Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologik, psikologik, dan sosial. Mengingat dampak penyalahgunaan narkoba yang sangat merugikan, mencakup kematian dini, kecacatan fisik, dan kerugian sosial ekonomi masyarakat, maka sangat diperlukan tindakan pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut. Upaya pencegahan dapat mencakup pencegahan primer untuk tidak mencoba narkoba, pencegahan sekunder mencegah bagi mereka yang telah memakai narkoba untuk tidak menjadi adiksi dan pencegahan tersier melakukan pemulihan bagi mereka yang telah mengalami adiksi. Di Indonesia saat ini angka penyalahgunaan Narkoba telah mencapai titik yang mengkawatirkan, karena pada saat sekitar awal tahun 1990-an masalah Narkoba masih belum popular dan oleh jaringan pengedar hanya dijadikan sebagai negara transit saja, belakangan ini telah dijadikan sebagai negara tujuan atau pangsa pasar dan bahkan dinyatakan sebagai negara produsenpengeksport Narkoba terbesar di dunia. Keinginan untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka waktu cepat dalam situasi ekonomi yang memburuk seperti sekarang ini, diprediksikan akan mendorong munculnya pabrik-pabrik gelap baru dan penyalahgunaan Narkoba. Kondisi ini tentunya menjadi keprihatinan dan perhatian semua pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk mencari jalan penyelesaian yang paling baik guna mengatasi permasalahan Narkoba ini sehingga tidak sampai merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyadari bahwa penyalahgunaan Narkoba ini sama halnya dengan penyakit masyarakat lainnya seperti perjudian, pelacuran, pencurian dan pembunuhan yang sulit diberantas atau bahkan dikatakan tidak bisa dihapuskan sama sekali dari muka bumi, maka apa yang dapat dilakukan secara realistik hanyalah bagaimana cara menekan dan mengendalikan sampai seminimal 1 commit to user 2 2 mungkin angka penyalahgunaan Narkoba serta bagaimana kita melakukan upaya untuk mengurangi dampak buruk yang diakibatkan oleh penyalahgunaan Narkoba ini. Dengan demikian perlu dicari upaya yang paling ideal, efektif dan aplikatif serta realistik dalam penanggulangan masalah Narkoba ini dengan melibatkan semua potensi baik dari unsur pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat umum perorangan maupun kelompok. Sampai dengan saat ini upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh lembaga formal pemerintah Dep. Kes, Imigrasi, Bea dan Culai, Polri, BNN, BNP, dan lain-lain maupun oleh lembaga swadaya masyarakat lainnya masih belum optimal, kurang terpadu dan cenderung bertindak sendiri-sendiri secara sektoral. Masalah penyalahgunaan Narkoba ini tidak tertangani secara maksimal, sehingga kasus penyalagunaan Narkoba makin hari bukannya makin menurun tapi cenderung semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Disisi lain, belum ada upaya pembinaan khusus terhadap pengguna sebagai korban, karena masih beranggapan bahwa para pengguna itu adalah penjahat dan tanpa mendalami lebih jauh mengapa mereka sampai mengkonsumsi atau menyalah- gunakan Narkoba. Sampai sekarangpun peran serta masyarakat dirasakan masih sangat kurang, mereka masih berpandangan bahwa pemberantasan penyalahgunaan Narkoba adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah. Dengan demikian mereka kurang peduli dan kurang berpartisipasi secara aktif dalam upaya pre-emtif, preventif dan kuratif maupun rehabilitatif. Menyinggung persoalan Narkotika yang merupakan masalah yang sangat kompleks, maka diperlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dan terus menerus serta melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Narkotika bisa diibaratkan pisau yang bermata dua, di satu sisi Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan tetapi di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama. commit to user 3 3 Maraknya penyalahgunaan Narkoba sudah merambah sampai ke seluruh pelosok wilayah Negara Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas, dari kalangan artis sampaai rakyat jelata. Dan lebih parahnya lagi remaja dan generasi muda yang notabene adalah harapan bangsa dan negara di masa depan merupakan target dari peredaran Narkotika. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Untuk itulah Indonesia sebagai negara hukum harus bisa melakukan penegakan hukum yang tegas dalam pemberantasan peredaran Narkotika, sehingga diharapkan generasi muda sebagai penerus masa depan bangsa dan negara bisa terlepas dari pengaruh narkotika serta kemudian bisa menjadi generasi bangsa yang produktif yang ikut membangun dan memajukan bangsa dan negara kita yang tercinta ini. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum rechtstaat, demikianlah penegasan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Sebagai negara hukum bertujuan untuk menciptakan adanya keamanan, dan ketertiban, keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta menghendaki agar hukum ditegakkan artinya hukum harus dihormati dan ditaati oleh siapapun tanpa terkecuali baik oleh seluruh warga masyarakat, penegak hukum maupun oleh penguasa negara, segala tindakannya harus dilandasi oleh hukum. Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh dilakukan serta yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang-orang yang berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakan hukum Evi Hartanti, 2006: 1. Dalam suatu negara hukum seperti di Indonesia, Pengadilan adalah suatu badan atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk mendapatkan penyelesaian suatu perkara dalam negara hukum adalah melalui lembaga commit to user 4 4 peradilan tersebut. Dalam suatu lembaga peradilan, hakim memegang peranan penting karena hakim dalam hal ini bertindak sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan ke pengadilan. Hakim dalam memutus suatu perkara memiliki kebebasan karena kedudukan hakim secara konstutisional dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25 yang berbunyi bahwa Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh dan campur tangan kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam Undang-Undang tentang kedudukan para hakim. Hal ini sesuai dengan ciri dari Negara hukum itu sendiri yaitu terdapat suatu kemerdekaan hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif. Kebebasan hakim tersebut tidak dapat diartikan bahwa hakim dapat melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap suatu perkara yang sedang ditanganinya, akan tetapi hakim tetap terikat pada peraturan hukum yang berlaku. Dalam hal kebebasan hakim ini, juga berarti bahwa hakim harus dapat memberi penjelasan dalam menerapkan Undang-Undang terhadap suatu perkara yang ditanganinya. Penjelasan tersebut diberikan berdasarkan penafsiran dari hakim itu sendiri. Penafsiran disini bukan semata-mata berdasaran akal, ataupun sebuah uraian secara logis, namun hakim dalam hal ini harus bisa memilih berbagai kemungkinan berdasarkan keyakinannya. Hakim sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan ke pengadilan, dalam menjatuhkan putusan harus memiliki pertimbangan- pertimbangan. Adapun pertimbangan-pertimbangan hakim tersebut, di samping berdasarkan pasal-pasal yang diterapkan terhadap terdakwa, sesungguhnya juga didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri. Hakim dalam mengadili suatu perkara berdasarkan hati nuraninya. Sehingga hakim yang satu dengan yang lain memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam menjatuhkan suatu putusan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP, dijelaskan bahwa Hakim adalah pejabat Peradilan Negara yang commit to user 5 5 diberi wewenang oleh Undang-undang untuk mengadili. Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang Pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini. Sedangkan proses mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana. Proses mengadili tersebut harus berdasarkan asas : 1. Perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan jika ada perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan Undang-undang. 2. Bebas, jujur, dan tidak memihak di dalam sidang pengadilan. Tidak memihak di sini maksudnya bahwa hakim harus mengambil keputusan yang seadil- adilnya, sehingga yang benar tidak merasa dirugikan atas keputusan tersebut. Hakim tidak memihak diartikan tidak berat sebelah dalam pertimbangan dan penilaiannya. Hakim juga tidak menjalankan perintah dari pemerintah. 3. Adanya kesempatan untuk memperoleh bantuan hukum guna pembelaan atas dirinya. 4. Sidang terbuka, dimana pemeriksaan dijalankan secara objektif dan dihadiri khalayak ramai dengan tertib agar dapat mengikuti atau mengawasi jalannya pemeriksaan. 5. Pembuktian, dimana tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian kecuali diatur lain dalam Undang-Undang. Hakim tetaplah seorang manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan. Sehingga dimungkinkan dalam memberikan putusannya untuk mencari kebenaran dan keadilan belum tentu benar secara mutlak, dan barang kali terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam memberikan putusannya. Meskipun demikian dalam menjatuhkan putusannya hakim diharapkan agar selalu berhati-hati. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar jangan sampai suatu putusan penuh dengan kekeliruan yang akibatnya akan menimbulkan rasa tidak puas, ketidakadilan dan dapat menjatuhkan kewibawaan pengadilan. Dalam menegakkan hukum pidana, hakim dalam memberikan putusan tidak akan terlepas dari suatu lembaga yang disebut lembaga pengadilan yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh hakim. Dalam melaksanakan tugas, hakim commit to user 6 6 harus bebas dari pengaruh dan campur tangan dari pihak manapun, sehingga hakim dapat bersikap adil dalam memberikan putusan. Sehubungan dengan putusan, hakim tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun, disini kebebasan hakim bukan merupakan kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang diikat oleh tanggungjawab untuk menciptakan hukum yang sesuai dengan pancasila dan perasaan keadilan masyarakat Wahyu Affandi, 1981: 20. Menurut Nanda Agung Dewantara Hakim harus dapat mempertanggungjawabkan terhadap apa yang diputuskannya dan tidak hanya pada Pengadilan yang lebih tinggi, melainkan juga kepada masyarakat pada umumnya. Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, bahwa sifat kebebasan Hakim itu merupakan suatu kebebasan yang diberi batas-batas oleh Undang- undang yang berlaku, sebab Hakim diberi kebebasan hanya seluas dan sejauh Hakim mengambil keputusan itu untuk dapat memberikan suatu keadilan dalam menyelesaikan suatu perkara pidana, dan pada akhirnya tujuan Hakim diberi kebebasan itu ialah untuk mencapai Negara Hukum Republik Indonesia, yang berarti Hakim sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi para pencari keadilan. Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa kebebasan Hakim tidak bersifat mutlak melainkan “kebebasan yang terikatterbatas” gebonden vrijheid Nanda Agung Dewantara.1987: 29- 51. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA PEMBACAAN BAP KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836KPID.SUS2010 TANGGAL 25 JANUARI 2011

B. RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGAJUAN KASASI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA UTARA DALAM PERKARA PRAPERADILAN TENTANG KEABSAHAN TINDAKAN PENYITAAN OLEH PENYIDIK

0 3 71

TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM PERKARA SUMPAH PALSU

0 3 73

TINJAUAN KESALAHAN PENERAPAN HUKUM ACARA PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI PAYAKUMBUH SEBAGAI ALASAN KASASI PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA NARKOTIKA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 49 K/Pid.Sus/2014).

0 0 15

Tinjauan Tentang Kesalahan Penerapan Hukum Oleh Pengadilan Tinggi Yogyakarta Sebagai Alasan Kasasi Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Sleman Dalam Perkara Narkotika (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.592 K/Pid.Sus/2014).

0 0 16

TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUMENEP DAN ARGUMENTASI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGABULKANNYA(Studi Putusan Perkara Praktek Kedokteran Tanpa Surat Ijin Nomor : 981K/Pid.Sus/2013).

0 1 13

TINJAUAN PENGAJUAN KASASI TERDAKWA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGGI KELIRU MENERAPKAN HUKUM MENGAMBIL ALIH SEMUA PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN NEGERI DALAM PERKARA KORUPSI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1402/K/PID.SUS/2012).

0 0 13

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYIDIKAN DENGAN CARA MENJEBAK ATAU MEMERANGKAP TERDAKWA SEBAGAI ALASAN PENGAJUAN KASASI DALAM PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 815K/Pid.Sus/2012).

0 0 1

TINJAUAN KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARAPURA KLUNGKUNG SEBAGAI ALASAN PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN PERKARA NARKOTIKA (Studi Kasus dalam Putusan Mahkama Agung Nomor: 641K/Pid.Sus/2012).

0 0 14

KAJIAN TERHADAP ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN TERDAKWA DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Nomor : 1429 K/Pid/2010).

0 0 13

ALASAN PENGAJUAN KASASI TERDAKWA ATAS DASAR KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN DALAM PERKARA NARKOTIKA (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 25K/PID.SUS/2014) - UNS Institutional Repository

0 0 14