commit to user 17
17 6 Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa;
7 Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
8 Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah dipenuhinya semua unsur dalam tindak pidana disertai dengan kualifikasinya
dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; 9 Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebut jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
10 Keterangna bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap
palsu; 11 Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan; 12 Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama paniterrra. 13 Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat 1 huruf a, b, c, d, e, f, h,
i, j, k, dan l Pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum. Dalam pelaksanaan putusan pengadilan setelah selesai
proses persidangan, maka hakim mengambil keputusan yang diucapkan dimuka sidang yang terbuka untuk umum. Keputusan itu sekarang harus
dilaksanakan dalam hal itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh hakim. Putusan hakim tersebut baru dapat dilaksanakan apabila putusan
itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde.
2. Tinjauan Tentang Pertimbangan Hakim
Beberapa pertimbangan putusan hakim yaitu; a. Berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum
commit to user 18
18 b. Berdasarkan alat bukti yang diajukan sehingga dapat ditarik kesimpulan
peristiwa yang terjadi keyakinan Hakim. Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun
juga, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama. Hakim harus berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat
membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-hari
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat. Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia dapat mengambil sikap.
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat dan merasakan bahwa suatu putusan telah memenuhi rasa keadilan atau tidak. Indikator itu antara
lain dapat ditemukan di dalam “pertimbangan hukum” yang digunakan Hakim. Pertimbangan hukum merupakan dasar argumentasi Hakim dalam
memutuskan suatu perkara. Jika argumen hukum itu tidak benar dan tidak sepantasnya proper, maka orang kemudian dapat menilai bahwa putusan itu
tidak benar dan tidak adil. Pertimbangan hukum yang tidak benar dapat terjadi karena berbagai
kemungkinan: a. Hakim tidak mempunyai cukup pengetahuan hukum tentang masalah yang
sedang ditangani. Namun secara normatif seharusnya hal ini tidak boleh terjadi, karena Hakim dapat memerintahkan setiap pihak untuk
menyediakan ahli yang akan memberikan keterangan dan menjelaskan pokok persoalannya di dalam persidangan.
b. Hakim sengaja menggunakan dalil hukum yang tidak benar atau tidak semestinya karena adanya faktor lain seperti adanya tekanan pihak-pihak
tertentu, suap, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi indepensi Hakim yang bersangkutan.
c. Hakim tidak memiliki cukup waktu untuk menuliskan semua argumen hukum yang baik disebabkan karena terlalu banyaknya perkara yang harus
diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif singkat.
commit to user 19
19 d. Hakim malas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas putusan yang dibuatnya. Faktor ini merupakan faktor yang pengaruhnya tidak langsung, namun cukup
menentukan kualitas putusan. Menurut Sudikno Mertokusumo dalam menegakkan hukum ada tiga
unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu : kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Demikian juga putusan hakim untuk menyelesaikan suatu
perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang memperhatikan tiga nilai unsure yaitu yuridis kepastian hukum, nilai
sosiologis kemanfaatan,dan folosofis keadilan. Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan itu
ditegakkan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau peraturannya. Sedangkan nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan
bagi masyarakat. Masyarakat mengharapkan bahwa pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, karena memang hukum adalah untuk memberi kemanfaatn
bagi manusia, maka dalam melaksanakan hukum jangan sampai justru menimbulkan keresahan dalam masyarakat,. Demikian juga hukum
dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan, sehingga diharapkan hukum akan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Pertentangan yang terjadi dalam setiap menanggapi putusan hakim terhadap suatu perkara, dengan apa yang diinginkan masyarakat, biasanya
berkisar antara sejauh mana pertimbangan unsure yuridis kepastian hukum dengan unsure filosofis keadilan ditampung didalamnya. Kepastian hukum
harus ditegakkan agar tidak timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati hukum akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi memang peraturannya adalah demikian sehingga Undang-undang itu sering terasa kejam apabila
dilaksanakan secara ketat http:Sosiologi Hukum.blog.spon.
commit to user 20
20
3. Tinjauan tentang BAP