c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis intensitas minat seseorang.
Meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran yang sama tapi antara satu anak dan anak yang lainnya menjdapat jumlah pengetahuan
yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap siswa dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat masing-masing.
d. Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur
hidup karena membawa kepuasan. Minat untuk menjadi guru telah terbentuk sejak kecil sebagai misal, akan terus terbawa sampai hal ini
menjadi kenyataan. Apalagi ini terwujud, maka semua suka duka menjadi guru tak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh
sukarela. John A Barr dalam Chabib thaha, 1998:108 menyoroti penyebab
perilaku anak yang kehilangan minat dalam belajarnya, yaitu : a.
Kelainan jasmaniah pada mata, telinga atau bagian tubuh lainnya yang sangat mempersulit siswa dalam mengikuti pelajaran atau menjalankan
tugas. b.
Pelajaran kurang merangsang. Karena pelajaran dirasa kurang memenuhi kebutuhan anak, maka anak cenderung merasa bosan.
c. Ada masalah atau kesulitan kejiwaan. Dalam hal ini, anak akan
menunjukan gejala yang sama di mana-mana, yakni menunjukan minat atau memberi perhatian yang lebih besar kepada segala sesuatu di luar
kelas. d.
Ada konflik pribadi dengan guru atau dengan orang tua. Dengan sikap seperti ini, sebenarnya ia hendak menunjukan sikap melawan mereka, jadi
sikap ini merupakan satu jenis senjata untuk melawan.
3. Alat Bantu Balon
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai hasil belajar. Alat bantu
pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru
harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.
Apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan alat-alat yang menarik seperti alat bantu balon, maka siswa akan merasa senang dan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Alat bantu balon balon dalam pembelajaran dapat mengurangi atau
menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadi salah komunikasi. Pendapat Darhim 1985:5 menyatakan bahwa alat bantu yang penggunaannya
diintegrasikan dengan isi pengajaran yang telah tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran GBPP bertujuan untuk meningkatkan
pembelajaran. Dengan kata lain sesuai dengan perkembangan nalar siswanya, guru harus mengusahakan agar fakta, konsep, operasi, ataupun prinsip dalam
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga itu terlihat konkret. Di jenjang Sekolah Dasar, sifat konkret obyek Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan
Olahraga diusahakan lebih banyak atau lebih besar daripada jenjang yang lebih tinggi.
Kehadiran alat bantu balon dalam pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan alat bantu balon sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada siswa dapat
disederhanakan dengan bantuan alat. Alat bantu balon dapat mewakili hal-hal yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran alat bantu balon sehingga siswa lebih mudah mencerna bahan. Menurut Ibrahim 1986:
13 media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan pemahaman siswa sehingga dapat mendorong hasil belajar dalam pembelajaran. Secara luas, Djamarah dan Zain 2002:136 mengartikan
media sebagai manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Alat bantu dapat berfungsi sebagai alat peraga, Alat bantu Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga lebih cenderung disebut alat peraga
Darhim, 1985:6 yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran GBPP bidang studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Alat bantu
dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Demikian pula dengan alat bantu Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga diperlukan
sekali, meskipun tingkat intelegensi maupun bakat siswa tinggi sebab akan membuat siswa lebih cepat sampai pada ide yang sedang dijelaskan,
dibandingkan dengan tanpa menggunakan alat peraga. Namun demikian membuat alat bantu hendaklah disesuaikan dengan materi yang diajarkan agar
siswa lebih mudah memahami materi tersebut, serta disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena setiap siswa hakekatnya mempunyai kebutuhan yang
berbeda. Perlu ditentukan secara khas siapa sesungguhnya siswa yang dilayani dengan alat bantu.
Pemilihan alat bantu balon dalam pembelajaran lompat jauh dengan pertimbangan pemikiran sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan alat bantu balon dapat meminimalkan verbalisme
pada siswa. b.
Dengan menggunakan alat bantu balon dapat menguatkan konsep supaya melekat, mengendap, dan tahan lama sebagai dasar pola pikir selanjutnya.
c. Dengan menggunakan alat bantu balon dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran. d.
Penyajian pembelajaran Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga dengan alat bantu balon dapat mengubah siswa yang semula sebagai obyek
kegiatan mengajar menjadi subyek dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Hindri Patwati 2002 yang berjudul Perbedaan Pembelajaran
Model Bermain Dengan Non Bermain Pada Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Lompat Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tarakanita, Bumiijo.
Pembelajaran atletik dengan model bermain dan non bermain terdapat pada perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan lompat siswa
kelas V.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini memfokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan alat bantu balon
pada siswa SD Negeri 1 Panerusan Kulon UPT Dindikpora Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 20102011. Hasil pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah bisa berlangsung dengan efektif dan optimal tergantung oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain dari guru, fasilitas dan
metode mengajar. Bermain atau permainan dapat menjadi pendekatan metode
pembelajaran. Ini dikarenakan permainan dapat membuat siswa senang, tertarik terhadap materi, termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan melalui
pendekatan permainan siswa secara tidak langsung belajar melakukan teknik yang akan dilaksanakan dalam materi pembelajaran. Pendekatan bermain dalam
pembelajaran teknik dasar bermain sepakbola diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran, dengan terbentuknya suasana semacam ini tujuan dari pembelajaran akan tercapai dengan mudah.
Untuk memperjelas kerangka berpikir diatas maka dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: