerima konsep yang abstrak tersebut agar mudah dipahami siswa.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerjabelajar kelompok
yang terstruktur. Menurut Johnson Johnson 1993 yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok Emildadiany 2008. Selanjutnya Emmer dan Gerwels 2002: 75
berpendapat: Cooperative learning CL provides an alternative to competitive or
individualistic classroom activities by encouraging collaboration among students in small groups. The use of CL alters the structure of
classroom activities and roles: the class organization changes to a multigroup structure, the teachers role as an information transmitter
is reduced, and the students role shifts toward that of group participant and decision maker. Although higher student achievement
is one of the goals of the developers of CL, additional reasons for using CL include improved motivation, positive attitudes, better social
skills, and accommodation of heterogeneity.
Pembelajaran kooperatif CL memberikan alternatif untuk kegiatan kelas kompetitif atau individualistik dengan mendorong kolaborasi antar siswa
dalam kelompok kecil. Penggunaan pembelajaran kooperatif mengubah stuktur kegiatan kelas dan peran: perubahan organisasi kelas dengan struktur multigrup,
peran guru sebagai pemberi informasi berkurang, dan pergeseran peran siswa
19
terhadap peserta kelompok dan pengambil keputusan. Meskipun prestasi siswa yang lebih tinggi adalah salah satu tujuan dari pengembang pembelajaran
kooperatif, alasan tambahan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif meliputi peningkatan motivasi, sikap positif, keterampilan sosial yang lebih baik,
dan akomodasi heterogenitas. Menurut Asma 2006: 12, pembelajaran kooperatif mendasarkan pada
suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya,
sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Menurut Dunn Wilson 1991, menyatakan bahwa: Cooperative learning offers an excellent opportunity for positive
outcomes across the psychomotor, cognitive, and affective domains Dunn Wilson, 1991. In addition to maximizing practice time, it
can teach students responsibility by giving them the power to organize and operate their groups, to give each other feedback, and to
collaborate on solutions to their problems.
Pembelajaran kooperatif menawarkan kesempatan yang sangat baik untuk hasil positif pada ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Selain itu,
pembelajaran kooperatif juga mengajarkan siswa rasa tanggung jawab dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengatur dan mengelola
20
kelompok mereka sendiri, saling memberikan umpan balik positif, dan bekerjasama untuk memecahkan masalah.
Kelebihan pembelajaran kooperatif lainnya dikemukakan oleh Slavin 1995 Asma 2006: 26, menyatakan pembelajaran kooperatif dapat
menimbulkan motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Kemudian Davison mengemukakan bahwa keuntungan yang paling besar
dari penerapan pembelajaran kooperatif terlihat ketika siswa menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks. Keuntungan pembelajaran
kooperatif juga dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka
buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak
memiliki rasa dendam. Ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk. 2000
dalam Isjoni 2010: 27, yaitu: 1
Hasil belajar akademik Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan
nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2 Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lainnya adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
21
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa untuk bekerja dengan saling ketergantungan positif dan menghargai
satu sama lain. 3
Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga adalah mengajarkan kepada siswa bekerja sama dan
kolaborasi.
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw