21
f. Dongeng mengandung pesan yang bermakna sehingga dapat mendidik
anak-anak karena dongeng mengandung nasihat, dan didikan. Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang
berkembang dan hidup di kalangan masyarakat secara turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Karakteristik cerita rakyat; a bersifat lisan, b
bentuk dan isinya bersifat statis, c bersifat anonim, d mencerminkan aturan-aturan hidup, e bersifat komunal, f bersifat istana sentries.
Ciri khas dongeng adalah dongeng biasanya diceritakan dengan aliran sederhana. Menulis cerita dongeng ditulis dalam singkat dan bergerak cepat.
Ketika menceritakan atau menulis karakter dongeng biasanya ditulis sebagai gaya bercerita lisan. Serta pengenalan dalam cerita sangat singkat dan
langsung ke topik yang ingin memberitahukan. Dongeng biasanya di bagi dalam tiga kelompok yaitu dongeng yang tokohnya binatang fabel dongeng
biasa yang tokohnya adalah manuisa dan dongeng jenaka atau lelucon yang ceritanya penuh kejenakaan. Ciri khas dongeng adalah mengandung unsur
didaktik atau pelajaran moral yang dapat dipahami pembaca. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
dongeng pada umumnya berupa cerita rakyat yang mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal mula suatu tempat.
22
C. Kajian tentang Menulis Dongeng
1. Kemampuan menulis
Setiap individu yang hidup tentu mmiliki kemampuan yang bervariasi. Kemampuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kecerdasan,
kekuatan , kecakapan, dan keterampilan. Tanpa ada faktor-kator tersebut maka seorang tidak dapat melalkukannya dengan baik. kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi
seperti halnya berbicara. Namun, dalam prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi lisan. Dengan demikian, kegiatan
menulis menuntut kecakapan dan kemahiran dalam mengatur menggunakan bahasa, bekerja dengan langkah-langkah terorganisir, gagasan secara sistematis
dan mengungkapakan secara tersurat. Menulis adalah rangkaian seseorang mengungkapakan buah pikirannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat
pembaca untuk dipahami. Dewi Kusumaningsi,dkk. 2013: 65 menyatakan bahwa Kemampuan
menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang
dikehendaki. Sedangkan HG Tarigan 2013: 19 menyatakan bahwa menulis sebagai suatu cara berkomunkasi secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan
23
berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya, maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik reflex yang sederhana dan bunyi-bunyi yang
tidak berupa bahasa. Akan tetapi hanya manusia sajalah yang mengembangkan bahasa. Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media yaitu visual, oral atau
lisan, dan tulis. menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan , perasaan, dan pikirannya ke dalam bahasa
tulis secara jelas dan runtut untuk dapat dipahami dan dikomunikasikan kepada orang lain. Menulis seharusnya merupakan aktivitas yang melibatkan seluruh
belahan otak secara bervariasi. Dan belahan otak kanan harus di beri peran yang maksimal. Zainurrahman 2013: 8 mengemukakan bahwa kemampuan menulis
menggunakan feedback umpan balik. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya sesuai dengan kondisi yang diharapkan. kemampuan
menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide atau pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bentuk bahasa tulis yang jelas, atau
kemampuan seseorang dalam suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
mengunakan tulisan.. 2. Kemampuan Menulis Dongeng
Menulis dapat berdasarkan pengalaman, pengamatan dan dikembangkan dengan imajinasi, serta dilakukan secara terus menerus. M. Thobroni 2008: 24-
25 mengemukakan bahwa dalam menulis dongeng harus memulainya dengan