Uji Multikolinearitas Pengujian Asumsi Klasik

49 2. Lakukan trimming, yakni membuang data yang outlier. Data outlier adalah data yang mempunyai nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya. 3. Lakukan winsorizing, yakni mengubah nilai data yang outlier menjadi nilai maksimum dan minimum yang diizinkan.

3.6.1.2. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen Erlina, 2012: 103. Multikolinearitas adalah situasi dimana terjadinya korelasi antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Secara umum, ada dua cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, yakni dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya sementara VIF merupakan suatu estimasi mengenai seberapa besasr multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen. Semakin tinggi nilai VIF, maka semakin berat dampak multikolinearitas. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah jika tolerance 0,1 dan nilai VIF 10. Universitas Sumatera Utara 50 3.6.1.3.Uji Heterokedastisitas Menurut Erlina 2012:106, “pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Umumnya, heterokedastisitas sering terjadi pada model penelitian yang menggunakan data silang waktu cross section dibandingkan dengan data runtut waktu time series. Model regresi yang baik haruslah tidak terdapat heterokedastisitas. Salah satu pengujian yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot. Jika pada grafik terdapat pola teratur tertentu seperti bergelombang, melebar dan kemudian menyempit, maka terdapat heterokedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar baik di atas maupun di bawah nol sumbu Y, maka tidak terdapat heterokedastisitas. 3.6.1.4.Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi biasanya muncul jika data yang dipakai adalah hasil observasi yang berurutan sepanjang tahun time series. Universitas Sumatera Utara 51 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi masalah autokorelasi, di antaranya adalah uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Erlina 2012:107 adalah sebagai berikut : 1 Bila nilai Durbin-Watson DW terletak antara batas atas atau Upper Bound DU dan 4 DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2 Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound DL, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif. 3 Bila nilai DW lebih besar dari pada 4 DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatf. 4 Bila nilai DW terletak diantara batas atas DU dan batas bawah DL atau DW terletak antara 4 DU dan 4 DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

15 277 82

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012

1 43 69

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 63 94

Analisis Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009.

0 47 93

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public di Indonesia

1 37 98

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 47 83

Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014)

2 57 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indo

0 0 9

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 11