2.2 Aktivitas Belajar
“Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari
perlakuan siswa terhadap bahan belajar proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu diamati oleh guru
” Dimyati dan Mudjiono, 2009:236.
Berdasarkan uraian di atas, aktivitas belajar merupakan suatu proses untuk meningkatkan keaktifan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil latihan atas pengetahuan.
Paul D. Dierich dalam Hamalik 2009:172 membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:
a.
Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan oral
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan pecakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f.
Kegiatan-kegiatan metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g.
Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-
faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h.
Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar, aktivitas disini ditekankan pada siswa
karena dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi yang aktif jika ada aktivitas dari dalam diri siswa itu sendiri.
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena Hamalik, 2009:175-176:
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mangalami sendiri.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral. c.
Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. d.
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. e.
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru. g.
Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis. h.
Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja
penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang
menggunakan kegiatan itu. Selain aktivitas siswa, guru juga mempunyai beberapa aspek yang
merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan
keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada peserta didik. Dua modal ini telah
terumuskan di dalam “sepuluh kompetensi guru” itu meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan
mediasumber, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenai fungsi
dan program
layanan bimbingan
dan penyuluhan,
mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran Sardiman, 2011:164.
2.3 Hasil Belajar