Ketersediaan Pangan Strategis Analisis Rasio Ketersediaan Pangan Dan Komsumsi Pangan Dikota Medan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat, baik kuantitas maupun kualitas, aman, bergizi dan terjangkau daya beli masyarakat. Kekurangan pangan tidak hanya dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, bahkan dapat mengancam keamanan sosial. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan masyarakat, perlu dilakukan analisis rasio ketersediaan pangan dengan konsumsi pangan. Rasio ketersediaan pangan dan konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dan konsumsi pangan. Hasil penelitian ini menggambarkan bagaimana kondisi ketersediaan pangan dan konsumsi pangan yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan di Kota Medan pada tahun 2010 dengan membandingkannya dengan Angka Ketersediaan yang dianjurkan pemerintah.

5.1 Ketersediaan Pangan Strategis

Mengetahui ketersediaan pangan suatu daerah dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah produksi pangan strategis domestik, stok pangan yang dikeluarkan, dan impor ekspor pangan darike Kota Medan. Perhitungan ketersediaan pangan wilayah ini sangat penting dilakukan untuk melihat surplus tidaknya pangan di suatu daerah tertentu. Dengan diketahuinya ini neraca tersebut maka antisipasi untuk ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dapat dilakukan sejak dini. Ketersediaan pangan di Kota Medan didominasi oleh impor pangan dari luar Kota Medan. Ketersediaan pangan dari impor meliputi komoditas beras, Universitas Sumatera Utara jagung, cabai merah, gula pasir, bawang merah, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Ketersediaan Pangan Strategis Kota Medan Tahun 2010 No . Ketersediaan Produksi ton Stok ton Ekspor ton Impor ton Jumlah ton 1 Beras 9.287 297.300 306.587 2 Jagung 1.435 128.431 129.866 3 Cabai Merah 535 4.534 5.069 4 Daging Ayam 354 60 414 5 Daging Sapi 2.412 9.453 11.865 6 Telur Ayam 968 9.276 10.244 7 Minyak Goreng 66.176 66.176 8 Gula Pasir 12.500 12.500 9 Bawang Merah 11.051 11.051 J U M L A H 81.167 472.605 553.772 Sumber : BKP Kota Medan, 2011 Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa total ketersediaan dari kesembilan bahan pangan berjumlah 553.772 ton dalam tahun 2010. Dengan jumlah ketersediaan tertinggi oleh beras yang disusul oleh jagung. Jumlah ketersediaan terendah ada di komoditas daging ayam yang meliputi daging ayam ras dan buras. Mengingat sifat dari produk pangan yang bersifat musiman, diperlukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaan pangan di Kota Medan dapat terjaga sepanjang tahun. Ketersediaan pangan tersebut harus cukup jumlah, jenis, mutu, dan stabil penyediaannya dari weaktu ke waktu. Aspek-aspek yang menjadi sumber ketersediaan pangan yaitu produksi, cadangan pangan,ekspor dan impor. Produksi pangan merupakan jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian yang belum mengalami Universitas Sumatera Utara proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Produksi merupakan tindakan dalam membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa Lipsey, 1993. Dalam pertanian, proses produksi begitu kompleks dan terus-menerus berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Total ketersediaan kesembilan pangan strategis yang berasal dari produksi sebesar 81.167 ton atau sama dengan 14,66 dari total ketersediaan yang ada di Kota Medan tahun 2010. Jumlah produksi pangan tahun 2010 pada dasarnya ditentukan input- inputnya yaitu luas areal panen, penggunaan pupuk, iklim yang terjadi selama satu tahun dan dalam hal ini adalah curah hujan rata-rata, dan penggunaan teknologi. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa penyebab menurunnya sumbangan produksi bagi ketersediaan pangan di Kota Medan dikarenakan makin sempitnya lahan pertanian. Sempitnya lahan pertanian terjadi akibat perubahan fungsi tanah dari lahan pertanian menjadi sentra perdagangan, pemukiman, ataupun gedung perkantoran. Menurut Adi Sasono 1995: 13 alih fungsi tanah merupakan kegiatan perubahan peggunaan tanah dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainnya. Alih fungsi tanah muncul sebagai akibat pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah strukur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Perkembangan struktur industri yang cukup pesat berakibat terkonversinya lahan pertanian secara besar-besaran. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang jumlahnya jauh lebih besar. Universitas Sumatera Utara Cadangan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi ketahanan pangan suatu negara, termasuk negara Indoensia yang bersifat agraris. Pengelolaan cadangan pangan oleh pemerintah dipegang oleh Badan Urusan Logistik BULOG. BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistikpergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan BULOG yaitu menjaga harga dasar pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin Raskin dan pengelolaan stok pangan. Manfaat cadangan pangan telah teruji dalam penanganan berbagai bencana alam di tanah air. Contohnya pada beras, beras yang telah tersedia di gudang- gudang BULOG yang tersebar merata di seluruh tanah air dapat segera dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi pengungsi korban bencana. Dengan demikian ketahanan pangan bagi rumah tangga yang terkena bencana tetap dapat dijaga. Namun, berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, tidak ada stok pangan strategis yang disimpan di pergudangan pangan. Ekspor pangan adalah sejumlah bahan pangan baik yang keluar maupun yang akan dikirim keluar dari wilayah Kota Medan. Ekspor pangan merupakan selisih dari produksi dengan total konsumsi dan stok pangan pada akhir tahun lalu. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya ekspor diantaranya keterbatasan suatu wilayah dalam sumberdaya alam, sumberdaya modal, tenaga kerja, dan teknologi. Perbedaan dalam penawaran dan permintaan antar wilayah Universitas Sumatera Utara juga turut menyebabkan terjadinya ekspor. Alasan terjadinya ekspor dapat disebabkan karena adanya kelebihan penawaran excess supply yaitu jumlah produksi di suatu wilayah melebihi jumlah konsumsinya, sehingga produsen menjual hasil produksinya ke luar wilayahnya. Produsen menjual produksinya ke wilayah lain juga memperhatikan kondisi pasar wilayah tujuannya. Bila harga yang ditawarkan di wilayah lain lebih besar dibanding biaya produksi ditambah biaya pengangkutan ke wilayah tersebut, ekspor produk pangan terjadi. Sebaliknya, bila harga di wilayah lain lebih rendah dibanding biaya produksi ditambah biaya pengangkutan yang ditanggung oleh produsen, produsen tidak akan tertarik untuk melakukan ekspor. Dari Tabel 5.1, tidak terdapat ekspor pangan dari Kota Medan tahun 2010. Tidak adanya ekspor pangan ini disebabkan oleh jumlah produksi dan stok pada akhir tahun 2009 yang belum memenuhi jumlah konsumsi di Kota Medan. Kota Medan masih mengharapkan impor pangan dari wilayah di luar Kota Medan untuk memenuhi konsumsi penduduk. Impor pangan adalah sejumlah bahan pangan baik yang belum maupun sudah mengalami pengolahan, yang didatangkandimasukkan dari luar ke dalam wilayah Kota Medan. Dari Tabel 5.1, ketergantungan akan pangan impor sebesar 85,4 terhadap total ketersediaan pangan strategis di Kota Medan tahun 2010. Pangan strategis yang ketersediaannya tidak berasal dari impor yaitu minyak goreng. Ketersediaan minyak goreng sepenuhnya berasal dari produksi. Ketergantungan akan pangan impor sepenuhnya ada pada komoditas gula pasir dan bawang merah. Universitas Sumatera Utara Ketergantungan terhadap impor pangan tidak aman bagi suatu wilayah. Impor pangan merupakan jalan terakhir yang diambil pemerintah untuk memenuhi ketersediaan pangan. Impor pangan cenderung fluktuatif dari sisi kuantitas dan kualitas, harga tidak stabil, dan distribusi yang kurang merata. Hal ini dikarenakan oleh pangan tidak mudah disediakan bila dibandingkan dengan barang atau jasa lainnya, semacam mobil, televisi, ataupun alat tulis Yustika, 2012. Produk pangan sangat tergantung dari alam, yaitu iklim, curah hujan, dan keadaan tanah. Untuk menghasilkan produk pangan juga waktu tertentu untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang optimal. Sumber ketersediaan pangan di Kota Medan tahun 2010 berasal dari produksi dan impor saja. Untuk melihat perbandingan sumbangan ketersedian dari dua sumber tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut. Gambar 5.1 Ketersediaan Pangan Strategis Kota Medan Tahun 2010 50000 100000 150000 200000 250000 300000 Beras Jagung Cabai Merah Daging Ayam Daging Sapi Telur Ayam Minyak Goreng Gula Pasir Bawang Merah 9287 1435 535 354 2412 968 66176 297300 128431 4534 60 9453 9276 12500 11051 Produksi Impor Universitas Sumatera Utara Terlihat pada Gambar 5.1, persentase terbesar antara impor dan produksi dalam memenuhi ketersediaan yaitu pada gula pasir dan bawang merah. Kota Medan sepenuhnya berharap dari impor pangan dari luar Kota Medan. Pada komoditas beras, perbandingan jumlah impor dengan produksi di Kota Medan sangat jauh. Sumbangan impor beras pada ketersediaan beras sebesar 96,97, sisanya sebesar 3,03 berasal dari produksi. Demikian pula pada jagung, cabai merah, dan telur ayam, jumlah impor jauh lebih tinggi dibanding produksi. Impor jagung menyumbang 98,9 dari total ketersediaan jagung di Kota Medan tahun 2010. Sisanya sebesar 1,1 dipenuhi oleh produksi. Produksi cabai merah 89,45 berasal dari impor luar Kota Medan. Sisanya sebesar 10,55 berasal dari produksi. Ketersediaan telur ayam sebesar 90,55 disediakan dari impor, sisanya dipenuhi oleh produksi di Kota Medan. Pada golongan daging, ketersediaan daging sapi dari impor sebesar 79,67 dan sisanya sebesar 20,33 berasal dari produksi. Lain halnya dengan daging ayam, jumlah impor lebih rendah dibanding produksi. Impor daging ayam hanya 14,49 dari total ketersediaan daging ayam. Sisanya sebesar 85,51 dipenuhi dari produksi peternak di Kota Medan. Komoditas pangan yang tidak melakukan impor yaitu minyak goreng. Sumber ketersediaan sepenuhnya berasal dari produksi. Untuk membandingkan kecukupan ketersediaan dengan kecukupan standart, dilakukan perhitungan kalori dan protein yang dikandung dari tiap komoditas pangan sesuai jumlah ketersediaannya untuk satu hari pada tiap orang. Ketersediaan energi suatu komoditas didapat dari hasil perkalian ketersediaan suatu komoditas dalam gram dan kandungan kalori dalam komoditas tersebut dibagi dengan hasil perkalian jumlah penduduk dan 365 hari. Demikian halnya Universitas Sumatera Utara dengan kandungan protein dalam suatu komoditas, ketersediaan protein suatu komoditas didapat dari hasil perkalian ketersediaan suatu komoditas dalam gram dan kandungan protein dalam komoditas tersebut dibagi dengan hasil perkalian jumlah penduduk dan 365 hari. Ketersediaan energi dan protein pada kesembilan komoditas pangan strategis yaitu beras, jagung, cabai merah, gula pasir, bawang merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan minyak goreng di Kota Medan tahun 2010 disajikan pada Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Ketersediaan Pangan Strategis Kota Medan Tahun 2010 No Komoditas Total Ketersediaan Ketersediaan per kapita Kgtahun grhari Energi Kalhari Protein grhari 1. Beras 306.587 146,16 400,44 1.341,47 29,63 2. Jagung 129.866 61,91 169,62 237,47 7,97 3. Cabai Merah 5.069 2,42 6,62 2,05 0,07 4. Daging Ayam buras ras 414 0,20 0,54 1,63 0,10 5. Daging Sapi 11.865 5,66 15,50 32,08 2,91 6. Telur Ayam 10.244 4,88 13,38 21,68 1,71 7. Minyak Goreng 66.176 31,55 86,43 751,97 0,86 8. Gula Pasir 12.500 5,96 16,33 59,43 0,00 9. Bawang Merah 11.051 5,27 14,43 5,63 0,22 J U M L A H 2.453,41 43,48 Sumber: Data sekunder diolah, 2012 Pada Tabel 5.2, Ketersediaan energi yang dikandung dari bahan makanan tergantung atas dua hal, yaitu jumlah ketersediaan dan kandungan energinya dalam suatu komoditas. Jumlah ketersediaan terbesar untuk tiap orang per harinya Universitas Sumatera Utara dari kesembilan pangan strategis berasal dari beras dan jagung. Ketersediaan protein terbesar juga berasal dari dua komoditas tersebut. Namun jagung tidak memberikan energi yang besar walaupun dengan ketersediaan yang besar, hal ini disebabkan oleh kandungan energi pada jagung relatif lebih kecil bila dibanding dengan komoditas pangan strategis lain seperti minyak goreng, gula pasir, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam. Sumber kalori terbesar berasal dari beras dan minyak goreng. Angka ketersediaan terkecil dari kesembilan pangan strategis ada pada daging ayam. Akibatnya, sumbangan energi dari komoditas ini sangat kecil walaupun kandungan energi yang dikandung dari daging ayam relatif besar, yaitu 302 kkal dalam 100 gram. Demikian pula pada protein yang dihasilkan, daging ayam hanya memberi 0,1 gram protein per hari dalam 0,54 gram ketersediaannya pada tiap orang. Gula pasir tidak menyumbang ketersediaan protein karena gula pasir tidak mengandung protein. Total ketersediaan energi dari kesembilan pangan strategis ini sebesar 2453,41 kkal per orang dalam satu hari. Total ketersediaan protein pada kesembilan pangan strategis ini sebesar 43,48 gram per orang dalam satu hari di Kota Medan tahun 2010. Angka ini sering disebut ketersediaan aktual. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara angka ketersediaan aktual masyarakat Kota Medan dengan angka ketersediaan menurut Angka Kecukupan Gizi yang dikeluarkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WNPG. Rekomendasi ketersediaan energi sebesar 2200 Kkalkaphari dan untuk protein sebesar 57 grkaphari. Angka rekomendasi ketersediaan selalu lebih tinggi dari angka rekomendasi konsumsi. Hal ini bertujuan untuk menjaga konsumsi agar selalu terpenuhi dan bertujuan untuk peningkatan skor menuju Pola Pangan Harapan Nasional. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 Rasio Ketersediaan Aktual dengan Ketersediaan AKG Kota Medan Tahun 2010 No. Kecukupan Angka Ketersediaan Aktual Angka Ketersediaan AKG Rasio Ket 1. Energi kkalkaphari 2.453,41 2.200 1,12 Surplus 2. Protein grkaphari 43,48 57 0,76 Minus Sumber : Data sekunder diolah Pada Tabel 5.3, angka ketersediaan energi aktual Kota Medan tahun 2010 sebesar 2.453,41 kkalkaphari. Angka ini lebih tinggi 12 dari angka ketersediaan energi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini disebut sebagai surplus ketersediaan energi. Dapat diketahui pula angka ketersediaan protein aktual sebesar 43,48 grkaphari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan protein aktual kota Medan lebih kecil 24 dari nilai standard seharusnya. Kondisi ini disebut sebagai minus ketersediaan protein. Angka ketersediaan protein aktual di Kota Medan dinyatakan dalam keterangan minus dikarenakan rendahnya jumlah ketersediaan dari komoditas pangan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Contohnya pada komoditas daging sapi, kandungan protein pada daging sapi dalam 100 gramnya sebesar 18,8 gram namun ketersediaannya hanya 15,5 gram per hari untuk tiap orang. Hal ini menyebabkan sumbangan protein dari daging sapi pada ketersediaan protein aktual menjadi rendah.

5.2 Konsumsi Pangan Strategis