Individualis-kolektifis Dimensi Work Value

22 Menerima orang asing yang menjadi pemimpinnya; 23 Karyawan merasa optimis pada motif yang berada dibalik aktivitas perusahaan; 24 Optimis dalam berinisiatif, berambisi dan memimpin.

c. Individualis-kolektifis

Dimensi ini mengacu pada sejauhmana suatu budaya mendukung tedensi individualis atau kolekifis. Budaya individualis mendorong anggota-anggotanya agar mandiri, menekankan pada tanggung jawab dan hak-hak pribadinya. Sehingga dalam budaya ini kebutuhan, keinginan, kepentingan dan tujuan individu lebih diutamakan daripada tujuan kelompok. Dengan demikian, masyarakat individual mengharapkan anggota-anggotanya untuk mandiribebas dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Sehingga hal ini menyebabkan tumbuhnya kemandirian secara emosional pada instansiperusahaan tempat mereka bekerja dan lebih mementingkan kebebasan, tantangan secara inisiatif dalam tugas. Sementara budaya kolektif menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya. Bahkan diharapkan orang untuk mengorbankan kepentingan dan tujuan pribadinya demi tujuan kelompok, sehingga diharapkan karyawan lebih patuh dan menyesuaikan diri terhadap organisasi untuk menjaga adanya keselarasan Dayakisni Yuniardi, 2003. Adanya perbedaan dalam dimensi individualis-kolektifis akan berpengaruh dalam perbedaan secara nyata dalam sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang berkaitan dengan kerja dan perusahaan tempat mereka bekerja. Misalnya Universitas Sumatera Utara masyarakat yang memilki budaya individual cenderung menganggap waktu pribadi adalah penting dan membuat perbedaan yang jelas antara waktu untuk diri mereka pribadi dengan waktu untuk perusahaan. Mereka juga menekankan arti pentingnya kebebasan, tantangan dan inisiatif dalam tugas, dimana isu-isu ini justru tidak didukung oleh budaya kolektif. Dalam hubungannya dengan perusahaan mereka cenderung bersifat kalkulatif memperhitungkan untung rugi, sementara dalam budaya kolektif cenderung bersifat moral. Promosi dalam budaya individual biasanya mendasarkan pada prestasi, sementara dalam budaya kolektif mendasarkannya pada senioritas Dayakisni Yuniardi, 2003. Disamping itu, dimensi individualis-kolektifis ini akan berpengaruh pada perbedaan tentang kepemimpinan ideal yang diharapkan. Dalam budaya individual pemimpin diharapkan melibatkan bawahnya dalam pengambilan keputusan. Karena itu, keahlian dalam mendelegasikan dan konsultasi adalah penting supaya kerja dapat maksimal. Kemampuan atau keterampilan dalam menghadapi situasi konflik juga penting dalam budaya ini, khususnya untuk situasi konflik terbuka. Konflik lebih mungkin terjadi pada masyarakat ini yang sangat menghargai setiap orang untuk mempertahankan hak-hak pribadinya daripada kolektif yang mengutamakan nilai keharmonisan sehingga situasi konflik apalagi secara terbuka jarang terjadi. Oleh karena itu pada budaya kolektif kemampuan untuk empati atau memahami orang lain adalah sangat penting. Seorang manager diharapkan untuk lebih memberikan pertimbangan daripada perintah. Sehingga diharapkan manager atau supervisor memiliki kemampuan dalam memberikan dukungan dan mentoring. Selain itu, kemampuan yang Universitas Sumatera Utara penting adalah untuk menyusun team bulding, sebab budaya kolektif lebih menyukai gruop belongingnes daripada kerja individual Dayakisni Yuniardi , 2003. Perbedaan karakteristik individualis-kolektifis yang diperoleh dari hasil penelitian Hofstede tahun 1984 antara masyarakat yang individualisme- kolektifisme tinggi dengan yang rendah adalah sebagai berikut dalam Matsumoto Juang, 2000. Karakteristik individualisme-kolektifisme tinggi yaitu: 1 Memberikan waktu untuk kehidupan pribadi karyawan; 2 Kebebasan emosional dari perusahaan; 3 Lebih tertarik pada perusahaan yang kecil; 4 Keterlibatan terhadap perusahaan diperhitungkan; 5 Lebih mementingkan kebebasan dan tantangan dalam kerja; 6 Manager memimpin dengan metode yang bervariasi; 7 Manager merasa lebih penting untuk memiliki autonomy; 8 Keputusan individual lebih dihargai daripada keputusan kelompok; 9 Manager memilih kesenangan, affeksi dan keamanan sebagai tujuan hidup; 10 Inisiatif individu diberi dukungan sosial. Karakteristik individualisme-kolektifisme rendah yaitu: 1 Lebih kearah pembekalan dari perusahaan seperti training; 2 Ketergantungan emosional oleh perusahaan; 3 Lebih tertarik pada organisasi yang besar; Universitas Sumatera Utara 4 Keterlibatan moral pada perusahaan; 5 Lebih memperhatikan moral dalam mengembangkan keahlian kerjanya; 6 Manager menciptakan konformitas dalam kepemimpinannya; 7 Manager lebih memilih jaminan posisinya; 8 Keputusan oleh kelompok lebih dihargai daripada keputusan individual; 9 Manager memilih kewajiban, keahlian dan prestise sebagai tujuan hidupnya; 10 Inisiatif individu dipandang sebagai penentangan kehidupan sosial.

d. Maskulinitas-feminimitas