PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING

TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG TAWANGMANGU

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

oleh : SRI DARYANI

X 7107076

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING

TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG TAWANGMANGU

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: SRI DARYANI

X7107076

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program S1 PGSD

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

NAMA : SRI DARYANI

NIM : X7107076

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari : Kamis Tanggal : 30 Juni 2011


(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

NAMA : SRI DARYANI

NIM : X7107076

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan .

Pada hari : Rabu

Tanggal : 20 Juli 2011 Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Sura


(5)

commit to user

ABSTRAK

Sri Daryani , PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BLUMBANG

TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011, skripsi : Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Tawangmangu, Karanganyar. Sedangkan Variabel bebas dari penelitian ini adalah Model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagian subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 BLumbang, Tawangmangu. yang berjumlah 37 yaitu 20 perempuan dan 17 laki-laki. Teknik pengumpulan data menggunakan, Observasi, Tes, Dokumentasi. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan 2 trianggulasi yaitu trianggulasi data, trianggulasi metode. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Adanya peningkantan rata-rata yang diperoleh siswa. Pada data awal 64,05; kemudian pada test siklus pertama 70,33: pada siklus kedua menjadi 70,81. 2) adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang pada data awal hanya 48,64% dan pada test sisklus I 72,97% pada siklus Kedua menjadi 83,78%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang, Tawangmangu.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Sri Daryani. Improving the Calculating Ability on Round Numbers through the Cooperative Learning Model of Numbered Heads Together (NHT) Type of the Students in Grade IV of State Primary School 01 of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar in the Academic Year of 2010/2011.Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta July 2011.

The objectives of the research are (1) to improve the calculating ability on round numbers of through the cooperative learning model of NHT type of the students in Grade IV of State Primary School 01 of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar in the academic Year of 2010/2011.

This research used a classroom action research with two cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, action, observation, and reflection. The subjects of the research were the 37 students (20 females, and 17 males) in Grade IV of State Primary School 01 of of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar. The variable which became the target of change of the research (dependent variable) was the improvement of the calculating ability on round numbers of the students Social Science learning, whereas the variable of action executed in the research (independent variable) was the cooperative learning model of NHT type. The data of the research were gathered through observation, test, and documentation. The data were validated by using data triangulation and method triangulation. They were then analyzed by using an interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.

The results of the research are as follows. 1) There is an improvement in the students’ average score in the calculating ability on round numbers of the students in Grade IV of State Primary School 01 of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar in the academic Year of 2010/2011. Prior to the treatment, the average score is 64.05. Following the treatment, it becomes 70.33 in Cycle I and 70.81 in Cycle II. 2) There is an improvement in the students’ percentage of learning completeness. Prior to the treatment, it is 48.64%. Following the treatment, it becomes 72.97% in Cycle I and 83.78% in Cycle II.

Based on the results of the research a conclusion is drawn that the use of the cooperative learning model of NHT type can improve the calculating ability on round numbers of the students in Grade IV of State Primary School 01 of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar in the academic Year of 2010/2011.


(7)

commit to user

“Berusaha, Berdoa dan tekun dalam belajar pasti akan dapat meningkatkan kemampuan seseorang yang sesuai dengan apa yang diharapkan”

(Penulis)

”Sedikit pengetahuan disertai tindakan adalah lebih berharga daripada banyak pengetahuan namun tidak ada apapun ”

(Kahlil Gibran)

“ Permulaan pendidikan adalah penyikapan suatu hal yang tidak kitamengerti” (Frank Herbert)

“Untuk memperoleh pengetahuan, orang harus belajar, tapi untuk memperoleh kebijaksanaan, kita harus mengerti”

(Marylin Vos Savant)

“Tekat dan semangat mengalahkan segalanya” (Brahmahardhika)


(8)

commit to user

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Bapak dan ibu tercinta, yang selalu memberikan doa dan dorongan motivasi. Kakaku Mbak Yanti doa dan senyumanmu membuatku selalu semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Saudara-saudaraku “Brahmahardhika” Mapala FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan semangat.

Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamater tercinta kampus tempat kutimba aneka ilmu.


(9)

commit to user

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik.

Skripsi penelitian Tindakan Kelas dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL

PEMBELJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN BLUMBANG 01

TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011” Skripsi,

Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011. Ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. U. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

6. Bapak Suwadi, S.Pd. selaku kepala SD Negeri 01 Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.


(10)

commit to user

7. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar yang telah memberikan banyak bantuan.

8. Murid-murid kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar yang telah banyak membantu.

9. Bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang selalu diberikan hingga saat ini.

10.Kakakku (Mbak Yanti) terimakasih atas semangat dan doa selama ini. 11.Mas Mulyono terimakasih atas doa dan Motivasi yang diberikan selama ini. 12.Saudara-saudaraku “Brahmahardhika” Mapala FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta terimakasih atas dukungannya selama ini.

13.Sahabat-sahabatku (Rika, Ayu, Sapna, Mia, Ratna, Pamungkas) yang selalu memberi semangat dan senyuman disaat susah senang.

14.Teman-teman PGSD angkatan 2007 terutama kelas C terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan permintaan maaf bila terdapat tutur kata peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.

Surakarta, Juli 2011

Penulis SRI DARYANI


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir ... 34


(12)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Subyek Penelitian ... 40

Halaman C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 40

... D. Data dan Sumber Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Validitas Data ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Indikator Kerja ... 46

I. Prosedur Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 54

A. Deskripsi Kondisi Awal ... 54

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 58

1. Siklus I ... 58

2. Siklus II ... 71

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

BAB V PENUTUP ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Implikasi ... 88

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman

1.Gambar Bilangan Bulat ... 15

2. Penjumlahan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Positif ... 16

3.Penjumlahan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Negatif ... 16

4.Penjumlahan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Negatif ... 16

5.Penjumlahan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Positif ... 17

6.Pengurangan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Positif ... 17

7. Pengurangan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Negatif ... 18

8.Pengurangan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Negatif ... 18

9.Pengurangan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat positif ... 18

10.Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat Contoh 1 ... 19

11.Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat Contoh 2 ... 19

12.Kerangka Berpikir Pembelajaran Bilangan Bulat ... 36

13.Analisis Iteraktif ... 45

14. Bagan prosedur penelitian ... 52

15.Grafik Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Pada Kondisi Awal ... 58

16.Grafik Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Pada Siklus I ... 71

17.Grafik Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Pada Siklus II ... 84

18.Nilai rata-rata Rata-Rata Hasil kemampuan berhitung bilangan bulat dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II 86 19.Perbandingan Ketidaktuntasan dan Ketuntasan Siswa Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 87


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 39 2. Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat

Pada Kondisi awal ... 55 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Matematika

Materi Bilangan Bulat PadaKondisi awal ... 57 4. Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat

Pada Siklus I ... 68 5. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Materi Bilangan Pada

Siklus I ... 70 6. Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Pada Siklus II ... 81 7. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat /

Pada Siklus II ... 83 8. Perbandingan Rata-Rata Hasil kemampuan berhitung bilangan bulat

dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 85 9. Perbandingan Ketidaktuntasan dan Ketuntasan Siswa Pada Prasiklus,


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ` Halaman

1. Silabus Matematika Kelas IV Siklus I ... 94

2. Silabus Matematika Kelas IV Siklus II ... 96

3. Kisi-kisi Soal Bilangan Bulat Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siklus I ... 97

4. Kisi-kisi Soal Bilangan Bulat Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siklus II ... 98

5. Foto Sebelum Tindakan ... 99

6. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ... 100

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 103

8. Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran siswa Dalam Pembelajaran Berhitung Bilangan Bulat Dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Together (NHT) Siklus I ... 123

9. Lembar Pengamatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Berhitung Bilangan Bulat Dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Together (NHT) Siklus I ... 127

10.Hasil tes Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang pada Siklus I ... 131

11.Foto Siklus I ... 133

12.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 138

13.Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Dalam Pembelajaran Berhitung Bilangan Bulat Dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Together (NHT) Siklus II ... 158

14.Lembar Pengamatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Berhitung Bilangan Bulat Dengan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Together (NHT) Siklus II ... 161

15.Hasil tes Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang pada Siklus II ... 165

16.Foto Siklus II ... 167

17.Surat Keterangan ... 173


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan. Dengan pendidikan manusia memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. Dan karena itu pendidikan pula terdapat orang-orang yang memiliki martabat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berpendidikan. Karena dengan pendidikan yang dimiliki,seorang dapat mengembangkan potensi dirinya dan dapat menentukan jalan hidupnya.

Pendidikan adalah sebuah kinerja yang selalu baru, membutuhkan satu bentuk pemahaman yang berkesinambungan, pembacaan yang tiada henti, dan persiapan yang cukup karena kondisi dalam proses belajar mengajar selalu berubah- ubah. Mahmud Khalifah & Usamah Quthub, (2009:63).

alam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 1, pengertian pendidikan adalah sebagai berikut:

Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dan diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (UU Sisdiknas, 2003:4).Oleh karena itu diwajibkan bagi setiap warga Negara untuk mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (UUD 1945 pasal 2).

Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit hal ini karena matematika memerlukan kemampuan berhitung yang baik untuk menyelesaikan soal dan memperoleh jawaban dengan benar dan tepat.Padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan berhitung yang baik.


(17)

commit to user

Banyak siswa Sekolah Dasar tidak terampil dalam soal hitung menghitung sekalipun sederhana. Selain itu siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit karena guru yang mengajarkan jarang menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan yang dapat menarik perhatian siswa. Guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana didalam pembelajaran hanya dari gurunya saja yang aktif sedangkan siswa hanya mendengar penjelasan guru atau disebut satu arah. Keadaan seperti ini membuat siswa merasa bosan dan semangat belajar berkurang.. Bahkan guru seringkali menunjukan sikap yang kurang kooperatif dengan siswa sehingga walaupun guru menerangkan pelajaran dengan sungguh-sungguh siswa tetap mersa sukar untuk menguasai materi pelajaran yang dilakukan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas IV SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar, salah satu materi yang dirasakan sulit pada mata pelajaran matematika kelas IV semester II adalah operasi bilangan bulat. Kesulitan tersebut meliputi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat juga pengerjaan hitung campuran. Siswa terkadang masih bingung cara menyelesaikan soal campuran antara bilangan bulat positif dan negatif. Bahkan kemampuan berhitung bilangan bulat siswa kelas IV tergolong masih rendah.

Dari hasil pengamatan peneliti bahwa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang, Tawangmangu diperoleh, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana didalam pembelajaran hanya dari gurunya saja yang aktif sedangkan siswa hanya mendengar penjelasan guru atau disebut satu arah dan kurang variasi dalam mengajar serta tidak menggunakan media pembelajaran / alat peraga yang mendukung, sehingga siswa merasa bosan dan kurang perhatian. Meskipun fasilitas yang di sediakan cukup mendukung, namun banyak guru yang merasa belum siap untuk memaksimalkan penggunaan fasilitas yang ada.

Sedangkan jika dilihat dari data daftar nilai harian siswa nilai ulangan harian pada pokok bahasan bilangan bulat masih banyak siswa yang tidak lulus KKM, Selain itu, rata- rata nilai yang relaitif lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai ulangan harian materi lainnya. Kemampuan berhitung bilangan bulat siswa


(18)

commit to user

kelas IV tergolong masih rendah. Indikator rendahnya kemampuan berhitung bilangan bulat tersebut berdasarkan hasil nilai harian siswa. Dari data daftar nilai dari guru kelas diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 35 dengan nilai rata- rata kelas 64,05. Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai siswa untuk mata pelajaran Matematika adalah 65. Dari keseluruhan siswa berjumlah 37, hanya 18 siswa yang sudah mencapai KKM dan masih ada 19 siswa yang belum mencapai KKM. Sehubungan dengan hal tersebut, yang menjadi perhatian peneliti adalah bagaimana siswa bisa menyelesaikan soal bilangan bulat positif maupun negatif baik dalam penjumlahan pengurangan maupun hitung campuran.

Peneliti ingin memberikan alternatif yang diharapkan dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran dan juga membantu siswa agar mampu mengoperasikan bilangan bulat yaitu melalui salah satu tipe pembelajaran dari model pembelajaran kooperatif. Aktifitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan berprestasi tinggi. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu STAD (Student Teams Achievement Devision), jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournament), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share dan Numbered Heads Together (NHT) (Trianto, 2007: 49). Melihat penguasaan


(19)

commit to user

siswa terhadap matematika khususnya materi operasi hitung bilangan bulat positif maupun negatif meliputi penjumlahan, pengurangan dan hitung campuran. Maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Karena pada model ini siswa menepati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerjasama dalam kelompok dengan ciri utamanya adalah penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing.

Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) karena model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) menggunakan sistem kelompok kecil, sehingga siswa bisa meningkatkan kerja sama, saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togather (NHT) memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka (Isjoni,2002:78).

Dengan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat pada siswa. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ini cocok untuk semua umur dan semua mata pelajaran yang mengajarkan bidang studi yang jelas seperti matematika dan berhitung.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.


(20)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “ Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “ Meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis.

Sebagai sumbangan karya ilmiah melalui biro skripsi tentang meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat dan berkembangnya pemikiran untuk meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap anak yang memiliki kesulitan berhitung melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

2. Manfaat Praktis. a. Bagi siswa.

1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung bilangan bulat. 2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam kelompok.


(21)

commit to user

b. Bagi guru.

1) Membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran.

2) Diperolehnya wawasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3) Meningkatkan profesionalisme guru. c. Bagi sekolah.

1) Meningkatkan kualitas sekolah.

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

3) Tumbuhnya semangat guru dalam mengembangkan proses pengembangan proses pembelajaran yang bermutu.


(22)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Berhitung

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan sesuatu. Tanpa kemampuan, apa yang dilakukan tidak akan maksimal. Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan) (Inda Putri Manroe, 276). Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri (Depdikbud, 1999:623)

Kemampuan barasal dari kata mampu yang berarti ; kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Kekayaan; karena sudah memadai. Daya serap kemampuan sebidang tanah menyerap sebuah tenaga kerja. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990:311)

Menurut Hanurda, kemampuan juga dapat diartikan sebagai kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan

sesuatu yang dilakukan melalui tindakannya

(http://digilip.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.y=0&qual=high&fnam

e=/jiunkpe/sl/eman/2008/jiunkpe-ns-sl-2008-31403361-9052-hanurda-chapter2.pdf).

Menurut Chalpin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins, kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (http://digilip.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.y=0&qual=high&fnam


(23)

commit to user

e=/jiunkpe/sl/eman/2008/jiunkpe-ns-sl-2008-31403361-9052-hanurda-chapter2.pdf).

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau potensi bawaan sejak lahir atau hasil latihan yang dapat digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.

b. Pengertian Berhitung

Menurut Dali S. Naga (Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) Aretmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan pengurangan perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.

Berhitung berasal dari kata hitung yang berarti mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi, memperbanyakan dan sebagainya). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:405)

Pembelajaran merupakan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menggiring siswa agar memiliki kemampuan berpikir objektif, kritis, cermat, analitis dan logis. Untuk memenuhi maksut tersebut, maka siswa harus memiliki kemampuan berhitung dengan baik. Berhitung disamping menulis dan membaca, dipandang sebagai salah satu landasan dan wahana pokok (siswa) untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, nomor 2, tahun I, 1996). Dengan demikian kemampuan berhitung yang baik, siswa memiliki landasan yang kuat untuk mempelajari pengetahuan yang lebih lanjut.

Berhitung merupakan salah satu tahapan belajar yang harus dilalui setipa anak. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita sebagai orang tua atau guru mengajari anak untuk berhitung sendini mungkin. Dikarenakan berhitung sangat erat dengan angka-angka.


(24)

commit to user

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa berhitung adalah mengoperasikan sejumlah bilangan yang berbentuk angka yaitu menjumlahkan, mengurangi, membagi dan memperbanyak dan sebagainya.

c. Pengertian Kemampuan Berhitung

Nyimas Aisyah, dkk (2007:6.5) kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikataka bahwa semua aktifitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini. Menurut Dewa Ketut Sukardi ( dalam sulis 2007:14) bahwa kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan ketrampilan aljabar termasuk operasi hitung.

Kemampuan berhitung sangat diperlukan dalam pembelajaran Matematika. Kemampuan berhitung merupakan kemampuan matematis yang didalamnya tedapat kemampuan melakukan pengerjaan-pengerjaan hitung seperti menjumlah, mengurang, mengalikan, membagi, memengkatkan, menarik akar, menarik logaritma serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambing-lambang matematika (Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, nomor 2, tahun I, tahun 1996).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah kecakapan dalam mengoperasikan bilangan-bilangan nyata yang berbentuk angka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

2. Tinjauan Tentang Matematika

a. Pengertian Matematika

R.Soedjadi (2000:11) berpendapat pengertian matematika 1). Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, 2). Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, 3). Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan


(25)

commit to user

dengan bilangan, 4).Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, 5).Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, 6).Matematika adalah penngetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Ruseffendi (Heruman, 2001:1) Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang tidak didefinisikan , keunsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Johson dan Myklebust (Mulyono Abdurrahman, 2005:252) menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dan praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan menurut Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003:252) menyatakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kualitas.

Sutawijaya (Nyimas Aisyah dkk, 2007:11) menyatakan bahwa Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun menggunakan (lambang) dan penalaran deduktif.

Dienes (Nyimas dkk, 2007:2.7) menyatakan bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantaran struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur.

Jonson dan Rising (Asep Jihad, 2008:153) Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logika, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbul mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang


(26)

commit to user

terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak di definisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

Secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reys, 1984), karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaanya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Kline, 1973).

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan siswa harus memberikan situasi yang dapat dibayangkan siswa atau memiliki hubungan dengan dunia nyata. Gail A. William (1983:3) menyatakan Matematics is beautiful and useful creation of the human mind and spirit. Matematika adalah sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia.

Paling (Mulyono Aburrahmam, 2003:252) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; Suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan atau menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat hubungan-hubungan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mengkaji benda abstrak dan disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Matematika

Matematika sangat berguna dalam berbagai bidang. Menurut Soedjadi (2000:43) Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mengemukakan bahwa:


(27)

commit to user

Tujuan Umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan Pendidiksn Umum adalah: (a). Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien, (b). Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan Khusus pengajaran matematika di Sekolah Dasar adalah: (a). Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, (b).Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika, (c).Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bakal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), (d).Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Asep Jihad (2008:153) mengemukakan tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan dalam : (a).Menggunakan alogaritma (prosedur pekerjaan), (b).Melakukan manipulasi secara matematika, (c).Mengorganisasi data, (d).Memanfaatkan symbol; tabel; diagram dan grafik, (e).Mengenal dan menemukan pola, (f).Menarik kesimpulan, (g).Membuat kalimat atau model matematika, (h).Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, (i).Memahami pengukuran dan satuan-satuannya, (j). Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan matematika adalah mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan dalam, menggunakan alogaritma, mengorganisasi data, mengenal dan menemukan pola, menarik kesimpulan, dan lain sebagainya.


(28)

commit to user

c. Fungsi Matematika

Asep Jihad (2008:153) mengemukakan bahwa berdasarkan kurikulum matematika fungsi matematika adalah sebagai wahana untuk: (a). Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, (b). Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Cockroft (Mulyono Abdurrahman, 2003:253), Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a). Selalu digunakan dalam segi waktu, (b). Semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai, (c). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (d). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (e). Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk berpikir logis, analitis, kritis dan mengembangkan kreatifitas, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.

d. Pembelajaran Matematika

Matematika diajarkan kepada peserta didik melalui sebuah proses. Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar Matematika dan proses tersebut. Sedangkan menurut Bruner (Nyimas Aisyah, 2007:1.5), Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur Matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.


(29)

commit to user

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika.

3. Tinjauan Materi Bilangan Bulat

a. Pengertian Bilangan Bulat

Materi yang dibahas dalam Matematika adalah persoalan bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan negatif, bilangan nol dan bilangan positif . Magatur Sinaga, dkk, ( 2007:136).

Bilangan bulat adalah bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan asli, bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Burhan Mustaqim dan Ary Astuty (2008:137).

Bilangan bulat merupakan gabungan dari bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif, bilangan-bilangan bulat negatif merupakan lawan bilangan dari bilangan-bilangan positifnya, Bilangan yang terletak diatas 0 disebut bilangan positif dan di bawah 0 di sebut bilangan negatif. Buchori dkk (2007: 86)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat meliputi bilangan negative dari bilangan -1 (negatif satu), -2 (negatif dua), -3 (negatif tiga), dan seterusnya. Bilangan bulat juga terdiri dari bilangan nol (0) dan bilangan positif dari bilangan 1 (positif satu), 2 (positif dua), 3 (positif tiga), dan seterusnya.

b. Macam- macam Bilangan Bulat 1) Bilangan Bulat Positif

Bilangan bulat Positif adalah bilangan bulat yang terletak disebelah kanan nol. Burhan Mustaqim dan Ary Astuty (2008:137), bilangan-


(30)

commit to user

bilangan bulat merupakan sebutan lain bilangan asli yaitu 1,2,3,4,5 dan seterusnya.

Bilangan bulat positif, di depan angka diberi tanda positif (+). Contoh :

+4 = positif empat +7 = positif tujuh

Namun biasanya, tanda positif (+) di depan angka tidak selalu ditulis.

2) Bilangan Nol

Bilanagan nol adalah bilangan yang hanya terdiri dari bilangan nol, terletak antara bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.

3) Bilangan Bulat Negatif

Bilangan bulat negatif adalah bilangan yang terletak disebelah kiri nol. Bilangan bulat negatif, di depan angka diberi tanda negatif (-).

Contoh :

-4 = negatif empat -7 = negatif tujuh

Berbeda dengan bilangan bulat bulat positif, tanda negatif (-) pada bilangan bulat negatif harus selalu ditulis. Jika tidak ditulis akan menyamai dengan bilangan bulat positif.

Gambar 1. Garis Bilangan Bulat.

c. Macam- Macam Operasi Bilangan Bulat

Menurut Mangatur Sinaga, dkk, (2007: 145), macam-macam operasi bilangan bulat adalah sebagai berikut:

Bilangan Bulat Negatif

Bilangan Bulat Positif

Nol

5

1

2

3

4

-4 -3 -2 -1

0


(31)

commit to user

1) Operasi penjumlahan pada bilangan bulat

a) Penjumlahan pada bilangan bulat menggunakan garis bilangan (1) Menjumlahkan pada bilangan bulat menggunakan garis bilangan

Contoh: 2+3 = 5

Gambar 2. Penjumlahan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Positif

(2) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

Contoh: (-2) + (-5) = (-7 )

Gambar 3. Penjumlahan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Negatif

(3) Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

Contoh: 3 + (-4) = (-1)

Gambar 4. Penjumlahan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Negatif

5

1

2

3

4

-4 -3 -2 -1

0

-5

2

-2 -1

0

1

-7 -6 -5 -4 -3

-8

5

1

2

3

4

-4 -3 -2 -1

0


(32)

commit to user

(4) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif

Contoh: (-6) + 8 = 2

Gambar 5. Penjumlahan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Positif

b) Penjumlahan pada bilangan bulat tanpa menggunakan garis bilangan 1) 14 + 5 = 19

2) (-9) + (-14) = -23 3) 29 + (-12) = 17 4) (-28) + 16 = -12

2) Operasi pengurangan pada bilangan bulat

a) Penguranganpada bilanagan bulat menggunakan garis bilangan

(1) Mengurangkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif Contoh: 2 – 5 = (-3)

Gambar 6. Pengurangan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Positif.

3

-1

0

1

2

-6 -5 -4 -3 -2

-7


(33)

commit to user

(2) Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif.

Contoh: (-2) – (-5) = 3

Gambar 7. Pengurangan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat Negatif

(3) Mengurangkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

Contoh: 2 – (-5) = 7

Gambar 8. Pengurangan Bilangan Bulat Positif dengan Bilangan Bulat Negatif.

(4) Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.

Contoh: (-2) – 5 = -7

Gambar 9. Pengurangan Bilangan Bulat Negatif dengan Bilangan Bulat positif. -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(34)

commit to user

b) Pengurangan pada bilangan bulat tanpa menggunakan garis bilangan (1) 38 - 21 = 17

(2) (-14) - (-30) = 16 (3) 25 - (-12) = 37 (4) (-13) - 12 = -25

3) Operasi hitung campuran pada bilangan bulat

a) Operasi hitung campuran pada bilangan bulat menggunakan garis bilangan.

Contoh 1 : (-4) + 12 - 3 = 5

Gambar 10. Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat Contoh 1.

Contoh 2 : 6 – (-4) + (-15) = (-5)

Gambar 11. Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat contoh 2. -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(35)

commit to user

b) Operasi hitung campuran pada bilangan bulat tanpa menggunakan garis bilangan

1) 27 + (-15) – 9 = 27 – 15 9 = 12 -9 = 3

2) 16 – (-25) + 14 = 16 + 25 +14 = 41 + 14 = 55

4. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Koopertif Tipe Numbered heads together (NHT)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Agus Suprijono (2009:11) berpendapat pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching.

Agus Suprijono (2009:45) berpendapat model pembelajaran merupakan landasan praktek pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas, dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk bagi guru di kelas.

Joice dan Weil ( Isjoni, 2007:50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.

Arends (Agus Suprijono, 2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.


(36)

commit to user

Isjoni (1999:11) pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa,bukan dibuat untuk siswa, pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik untuk melakukan kegitan belajar.

Winataputra (Sugiyanto, 2008:7) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganosasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Ahmat Sudrajat (

http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik=dan-model-pembelajaran) model

pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dari beberapa pergertiaan di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang sudah direncanakan secara sistematis yang digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran, mengatur materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009:15) Model Pembelajaran Kooperatif Learning berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu bersama-sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Slavin (Isjoni, 2009:15) mengemukakan “ In cooperative leraning methods, student work together in four member team to master material

initially presented by the teachar ”.yang artinya kooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam


(37)

commit to user

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Johson (Isjoni, 2009:15) mengemukakan “ Cooperanon means working together to accomplish shared goal. Whithin cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other group members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each

other as learning” .Berdasrkan uraian tersebut, kooperatif learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.Prosedur kooperatif learning desain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.

Eggen and Kauchak (Trianto, 2007:42) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Anita Lie (Isjoni, 2009:16) menyebut kooperatif learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Sugiyanto (2008:35) Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Arif Rohmat (2009:186) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.


(38)

commit to user

Hamid Hasan (Etin Solihatin, 2008:4) Pembelajaran Kooperatif mengandung arti bekerja bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Etin Solihatin (2008:4) Kooperatif Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat mempengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri, kooperatif learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Buchari Alma (2010: 85) kooperatif berarti bekerja sama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama melalui teknik- teknik tertentu, jadi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang bekerja bersama-sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu kooperatif learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, efisisen, kearah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).

2) Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009:21) Tujuan utama model pembelajaran kooperatif agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan


(39)

commit to user

kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Ibrahim (Isjoni, 2009:27) pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga pembelajaran yaitu :

a) Hasil belajar akademik.

Beberapa ahli berpendapat model pembelajaran ini membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dan dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar serta memberi keuntungan baik pada siswa menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu.

Model pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama sehingga menumbuhkan sikap saling menghargai sikap satu sama lain.

c) Pengembangan keterampilan social.

Model pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampila-ketempilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan tujuan model pembelajaran kooperatif yaitu mengajarkan kerja sama, memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, membantu siswa memahami konsep-konsep materi yang sulit, meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan sikap saling menghargai.

3) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009:58), mengemukakan Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan


(40)

commit to user

pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pambelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan sesuatu yang bermanfaat ”seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesame”. (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang kompeten menilai,

Roger dan David Johnson (Agus Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: a) Saling ketergantungan positif.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan dan ditugaskan kedalam kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

b) Tanggung jawab perseorangan.

Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.

c) Interaksi promotif.

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

d) Komunikasi antar anggota.

Untuk mengkoordinasikan peserta didk dalam pencapaian tujuan peserta didik.


(41)

commit to user

e) Pemrosesan kelompok.

Pemrosesan menilai, melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri (1) belajar bersama dengan teman, (2) saling mendengarkan pendapat, (3) adanya komunikasi antar anggota, (4) adanya sifat saling ketergantungan yang positif.

4) Tipe-tipe Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Robert E. Slavin (Rochmat Wahab, 2009:186) dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima macam metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas, yaitu: 1) team games (TGT), 2) student team achievement divisions (STAD), 3) team assiated individualization (TAI), 4) jigsaw, 5) group investigation (GI).

Anita Lie (Arif Rohmat, 2009:186) ada 12 metode dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) mencari pasangan, 2) bertukar pasangan, 3) berpikir berpasangan berempat, 4) berkirim salam dan soal, 5) kepala bernomor, 6) kepala bernomor berstruktur, 7) dua tinggal dua tamu, 8) keliling kelompok, 9) kancing gemerincing, 10) keliling kelas, 11) lingkaran kecil lingkaran besar, 12) tari bamboo, 13) jigsaw, 14) bercerita berpasangan.

Trianto (2007: 52) menemukan dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang diterapakan yaitu:

a) Student Teams Achievement Division (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan


(42)

commit to user

pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

b) Tim Ahli (jigsaw)

Langkah- langkah yang dilakukan dalam jigsaw adalah: Siswa dibagi menjadi kelompok, Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks dibagi menjadi beberapa sub bab, Setiap kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok- kelompok ahli untuk mendiskusikannya, Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali bertugas mengajar teman-temannya, Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa- siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. c) Investigasi Kelompok

Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen, Kelompok di sisni dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dengan topik tertentu, Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. d) Think Phare Share (TPS)

Think Phare Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koopertatif yang dirancang untuk mempengaruhu pola interaksi siswa. Guru menggunakan langkah-langkah: Mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, Selanjutnya siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh dan menyatukan jawaban dalam waktu 4-5 menit, Langkah terakhir guru meminta pasangan-


(43)

commit to user

pasangan untuk berbagi dengan kesekuruhan kelas yang telah mereka bicarakan dan sebagian siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan ke depan kelas.

e) Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas guru menggunakan empat struktur fase sebagai sintaks NHT : Penomoran: dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada anggota kelompok diberi nomor I – V, Mengajukan pertanyaan: guru mengajukan sebuah pertanyaan keoada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa” atau berbentuk arahan, Berpikir bersama: siawa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim, Menjawab: guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya yang sesuai mengacungkan nomornya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

5) Kelebihan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek & Parker (Isjoni, 2007: 24) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah a) ketergantungan individu, c) Individu dilibatka dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, d) Suasana kelas yang rilaks dan menyenangkan, e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru, dan f) Memiliki banyak kesempatan mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Jurnal internasional yang berjudul Using Coopertive Learning to Teach Mathematic to Students with Learning Disabilities, Diane Pedrotty


(44)

commit to user

Rivera mengungkapkan “Teachers can use cooperative learning activities to help students make connections between the concrete and abstract level of instructions and carefully designed activities http:// www.pdfound.com /dl/using–cooperative–learning–to-teach-mathematic-to-studentswith.../ 093a0600fd12daa0561324be5739af7e.html) dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa guru dapat menggunakan kegiatan pembelajaran kooperatif untuk membantu siswa dalam mengaitkan hal konkret dan abstrak melalui iterksi dengan teman-teman dan perencanaan kegiatan yang baik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan kelebihan model kooperatif adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir juga dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar.

6) Kelemahan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek & Parker (Isjoni, 2007: 24) mengatakan kelemahan model pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu: a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang b) Agar proses pembelajaran lancer dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai c) Selama diskusi ada kecenderungan topik permasalahan meluas sehingga tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, saat diskusi terkadang didominasi seseorang.

Dari uaraian diatas dapat disimpulkan kelemahan model kooperatif adalah dibutuhkan tenaga, waktu dan biaya untuk menjadi pembelajaraan menjadi benar-benar efektif.

c. NHT (Numbered Heads Together)

Buchari Alma (2010: 94), Numberad Heads Together, dalam hal ini kelompok terdiri atas 4 siswa, yang masing- masing diberi nomor 1, 2, 3, 4, mereka diberi pertanyaan lalu dipikirkan bersama. Kemudian guru memanggil nomor siswa, yang harus menyampaikan jawabannya.


(45)

commit to user

Agus Suprijono (2009:92), mengungkapkan dalam Numbered Heads Together (NHT) diawali dengan numbering (guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil), setelah kelompok terbentuk guru mengajukan berbagai pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok mempunyai kesempatan untuk menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “ haeds together” berdiskusi memikirkan atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat memaparkan atas pertanyaan guru.

Isjoni (2002:78) Numbered Heads Together (NHT) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview mata pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran.

Isjoni, (2007:78) Number Head Together di kembangkan Spencer Kagan (1992) mengemukakan bahwa teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa meningkatkan semangat kerja mereka.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/

Trianto (2007: 62), Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif


(46)

commit to user

terhadap struktur kelas tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas guru menggunakan empat struktur fase sebagai sntaks NHT : 1) Penomoran: dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5

orang dan kepada anggota kelompok diberi nomor I – V.

2) Mengajukan pertanyaan: guru mengajukan sebuah pertanyaan keoada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa” atau berbentuk arahan.

3) Berpikir bersama: siawa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4) Menjawab: guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya yang sesuai mengacungkan nomornya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Hanifah dan Cucu Suhana (2009:41), dalam Numbered Heads Together (NHT) menemukakan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini sebagi berikut:

1) Peserta didik dibagi dalam kelompok setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahuai jawabannya. 4) Guru memnggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan

hasil kerja sama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6) Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Numbered Heads Together (NHT) pada dasrnya merupakan salah satu bentuk tipe dari model pembelajaran kooperatif yang ciri khasnya adalah guru mebentuk


(47)

commit to user

kelompok kecil. Memberikan nomor yang berbeda pada setiap anggota kelompok, memberikan permasalahan atau soal-soal yang harus dipecahkan bersama dan menunjuk siswa secara acak melalui nomor yang diambil guru.

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti memilih menerapkan pembelajaran Number Head Together (NHT) karena cara ini menjamin keterlibatan total dan tanggungjawab semua anggota kelompok karena setiap siswa mempunyai peluang yang sama besar untuk mempresentasika secara individu dari hasil kerja kelompok. Siswa yang menguasai atau memahami akan mudah terlihat saat mempresentasikan hasil sehingga guru akan tahu dimana kesulitan dimana siswa selain itu, Penerapan pembelajaran Number Head Together (NHT) membiasakan siswa dengan kejadian-kejadian yang kongkret yang menuntut anak untuk selalu siap dalam menjawab soal sehingga tumbuh rasa dalam diri siswa untuk selalu mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran kognitif dikemukakan oleh Jean Piaget.

Piaget (Nyimas Aisyah dkk, 2007:2.3), berpandapat proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang bertahap dan berpikir intelektual kongkret keabstrakan berurutan melalui empat tahap sebagai berikut:

1) Periode Sensori Motor (0-2) tahun: karakteristik periode ini merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan itu timbul karena anak melihat dan meraba obyek.

2) Periode Pra-operasional (2-7) tahun: operasi yang dimaksud disini adalah suatu proses berpikir atau logik, dan merupakan aktifitas mental, bukan aktifitas sensori motor.

3) Periode Operasi kongkret (7-12) tahun: dalam periode ini anak berpikirnya sudah dikatakan menjadi operasional. Periode ini disebut operasi kongkret sebab berpikir logiknya atas didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek.


(48)

commit to user

4) Periode Operasi Formal (> 12) tahun: periode ini merupakan tahap terakhir dari keempat periode perkembangan intelektual periode operasi formal ini disebut juga periode hipotektif-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual.

Berdasarkan teori piaget siswa kelas IV termasuk dalam kategori operasional kongkret. Oleh karena itu guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang dapat menarik siswa, misalnya waktu belajar tidak terlalu panjang serta divariasi dengan kejadian-kejadian yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dianalisis oleh penulis kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu: a) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, b) mampu memperdalam pamahaman siswa,c) menyenangkan siswa dalam belajar, d) mengembangkan sikap positif siswa, e) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, f) mengembangkan rasa ingin tahu siswa, g) meningkatkan rasa percaya diri siwa, h) mengembangkan rasa saling memiliki, i) serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

2) Kelemahan.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yaitu: a) siswa pandai kemungkinan besar akan mendominasi diskusi sehingga siawa yang kuarang pandai dan pasif akan merasa rendah diri, b) diskusi akan kurang berjalan lancar jika yang bekerja sama tidak semua anggota, c) siswa akan merasa sedikit canggung dalam berkerja kelompok jika tidak terbiasa kerja dalam kelompok, d) pengelompokan siswa membutuhkan tempat yang berbeda dan membutuhkan waktu.


(49)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara berikut : 1. Sarjono (2010: 65). Dalam peneitian yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Media Garis Bilangan Pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukorejo (Suatu Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010)”, menyimpulkan bahwa berhitung bilanagn bulat siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukorejo meningkat dengan menggunakan media garis bilangan”.

2. Hidayah Puptu Saputri (2007 44). Dalam penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif melalui pendekatan Struktual “

Numbered Heads Together” ditinjau dari aktivitas belajar siswa penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII semester 1 SMP N I Sumpuih, Kabupaten Banyumas sub pokok bahasan Fungsi), Menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktual “Numbered Heads Together” menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model konvensional pada sud pokok bahasan Fungsi”.

Adanya penelitian yang relevan diatas digunakan oleh penulis untuk memperoleh gambaran mengenai prosedur penelitian dan hasil yang diperoleh.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, dari hasil Daftar nilai matematika dari guru kelas IV (lampiran 5) guru masih mengajar secara konvensional, dimana guru masih menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan metode yang ada sesuai dengan pokok bahasan, menyebabkan siswa kurang memahami materi secara maksimal. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut


(50)

commit to user

menyebabkan kemampuan berhitung pada materi tentang bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang masih tergolong rendah,

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan adanya suatu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Diantara berbagai model kooperatif dalam pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togethar (NHT), diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan berhitung siswa, khususnya kemampuan berhitung pada materi bilangan bulat. Model kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa di bentuk secara kelompok dengan memberikan nomor yang berbeda, Guru memberikan suatu masalah dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, guru mengacak nomor dan nomor yang keluar memyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, ilmu yang diterima akan tahan lama dan pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Maka pada kondisi akhir dapat diketahui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada materi bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang yang ditandai dengan siswa dapat menjelaskan, menguraikan, dan membuktikan serta menghitung bilangan bulat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan berhitung siswa.


(51)

commit to user

Gambar 12. Kerangka berpikir pembelajaran bilangan bulat.

Kondisi Awal Tindakan Siklus I Indikator ketercapaian kinerja sebesar 70% Melaui PTK

Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) proses pembelajaran bilangan bulat siswa. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih konvensional (guru berceramah, siswa hanya mendengarkan dan menerima informasi dari guru) Kemampuan berhitung bilangan bulat siswa

rendah Siklus II Indikator ketercapaian kinerja sebesar 80% 1. Perencana an 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Kondisi Akhir

Melalui model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat siswa.


(52)

commit to user

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori kerangka berpikir dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut” Pennggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 01 Blumbang Tawangmangu,Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.


(53)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, dengan tenaga kependidikan sejumlah 10 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan penjaga. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya sebagai berikut:

a. Hasil observasi siswa di SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar memenuhi syarat untuk dilaksanakan penelitian jika melihat situasi pembelajaran Matematika di SDN 01 Blumbang Tawangmangu Karanganyar yang belum optimal karena masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan belum pernah digunakan untuk penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

b. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti.

c. Keberadaan sampel memudahkan peneliti untuk memperoleh data.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap Tahun Ajaran 2010/2011, yaitu mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli 2011 atau selama 6 bulan.


(54)

commit to user

Tabel 1.Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian.

No

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyalasaian Proposal

a. Pengamatan di Sekolah

b. Pembuatan Proposal c. Pengajuan Proposal d. Revisi proposal dan

acc

2 Persiapan Penelitian a. Mengurus Perijinan b. Koordinasi dengan

guru

c. Persiapan Peralatan d. Mendiskusikan teknik

pelaksanaan tindakan 3 Pelaksanaan Penelitian

a. Siklus I b. Siklus II c. Analisis Hasil

Penelitian 4 Penyusunan Skripsi 5 Konsultasi laporan hasil 6 Seminar Pendadaran 7 Revisi hasil,

penggandaan, penjilidan, pengiriman laporan


(55)

commit to user

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Blumbang 1 Tawangmangu Karanganyar sebanyak 37 siswa terdiri dari 20 siswa putra dan 17 siswa putri. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan menghitung bilangan bulat dalam pembelajaran Matematika masih rendah.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Wardhani, dkk (2008: 13) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang dilakukan di kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar.

2. Strategi Penelitian

Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena obyek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah

Adapun langkah-langkah rancangan pelaksanaan PTK (Suharsimi Arikuntoro, 2008: 16). Sebagai berikut :


(1)

commit to user Lampiran 5. Daftar Nilai Pada Kondisi Awal.

Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa kelas IV SD Negeri 01 Blumbang, Tawangmangu Pada Kondisi awal.

No Nama Peserta Didik Nilai awal KETERANGAN

1 Dwi Handayani 45 Tidak Tuntas

2 Dwi Setiowati 35 Tidak Tuntas

3 Danang Wahyudi 70 Tuntas

4 Lidiya Ayu Setiyani 65 Tuntas

5 Mila Ayu Dwi Sartini 40 Tidak Tuntas

6 Ramadhan 75 Tuntas

7 Septika Tri Utami 40 Tidak Tuntas

8 Yoga Gerhana Saputra 85 Tuntas

9 Ades Alfina 90 Tuntas

10 Aghny Azza Luthfiyani 70 Tuntas

11 Alfina Prafita Devi 45 Tidak Tuntas

12 Andini Nur Fitriani 50 Tidak Tuntas

13 Annisa Nurhayati 75 Tuntas

14 Andi Frriyan Efendi 50 Tidak Tuntas

15 Chandra itran Agustina 45 Tidak Tuntas

16 Dimas saputra 60 Tidak Tuntas

17 Dwi Sulastri 60 Tidak Tuntas

18 Erna Maherni 90 Tuntas

19 Hafidzah Qoni’ah 90 Tuntas


(2)

commit to user

22 Ian Saputra 95 Tuntas

23 Kiki Azra Putri 70 Tuntas

24 Muhamad Burhanudin 80 Tuntas

25 Muhamad Nur Rochim 65 Tidak Tuntas

26 Marisah 50 Tidak Tuntas

27 Neva Arfani Rifado 60 Tidak Tuntas

28 Nikar Ayu Wandira 60 Tidak Tuntas

29 Rio Erlangga Putra 70 Tuntas

30 Risa Antika Nugraheni 75 Tuntas

31 Sigma Puspita Sari 50 Tidak Tuntas

32 Yekti Purnawati 50 Tidak Tuntas

33 Yolanda Ika Damayanti 45 Tidak Tuntas

34 Zahrina Firdausi 70 Tuntas

35 Bayu Rupiana 50 Tidak Tuntas

36 Anggilang wahyu Saputra 50 Tidak Tuntas

37 Woody Denta Aryosa 90 Tuntas

Jumlah 2370


(3)

commit to user Lampiran 9

Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Pada Siklus I

No Nama Peserta Didik

Nilai Siklus 1 Nilai

rata-

rata Keterangan

Petemuan 1

Pertemuan 2

1 Dwi Handayani 70 50 60 Tidak Tuntas

2 Dwi Setiowati 50 50 50 Tidak Tuntas

3 Danang Wahyudi 75 70 72,5 Tuntas

4 Lidiya Ayu Setiyani 70 60 65 Tuntas

5 Mila Ayu Dwi Sartini 55 40 47,5 Tidak Tuntas

6 Ramadhan 45 70 57,5 Tidak Tuntas

7 Septika Tri Utami 60 100 80 Tuntas

8 Yoga Gerhana Saputra 70 90 80 Tuntas

9 Ades Alfina 100 90 95 Tuntas

10 Aghny Azza Luthfiyani 80 50 65 Tuntas

11 Alfina Prafita Devi 40 100 70 Tuntas

12 Andini Nur Fitriani 60 40 50 Tidak Tuntas

13 Annisa Nurhayati 85 70 77,5 Tuntas

14 Andi Frriyan Efendi 70 50 65 Tuntas

15 Chandra itran Agustina 55 50 52,5 Tidak Tuntas

16 Dimas saputra 70 90 80 Tidak Tuntas

17 Dwi Sulastri 70 40 55 Tidak Tuntas


(4)

commit to user

20 Henny Setiowati 70 70 70 Tuntas

21 Hermawati 70 100 85 Tuntas

22 Ian Saputra 100 100 100 Tuntas

23 Kiki Azra Putri 90 60 75 Tuntas

24 Muhamad Burhanudin 80 100 90 Tuntas

25 Muhamad Nur Rochim 80 60 70 Tuntas

26 Marisah 70 50 65 Tuntas

27 Neva Arfani Rifado 70 60 65 Tuntas

28 Nikar Ayu Wandira 55 70 62,5 Tidak Tuntas

29 Rio Erlangga Putra 60 100 80 Tuntas

30 Risa Antika Nugraheni 70 70 70 Tuntas

31 Sigma Puspita Sari 50 70 65 Tuntas

32 Yekti Purnawati 55 70 62,5 Tidak Tuntas

33 Yolanda Ika Damayanti 40 50 45 Tidak Tumtas

34 Zahrina Firdausi 70 100 85 Tuntas

35 Bayu Rupiana 40 60 50 Tidak Tuntas

36 Anggilang wahyu

Saputra

60 70 65 Tuntas

37 Woody Denta Aryosa 100 90 95 Tuntas

Jumlah 2535 2640 2602,5


(5)

commit to user Lampiran 14

Daftar Nilai Matematika Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Blumbang Pada Siklus II

No Nama Peserta Didik

Nilai Siklus 2 Nilai Rata

– Rata

Keterangan Petemuan

1

Pertemuan 2

1 Dwi Handayani 80 50 65 Tuntas

2 Dwi Setiowati 80 50 65 Tuntas

3 Danang Wahyudi 40 70 55 Tidak Tuntas

4 Lidiya Ayu Setiyani 70 60 65 Tuntas

5 Mila Ayu Dwi Sartini 85 60 72,5 Tuntas

6 Ramadhan 80 90 85 Tuntas

7 Septika Tri Utami 70 80 75 Tuntas

8 Yoga Gerhana Saputra 60 100 80 Tuntas

9 Ades Alfina 100 90 95 Tuntas

10 Aghny Azza Luthfiyani 85 90 87,5 Tuntas

11 Alfina Prafita Devi 60 60 60 Tidak Tuntas

12 Andini Nur Fitriani 65 70 67,5 Tuntas

13 Annisa Nurhayati 60 70 65 Tuntas

14 Andi Frriyan Efendi 95 70 82,5 Tuntas

15 Chandra itran Agustina 55 90 72,5 Tuntas

16 Dimas saputra 65 70 65 Tuntas

17 Dwi Sulastri 80 60 70 Tuntas


(6)

commit to user

20 Henny Setiowati 75 50 62,5 Tidak Tuntas

21 Hermawati 75 70 72,5 Tuntas

22 Ian Saputra 95 100 97,5 Tuntas

23 Kiki Azra Putri 65 100 82,5 Tuntas

24 Muhamad Burhanudin 75 90 82,5 Tuntas

25 Muhamad Nur Rochim 70 60 65 Tuntas

26 Marisah 70 60 65 Tuntas

27 Neva Arfani Rifado 65 90 77,5 Tuntas

28 Nikar Ayu Wandira 65 60 62,5 Tidak Tuntas

29 Rio Erlangga Putra 80 90 85 Tuntas

30 Risa Antika Nugraheni 60 60 60 Tidak Tuntas

31 Sigma Puspita Sari 80 60 70 Tuntas

32 Yekti Purnawati 85 60 62,5 Tidak Tuntas

33 Yolanda Ika Damayanti 70 70 70 Tuntas

34 Zahrina Firdausi 70 60 65 Tuntas

35 Bayu Rupiana 60 70 65 Tuntas

36 Anggilang W.S 80 60 70 Tuntas

37 Woody Denta Aryosa 100 90 95 Tuntas

Jumlah 2720 2720 2620


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SDN Pati Kidul 05 Tahun Pelajaran 2013/2014

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyoso Kabupaten Kar

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyo

0 1 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN CAMPURANMELALUI COOPERATIVE LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS Peningkatan Kemampuan Menghitung Bilangan Campuran Melalui Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngringo

0 1 14

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menghitung Bilangan Campuran Melalui Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 6

PENINGKATANKEMAMPUANMENGHITUNGBILANGANCAMPURANMELALUICOOPERATIVE LEARNINGTEKNIKNUMBERED HEADS Peningkatan Kemampuan Menghitung Bilangan Campuran Melalui Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngringo Kecamata

0 1 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.

0 0 4