300
Karakter gerak putra dibedakan menjadi dua, diantaranya putra gagah dan putra alus. Postur tubuh tinggi besar, pendek kecil, gemuk, kurus, karakter keras,
lembut dan sebagainya. Hadi 2007 : 51 – 53.
1.4.7 Tata Teknik Pentas Tari Topeng Klana Prawirosekti
Tari Topeng Klana Prawirosekti memiliki tata teknik pentas, diantaranya tata rias dan busana, tata cahaya, properti dan atau perlengkapan tari
1.4.7.1 Tata Rias Dan Busana Tari Topeng Klana Prawirosekti
Tata Rias Dan Busana Tari Topeng Klana Prawirosekti sangat lengkap dan glamour, tetapi tidak mengganggu teknik gerak penarinya, justru mendukung
sajian tarinya sehingga menjadi estetis, karena sesuai dengan karakter penokohannya, yaitu seorang raja sabrang yang gagah, kasar, dan brangasan.
Tata riasnya menggunakan Topeng kayu yang sudah berkarakter gagah atau sabrang, dan dipakai penarinya mulai awal menari sampai akhir dengan
menggunakan tali. Topengnya berwarna hijau dinding ijo tembok, bentuk mata bulat thelengan, bibirnya berwarna merah darah yang terkatup erat nggreget
dengan bentuk jambe sigar setangkep, bentuk alis kadal melet keratin, bentuk hidung wali miring mancung seperti manusia, bentuk kumis kepelan yang
terbuat dari rambut, bentuk janggut gembola keratan. Mata
thelengan bulat untuk Topeng yang berwatak gagahan seperti klamas raksasa. Rihadi 1986 : 34
Mata thelengan bulat untuk Topeng putra gagah, seperti : Klana, Patih,
dan Raksasa. Bentuk alis kadal melet yang melengkung seperti kadal yang sedang mengeluarkan lidah, untuk Topeng yang berwatak gagahan, seperti Topeng Patih,
301
Klana, dan Raksasa. Bentuk bibir jambe sigar setangkep yaitu kedua bibir terkatup erat nggreget untuk Topeng putra gagah. Bentuk hidung mancung wali
miring mirip hidung manusia untuk Topeng gagahan. Bentuk janggut gembala untuk Topeng gagahan seperti Topeng Klana dan patih.. Tri Rahayu 1996 : 27 –
31. Mulut terkatup erat nggreget menggambarkan kegagahan. Rihadi 1986 :
34. Bentuk
kumis kepelan yang terbuat dari rambut yang tebal dan panjang,
untuk Topeng Klana Raja sebrang. Murgiyanto dan Munardi 1979 1980 : 97. Busananya terbuat dari kain bludru merah yang dibordir dengan manik
manik borci yang berwarna kuning, kain sifon merah yang diberi gombyok manik – manik borci yang berwarna kuning dan merah, kulit yang bercat merah,
hijau, kuning, biru, putih, dan hitam, benang berwarna merah dan putih, ragam busana tersebut terdiri dari beberapa macam bagian, diantaranya celana panjen
yang panjangnya di bawah lutut, rapek besar dan kecil yang dipasang pada bagian belakang dan depan dari pinggang sampai di atas lutut, pedhang – pedhangan
yang menutup samping kanan dan kiri, sabuk sebagai ikat pinggang yang dipasang setelah stagen, kace sebagai penutup leher, pols deker yang dipasang
pada pergelangan tangan, klat bahu yang dipasang pada lengan atas, badong yang dipasang pada punggung sebagai sayap kebesaran, sampur yang dipasang pada
bahu pundhak, genta gongseng yang dipasang pada pergelangan kaki kanan, keris yang dipasang pada pinggang kanan belakang, mahkota topong yang
302
dipakai pada kepala, sumping yang dipasang pada topong di atas telinga, dan koncer yang dipasang pada sumping di depan telinga.
Tata rias dan busana merupakan kelengkapan pertunjukan tari sehingga menjadi estetis, demi keutuhan pertunjukan tari jangan sampai mengganggu
teknik gerakan tari,dan harus mempertimbangkan karakter penokohannya, seperti karakter putra, raja, kasar dan sebagainya.Hadi 2007 : 80
1.4.7.2 Tata Cahaya Tari Topeng Klana Prawirosekti