Alat dan Bahan Penelitian Langkah-langkah Pemeriksaan:

Penilaian: Pass: bila SNR ≥ 6 pada 3 frekuensi, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz dan 4000 Hz. Refer: bila SNR 6 pada 3 frekuensi, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz dan 4000 Hz. Pada penelitian ini BBLR pass dan refer dikelompokkan sebagai: Pass: bila hasil DPOAEs pass pada kedua telinga Refer: bila hasil DPOAEs refer pada satu atau kedua telinga g. Auditory Brainstem Response ABR adalah pengukuran elektrofisiologikal fungsi jaras auditori dari saraf kranial ke delapan menuju ke batang otak dengan menggunakan elektroda permukaan Olusanya 2010. Pemeriksaan dilakukan dengan pemberian 2000 pulse stimulus klik rerata 37,7 kali perdetik dan intensitas 35 dBHL melalui probe telinga bilateral. Level intensitas yang digunakan adalah 35 dB dan 40 dB. Penilaian: Pass: bila terbentuk gelombang V ambang dengar pada 35 dB dengan masa latensi 7,98-8,53 ms.. Refer: bila ambang dengar 35 dB dengan masa latensi 7,98-8,53 ms. Pada penelitian ini BBLR pass dan refer dikelompokkan sebagai: Pass: bila hasil ABR pass pada kedua telinga Refer: bila hasil ABR refer pada satu atau kedua telinga

3.6. Alat dan Bahan Penelitian

a. Catatan medik penderita termasuk kuesioner b. Formulir persetujuan penelitian c. Lampu kepala merek Riester. Universitas Sumatera Utara d. Spekulum telinga merk Hartmann. e. Otoskop merek Riester. f. Pemeriksaan DPOAEs dan ABR menggunakan alat Integrity V500 nomor serial IP0896 dan Vivolink nomor serial VK0628 tahun 2011. g. Sound level meter merk Lutron serial SL-4001 dan telah dikalibrasi h. Pengait serumen i. Kapas aplikator atau Cotton bud.

3.7. Langkah-langkah Pemeriksaan:

a. Orang tua bayi terlebih dahulu mengisi kuesioner yang telah disediakan. b. Dilakukan pengukuran bising lingkungan dengan alat Sound Level Meter, kondisi lingkungan harus senyap. c. Pemeriksaan otoskopi untuk mengetahui keadaan liang telinga dan membran timpani. Bila terdapat serumen atau verniks caseosa dibersihkan dengan cotton bud atau kapas. d. Kulit bayi dibersihkan dengan alkohol 70 atau abrasive gel pada tempat untuk menempelkan elektrodaamplitrode di kedua mastoid, vertex atau dahi bagian atas dan dahi bagian bawah atau di antara alis mata. e. Memeriksa impedance terlebih dahulu untuk memperkecil artefak. Nilai impedance yang baik sekitar 3 – 5 kOhm. Bila impedance masih tinggi, kulit harus dibersihkan kembali dan penempatan elektroda diperbaiki. Disamping itu harus memperhatikan noise baik internal maupun eksternal. f. Dilakukan pemeriksaan DPOAEs terlebih dahulu dengan alat Integrity V500 nomor serial IP0896 dan Vivolink nomor serial VK0628 pada kedua telinga dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi liang telinga bersih, fungsi telinga tengah Universitas Sumatera Utara baik. Probe dipasang di liang telinga kanan dengan posisi menuju membran timpani, probe jangan membentur liang telinga. Lalu dilakukan pemeriksaan DPOAEs dengan durasi efektif maksimum 12 detik per frekuensi. Masing-masing telinga diperiksa bergantian, sehingga didapatkan hasil pass atau refer. Kriteria untuk menyatakan hasil DPOAEs pass adalah SNR signal to noise ratio ≥6 dB, frekuensi yang menentukan adalah 3 frekuensi yaitu 2000 Hz, 3000 Hz dan 4000 Hz dan refer bila SNR signal to noise ratio 6 dB pada 3 frekuensi yaitu 2000 Hz, 3000 Hz dan 4000 Hz. g. Kemudian dilakukan pengukuran ABR tanpa sedasi dengan 2000 pulse stimulus click 37,7 kali perdetik dan intensitas 35 dBHL melalui probe telinga bilateral. Level intensitas yang digunakan adalah 35 dB dan 40 dB. Masing-masing telinga diperiksa bergantian, sehingga didapatkan hasil pass atau refer. Kriteria untuk menyatakan hasil ABR pass adalah bila terbentuk gelombang V ambang dengar pada 35 dB dengan masa latensi 7,98-8,53 ms dan refer bila ambang dengar 35 dB dengan masa latensi 7,98- 8,53 ms.

3.8. Teknik Pengumpulan Data