Tabel 2.1. Data DPOAEs Normal Vivosonic 2011
Frequency 750
1000 1500
2000 3000
4000 6000
8000
P er
c en
ti le
95th
5.95 7.65
3.83 -0.9
-2.3 0.18
-2.08 -9.97
Impaired 90th
2.4 4.4
0.43 -3.5
-5.55 -4.42
-6.88 -12.85
Impaired 10th
-10.4 -8.1
-6.73 -9.85
-11.5 -5.93
-7.84 -22.2
Normal 5th
-13.6 -12.05
-9.8 -13.9
-16.25 -9.23
-11 -26
Normal
Data dikumpulkan dengan parameter pengukuran L1= 65 dBSPL
berikut: L2= 55 dB SPL
F2F1 Ratio= 1.22
2.6. Brainstem Evoked Response Audiometry
Brainstem Evoked Response Audiometry BERA adalah suatu teknik pengukuran aktivitas atau respon saraf terhadap rangsangan bunyi.
Pemeriksaan BERA pertama sekali dilaporkan oleh Sohmer dan Feinmesswer pada tahun 1967, yang kemudian dijelaskan lebih detail oleh
Jewett dan Wilson pada tahun 1971. BERA merupakan tes elektrofisiologik yang menimbulkan potensial listrik pada berbagai level
dari sistem pendengaran mulai dari koklea sampai korteks. BERA ditimbulkan oleh rangsangan akustik bunyi klik atau bip yang dikirim
oleh suatu transduser akustik dalam bentuk earphone atau headphone
Hall Antonelli 2006.
BERA dapat direkam pada bayi prematur umur 28-30 minggu. Kadang- kadang BERA tidak timbul pada bayi normal yang dilahirkan pada umur
kehamilan ibu 30-34 minggu, kecuali bila digunakan intensitas 90-110 dB BERA dapat direkam setelah umur 30 minggu Resor 1988.
Respon yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah dalam bentuk gelombang yang diukur dengan menggunakan elektroda permukaan yang
Universitas Sumatera Utara
dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid atau pada lobulus telinga. Cara pemeriksaan ini mudah, tidak invasif dan bersifat
objektif Bhattcharrya 2006; Hall Antonelli 2006. Pemeriksaan BERA terdiri dari tujuh gelombang yang terjadi dalam
waktu 10 msec setelah onset rangsangan pada intensitas yang tinggi 70- 90 dBnHL. Bentuk puncak gelombang yang tercatat diberi nama dan
angka Romawi, yaitu gelombang I-VII Bhattcharrya 2006. Komponen Gelombang:
a. Gelombang I: merupakan representasi dari potensial aksi saraf
pada daerah distal saraf kranial ke VIII. Respon tersebut berasal dari aktivitas afferen dari serabut saraf VIII.
b. Gelombang II: dihasilkan oleh bagian proksimal saraf VIII.
c. Gelombang III: berasal dari nukleus koklearis.
d. Gelombang IV: berasal dari kompleks olivaris superior.
e. Gelombang V: berasal dari kolikulus inferior dan lemniskus lateral.
Gelombang ini paling sering dianalisa dalam aplikasi klinis BERA. f.
Gelombang VI dan VII: diduga berasal dari Thalamus Medial geniculated body, tetapi lokasi pastinya masih belum jelas.
Mekanisme pemeriksaan BERA Rangsangan bunyi diberikan melalui headphone yang telah diatur pada
level kontrol akan menempuh perjalanan melalui koklea → nukleus
koklearis →nukleus olivarius superior→ lemniskus lateral→ kolikulus
inferior →korteks auditorius di lobus temporal otak. Respon yang diberikan
akan diterima oleh elektroda-elektroda yang ditempelkan pada kulit dan diteruskan ke komputer sehingga hasilnya dapat dilihat di layar komputer.
Penilaian BERA Arnold 2000; Bhattcharrya 2006; Hall Antonelli 2006
a. Masa laten absolut gelombang I, III, V. Masa laten absolut gelombang I,III,V adalah waktu yang diperlukan
dari pemberian stimulus sampai timbulnya gelombang I, III, V.
Universitas Sumatera Utara
b. Interwave latency I-V, I-III, I-V. Merupakan waktu yang diperlukan dari gelombang I ke gelombang
III, dari gelombang III ke gelombang V dan dari gelombang I ke gelombang V.
c. Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri interaural latency yaitu perbedaan masa laten gelombang V antara telinga kanan
dengan telinga kiri, yang kadang-kadang juga pada gelombang III. Rata-rata perbedaan bervariasi antara 0,2 ms - 0,6 ms.
d. Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi latency intensity function
Dalam menilai sensitivitas dari pendengaran yaitu dengan menilai gelombang V BERA, oleh karena gelombang V berhubungan
dengan ambang audiometri behavioral. Hal ini dapat lengkap terlihat dengan memakai intensitas stimulus `klik`. Semakin kecil
intensitas yang diberikan, maka gelombang BERA akan menghilang kecuali gelombang V yang dapat terlihat sampai pada
level 5-20 dB. e. Rasio amplitudo gelombang VI.
Pengukuran rasio amplitudo gelombang VI adalah untuk menilai integritas batang otak. Amplitudo gelombang I dan V diukur
kemudian dibandingkan. Pada kondisi normal orang dewasa gelombang V harus lebih besar dari gelombang I dengan
hasil 1,0. Pada kasus kelainan retrokoklea, ratio amplitudo gelombang VI akan menurun yaitu 1,0.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Data Latensi ABR Normal Vivosonic 2011 Age in
weeks 25 dB
35 dB 45 dB
55 dB 65 dB
75 dB Newborn Mean
8.92 8.53
8.05 7.76
7.5 7.24
SD 0.58
0.68 0.63
0.51 0.5
0.47 2 wk
Mean 8.5
8.05 7.7
7.37 7.1
6.89 SD
0.51 0.42
0.4 0.34
0.37 0.36
4 wk Mean
8.41 7.98
7.6 7.32
7.07 6.87
SD 0.45
0.38 0.35
0.35 0.35
0.35 6 wk
Mean 8.25
7.8 7.46
7.18 6.93
6.73 SD
0.32 0.32
0.3 0.31
0.28 0.28
9 wk Mean
8.13 7.69
7.32 7.04
6.78 6.61
SD 0.4
0.34 0.32
0.31 0.28
0.26 12 wk
Mean 8.04
7.63 7.24
6.96 6.76
6.59 SD
0.36 0.3
0.29 0.29
0.26 0.24
26 wk Mean
7.8 7.44
7.1 6.83
6.58 6.38
SD 0.37
0.46 0.42
0.38 0.31
0.29 Adult
Mean 7.32
6.82 6.46
6.1 5.89
5.75 SD
0.4 0.3
0.25 0.23
0.23 0.23
2.7. Embriologi Telinga