HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.

(1)

i

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN

KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Tak ada pengetahuan dan keterampilan yang instan ,

Ora Et Labora”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis pesembahkan kepada: 1. Yesus Kristus sumber pemberi hikmat bagiku.

2. Papa dan Mamaku tersayang yang tiada henti mengirimkan doa. 3. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SDN JARAKAN KECAMATAN

SEWON KABUPATEN BANTUL

Oleh Yublina Kuanaben NIM 11108249028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang berjumlah 91 siswa. Jumlah sampel diambil secara random sebanyak 50 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana, sebelumnya dilakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

Hasil penelitian menunjukan deskripsi data dari masing-masing variabel sebagai berikut. Variabel minat membaca skor terendah 79, skor tertinggi 129, mean 100,86, median 103,00, mode 99, standar deviasi 11,221 dan varian 125,911. Sedangkan deskripsi data variabel kemampuan menulis karangan adalah skor terendah 67, skor tertinggi 90, mean 76,24, median 77,0, mode 80, standar deviasi 5,520 dan varian 30,470. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan menulis karangan dengan sumbangan sebesar 9,9%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi, motivasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. selaku rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi penulis.

2. Dr. Haryanto M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajaran atas pengorbanan dan kasih sayang selama studi kami sebagai mahasiswa PPGT.

3. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Hidayati, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan judul karya ini.


(9)

ix

5. Suparman, S.Pd.Jas selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Jarakan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Bapak, Ibu Dosen PGSD dan jurusan lain yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran. 7. Ibu Mujinem dan Bapak Sujati, atas bimbingan dan perhatian selama ini.

8. Bapak Suparlan, dan Ibu Siti Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama mendampingi kami di asrama.

9. Seluruh karyawan FIP yang selalu memudahkan segala urusan selama perkuliahan.

10. Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 11. Papa Aleks dan Mama Asnat, cinta pertama dan pahlawanku yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan perjuangan tiada henti demi kebahagiaanku dengan tulus ikhlas.

12. Ketiga adikku Rita, Yarid, dan Gabriel, terima kasih telah membuat hidup kakak menjadi lebih berarti.

13. K Ime, Susi Maris, K Oskar, Susi Vera, K Ayub, Susi Elis, Om Yan, Susi Novi,

Tante Yane, Ti’i Filmon, Ti’i Aris, Ba’i Usias satu-satunya kakek yang masih ada, dan semua saudara yang telah mendukungku selama studi, GBU all.

14. Oktovianus Toleu, semua darimu sangat berarti, apapun itu terima kasih.

15. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011 yang memberi warna


(10)

(11)

xi

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Masalah ... 10

F. Manfaat Masalah ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Minat Membaca ... 12

1. Pengertian Minat Membaca ... 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca ... 14

3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca ... 17


(12)

xii

1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan ... 22

2. Karakteristik Karangan ... 24

3. Macam-macam Karangan ... 26

4. Teknik Menulis Karangan... 28

5. Penilaian Karangan ... 31

C. Tujuan dan Manfaat Menulis ... 32

1. Tujuan Menulis ... 32

2. Manfaat Menulis... 34

D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan .... 36

E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 38

F. Kerangka Pikir ... 40

G. Paradigma Penelitian ... 41

H. Hipotesis ... 42

I. Definisi Operasional Variabel... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50

H. Metode Analisis Data ... 55

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

B. Deskripsi Data ... 60


(13)

xiii

2. Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 65

1. Uji Normalitas ... 65

2. Uji Linearitas ... 66

D. Uji Hipotesis ... 67

E. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74

D. Keterbatasan ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon ... 46

Tabel 2. Kisi-kisi Minat Membaca ... 49

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban ... 50

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Minat Membaca ... 52

Tabel 5. Tabel Interpretasi Nilai r... 54

Tabel 6. Jumlah Kelas SDN Jarakan ... 59

Tabel 7. Deskripsi Data Variabel Minat Membaca ... 61

Tabel 8. Distribusi Data Variabel Minat Membaca ... 62

Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 63

Tabel 10. Distribusi Data Variabel Kemampuan Menulis Karangan ... 64

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas ... 67


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Paradigma Penelitian ... 42 Gambar 2. Diagram Batang Distribusi Data Minat Membaca ... 63 Gambar 3. Diagram Batang Distribusi Data Kemampuan Menulis Karangan ... 65


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Angket Minat Membaca ... 79

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 83

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 84

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Minat Membaca ... 86

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Karangan 87 Lampiran 6. Distribusi Data ... 89

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas ... 90

Lampiran 8. Hasil Uji Linearitas ... 91

Lampiran 9. Kategori Minat Membaca Siswa ... 92

Lampiran 10. Kategori Kemampuan Menulis Karangan ... 94

Lampiran 11. Hasil Uji Hipotesis ... 96

Lampiran 12. Persamaan Garis Regresi ... 100

Lampiran 13. Dokumentasi saat Penelitian ... 101


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran penting dalam pendidikan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif antarmanusia karena melalui bahasa setiap orang dapat mengekspresikan ide, gagasan, atau buah pikiran agar dapat dipahami orang lain baik melalui bahasa tulis atau dapat melalui bahasa lisan. Seseorang dapat memahami dan mengetahui hal-hal yang terjadi di dunia dan lingkungan sekitar melalui bahasa. Bahasa sangat besar manfaatnya, karena dalam kehidupan segala sesuatu dikomunikasikan melalui bahasa.

Di Indonesia, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu berbagai macam suku di Nusantara karena pada umumnya setiap suku memiliki bahasa ibu. Oleh karena itu, penting Bahasa Indonesia dipelajari sehingga kurikulum memberikan amanat agar pembelajaran bahasa Indonesia diselenggarakan secara lebih bermakna diberbagai jenjang pendidikan termasuk di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat strategis mengingat tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembangannya. Kemampuan dalam Bahasa Indonesia meliputi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Sehubungan


(18)

2

dengan itu, guru dan siswa harus memiliki komunikasi dan kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai yakni ketercapaian empat kompetensi dalam Bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dapat tercapai jika setiap proses pembelajaran berbahasa lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.

Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Siswa juga dapat memperluas wawasannya melalui membaca. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam membelajarkan kompetensi membaca ini karena manfaatnya yang besar bagi siswa. Membaca merupakan suatu keterampilan yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis (HG. Tarigan, 2008: 7).

Membaca diketahui memiliki banyak manfaat bagi siswa. Oleh karena itu, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat membaca siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Agus Priyadi (2014) mengemukakan bahwa kurangnya minat membaca di Indonesia ditunjukkan hasil survei berkala di 40 negara oleh organisasi kerja sama dan pengembangan ekonomi


(19)

3

(OECD) yang mengambil sampel pelajar berusia 15 tahun. Indonesia berada di posisi kedua terbawah bersama Tunisia.

Fenomena tersebut merupakan masalah besar bagi semua pihak, baik pemerintah, guru, orang tua siswa maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Masalah ini menjadi tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena rendahnya minat membaca dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa. Rendahnya minat membaca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca menjadi rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca menjadi rendah. Masalah budaya membaca timbul karena minat membaca masyarakat Indonesia yang masih rendah. Inilah kenyataan yang sedang terjadi pada masyarakat Indonesia sekarang ini.

Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis, padahal menulis sangat penting bagi siswa karena melalui menulis siswa dapat dilatih untuk berpikir lebih mudah. Selain itu, menulis merupakan alat yang kuat untuk belajar di setiap mata pelajaran tidak hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia (Barbara Allman & Sara Freeman, 2010: 64). Oleh karena itu, minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih kecil, sebab minat membaca pada anak tidak dapat terbentuk dengan sendirinya tetapi minat membaca pada anak terutama pada anak sekolah dasar dapat terbentuk melalui suatu proses atau pembiasaan.


(20)

4

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid & Sunendar Dadang, 2013: 248). Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan/karangan yang runtut. Burhan Nurgiantoro (2013: 425) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas aktif, produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas menghasilkan bahasa artinya menulis merupakan aktivitas yang tidak bisa didapati secara spontan dan alamiah tetapi melalui proses latihan secara berkala dan terus-menerus.

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan landasan untuk persiapan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Latihan menulis secara bertahap diharapkan siswa dapat membangun keterampilan menulis agar lebih meningkat lagi. Di sekolah dasar materi mengarang merupakan suatu bentuk keterampilan yang bermanfaat untuk mengekspresikan diri melalui bahasa tulis. Akan tetapi pengajaran Bahasa Indonesia sekarang ini kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan anak. Hal ini dapat berpengaruh pada keterampilan mengarang siswa dan


(21)

5

minat membaca yang dimiliki setiap anak juga berpengaruh terhadap penguasaan kosakata siswa. Semakin tinggi minat membaca siswa akan semakin mudah untuk mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan karena membaca dan menulis saling mempengaruhi. Haryadi & Zamzami (1996/1997: 75) mengemukakan bahwa membaca dan menulis sebagai aktivitas komunikasi ibarat mata uang logam yang sisinya saling melengkapi. Pendapat ini dikuatkan juga oleh White dalam Haryadi & Zamzami (1996/1997: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca, keduanya harus dilaksanakan secara seimbang.

Akan tetapi, sampai saat ini penguasaan kemampuan menulis untuk lulusan sekolah dasar masih jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya kemampuan lulusan sekolah dasar dalam hal menulis terus dikumandangkan. Berbagai penelitian mendukung keluhan tersebut. Upaya demi upaya telah dirancang, dan dilaksanakan untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah peningkatan efektifitas pengajaran berbasis keterampilan seperti yang dikembangkan pada kurikulum 2013, siswa dituntut memiliki keterampilan berbicara, membaca, dan menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Badudu dalam Haryadi & Zamzami (1996/1997: 75)


(22)

6

berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.

Mengarang yang seharusnya terus dikembangkan bagi siswa sejak dini dengan tujuan membiasakan siswa menulis masih sering dianaktirikan di sekolah-sekolah dengan alasan mengarang membutuhkan waktu yang lama, sedangkan masih banyak yang harus diajarkan guru kepada siswa selain mengarang. Jadi, kegiatan mengarang yang dilakukan siswa di sekolah hanya untuk memenuhi tugas yang diberikan guru bukan untuk membiasakan anak menulis. Padahal menulis merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari segala aktivitas yang dilakukan siswa saat belajar.

Orang tua pun memiliki peran penting dalam membiasakan anak membaca dan menulis karena waktu anak lebih banyak bersama orang tua dibanding bersama guru di sekolah. Orang tua dapat memberi dukungan dengan cara menyediakan buku-buku bacaan bagi anak serta menyediakan waktu khusus untuk mendampingi anak saat belajar. Akan tetapi, kenyataan berbeda jauh dari harapan, orang tua yang seharusnya meneruskan apa yang dibiasakan guru kepada anak saat di sekolah, tidak dilaksanakan lagi di rumah padahal kebiasaan membaca dan menulis harus dilakukan dengan terus-menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi. Anak dapat menjadikan membaca dan menulis menjadi kebiasaan jika dilakukan secara kontinu, pengulangan, dan disertai bimbingan


(23)

7

yang terarah. Keterlibatan orang tua diyakini dapat meningkatkan minat membaca anak. Daleh Schunk (2012: 632) mengemukakan bahwa keterlibatan orang tua merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengaturan diri anak, yang menjadi hal pokok dalam fungsi perkembangan kognitif. Dilanjutkan bahwa anak yang orang tuanya memberikan informasi metakognitif yang dapat dipahami menunjukkan pemantauan, partisipasi, dan metakognitif yang lebih besar di sekolah. Pendapat ini menunjukkan bahwa peran orang tua demi kesuksesan anak sangat dibutuhkan.

Mengarang merupakan salah satu kegiatan berpikir kritis, berpikir analisis, dan sekaligus merupakan gabungan padu antara memikirkan gagasan yang ditulis dan cara mengungkapkannya secara tepat lewat bahasa. Kegiatan mengarang ini adalah suatu kegiatan manusiawi yang sadar dan terarah, mempunyai mekanika yang harus diperhatikan agar karangan siswa berhasil.

Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi (1998: 88) mengemukakan bahwa

mengarang di kelas tinggi bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan objek terhadap lingkungan anak atau berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan. Peran guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu memberikan motivasi menulis karangan pada siswa dalam pembelajaran di kelas dan meningkatkan minat siswa untuk membaca.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama magang di SD Negeri Jarakan, dapat diketahui bahwa sebagian besar hasil karangan siswa masih termasuk kategori kurang, dan belum memenuhi nilai standar yang telah


(24)

8

ditentukan yaitu minimal siswa mendapat nilai 70. Menurut pendapat para guru kelas V ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan siswa khususnya menulis karangan di SDN Jarakan. Faktor-faktor tersebut adalah (1) kurang minat siswa untuk membaca buku, (2) kurangnya kemampuan siswa untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya dalam sebuah tulisan karangan, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kata-kata, (4) waktu yang disediakan hanya semata-mata untuk memenuhi tugas dari guru, (5) pemanfaatan potensi kata kurang, (6) siswa hanya ingin membaca buku yang disukainya, (7) guru belum menerapkan membaca menjadi suatu aktivitas rutin, (8) guru belum mengembangkan kemampuan menulis siswa. Fakta tersebut berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru-guru kelas V di SDN Jarakan pada Senin, 03 November 2014 dan juga berdasarkan data dari perpustakaan yang mencatat jumlah pengunjung perpustakaan kurang lebih hanya 20 siswa dalam sehari.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti menduga penyebab utama dari rendahnya keterampilan menulis siswa adalah kurangnya minat membaca siswa. Untuk membuktikan dugaan tersebut, maka diadakan

penelitian dengan judul “Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan

Menulis Karangan pada Siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon


(25)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan masih rendah.

2. Pengajaran bahasa kurang merangsang tumbuhnya kreativitas kebahasaan siswa.

3. Rendahnya kemampuan menulis siswa. 4. Kurangnya dukungan dari orang tua siswa.

C. Batasan Masalah

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, perlu adanya pembatasan masalah dengan harapan semua pembahasan dapat mencapai sasaran sesuai dengan tenaga, dana dan kemampuan peniliti yang

terbatas. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada “Minat

membaca siswa masih rendah dan rendahnya kemampuan menulis siswa kelas

V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah

di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon


(26)

10

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan minat membaca siswa dengan kemampuan menulis. Lebih lanjut hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang berbasis pada hubungan minat membaca siswa dengan kemampuan menulis.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan minat membaca dan kemampuan menulis kepada siswa.

b. Bagi guru, penelitian ini memberikan masukan dan pengalaman langsung untuk dapat meningkatkan minat membaca siswa.

c. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi sasaran untuk memenuhi tugas akhir sekaligus menambah bekal untuk profesi guru kelak.


(27)

11

d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman siswa tentang minat membaca mereka terhadap keterampilan menulis sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi menulis karangan. e. Bagi orang tua, penelitian ini bermanfaat untuk menambah

pemahaman orang tua akan pentingnya dukungan mereka terhadap pendidikan anaknya.


(28)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Minat Membaca 1. Pengertian Minat Membaca

Minat merupakan satu faktor yang cukup penting mempengaruhi kemampuan membaca. Yudrik Jahja (2011: 63) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat dapat berupa perhatian atau ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap orang. Pada pembahasan ini minat akan dikaitkan dengan membaca .

Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Gusti Ngurah Oka (1983: 17) mengemukakan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak suatu bacaan. Informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh melalui kegiatan membaca. Bob Harjanto (2011: 8) mengemukakan bahwa membaca merupakan pintu menuju kekayaan ilmu dan imajinasi. Inilah motivasi pokok yang dapat mendorong tumbuhnya minat membaca.


(29)

13

Dalman (2013: 142) mengemukakan bahwa minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dalam rangka membangun pola komunikasi diri sendiri untuk menemukan makna tulisan dan menemukan informasi untuk mengembangkan intelektualitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan perasaan senang yang timbul dari dalam dirinya.

Minat membaca yang dimiliki dapat menjadi modal untuk membangun budaya belajar anak. Anna Yulia (2005: 2) mengemukakan bahwa minat membaca adalah fondasi terbentuknya lifelong learner atau pembelajaran sepanjang hayat. Oleh karena itu, memiliki minat membaca sejak dini sangat dibutuhkan. Ketiadaan minat dapat menimbulkan ketidakmampuan membaca, ketidakmampuan membaca dapat menimbulkan ketiadaan minat membaca, Harjasujana dalam Iskandarwassid dan Sunendar, (2013: 113).

Murtiningsih (2008: 26) dalam Majalah Ilmu Pendidikan FIP UNY mengemukakan bahwa minat baca pada anak adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa minat membaca memiliki beberapa aspek diantaranya: kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak.


(30)

14

Minat membaca merupakan dasar terbentuknya kebiasaan membaca. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 116) mengemukakan bahwa kebiasaan adalah perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh spontanitas, berulang-ulang, dan disertai dengan dorongan atau minat. Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat membaca perlu ditanamkan dan dibiasakan pada anak sejak dini sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya tetapi melalui proses.

Hurlock (1980: 167) mengemukakan bahwa minat yang terbentuk dalam masa kanak-kanak seringkali menjadi minat seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan. Dijelaskan bahwa anak cenderung mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca merupakan aktivitas membaca yang dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa ada yang menyuruh, dan memiliki ciri khas diantaranya perhatian, kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, ketersediaan bahan bacaan serta dilakukan dengan penuh ketekunan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca

Bunata dalam Dalman (2013: 142-143) mengemukakan bahwa minat membaca sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor lingkungan


(31)

15

keluarga, faktor kurikulum, faktor infrastruktur masyarakat, serta faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.

a. Faktor lingkungan keluarga

Minat membaca sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. Di tengah kesibukan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk menemani anaknya untuk membaca buku dan orang tua diharapkan mampu menjadi teladan dalam meningkatkan minat baca anak, anak sering meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua memiliki kebiasaan membaca, tentunya anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak akan merasa senang jika orang tua selalu ada bersama mereka, karena pada umumnya anak masih membutuhkan bimbingan orang dewasa agar terbentuk suatu kebiasaan baik.

b. Faktor kurikulum

Tujuan pendidikan di Indonesia semakin jelas dalam mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya sumber daya manusia yang kompetitif tetapi kurikulum yang tidak tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian membuat anak hanya mau membaca bagian yang akan diuji saat ujian. Kepala sekolah, guru-guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa dalam hal membaca buku, waktu-waktu kosong sebaiknya diisi dengan membaca buku. Perpustakaan di sekolah sebaiknya dikelolah dengan baik agar buku-buku yang tersedia dapat dimanfaatkan siswa dengan baik. Proses


(32)

16

pembelajaran pun harus dapat mengarahkan siswa untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya.

c. Faktor infastruktur masyarakat

Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang menghabiskan uang untuk hal lain dibanding membeli buku ke toko buku, ataupun ke perpustakaan, misalnya lebih memilih rekreasi di tempat-tempat ramai, berbelanja di mall, membeli barang elektronik yang trend. Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat juga di tempat-tempat umum misalnya terminal bis, stasiun kereta api lebih banyak orang memilih menunggu kendaraan tanpa aktivitas atau lebih memilih bermain games di handphone

dibanding membaca buku.

d. Faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.

Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah dijangkau masyarakat. Dilihat dari kenyataan sebenarnya pemerintah sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang minat membaca. Contoh: di Yogyakarta telah tersedia perpustakaan wilayah, setiap universitas dilengkapi perpustakaan, dan lembaga pendidikan yang lainnya juga dilengkapi dengan perpustakaan. Akan tetapi, fasilitas yang ada belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat pada umumnya.


(33)

17

Bob Harjanto (2011: 70-79) mengemukakan bahwa keempat faktor tersebut dapat menghambat dan mendukung minat membaca tergantung cara pandang dari setiap pihak tentang membaca. Hal ini karena kurangnya kesadaran bahwa sesungguhnya membaca merupakan jendela dunia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca pada siswa dapat meningkat jika semua pihak berperan aktif baik orang tua, guru, pemerintah maupun masyarakat pada umumnya karena pada dasarnya siswa sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa.

3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca

Peningkatan minat membaca mau tidak mau kini sudah sangat diperlukan. HG.Tarigan (2008: 106-107) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan minta membaca, perlu sekali pembaca berusaha.

a. Menyediakan waktu untuk membaca

Waktu adalah emas, perkataan ini yang sering menjadi ungkapan orang untuk menghargai waktu mereka dengan berbagai macam kesibukan. Membaca merupakan usaha yang paling efisien untuk mengetahui segala kejadian penting di dunia modern. Oleh karena itu, 15-30 menit dalam sehari harusnya digunakan untuk membaca. Dikatakan bahwa orang yang tidak ingin maju sajalah yang tidak menyediakan waktu untuk membaca dalam hidupnya apalagi seorang siswa dan guru. Bagi siswa sekolah dasar upaya ini tidak mudah dilakukan, peran aktif orang


(34)

18

dewasa sangat dibutuhkan agar dapat terbentuk kebiasaan menyediakn waktu tersendiri untuk membaca dengan teratur.

b. Memilih bahan bacaan yang baik

Memilih bahan bacaan hendaknya diperhatikan saat ingin membaca karena bahan bacaan yang tidak diinginkan akan menghilangkan minat membaca juga. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi siswa dan guru, kedua pihak ini harus membaca berbagai sumber bacaan. Akan tetapi, bagi siswa sekolah dasar sebaiknya bacaan yang disediakan disesuaikan dengan keinginan dan perkembangan siswa seperti yang diungkapkan oleh Jos Daniel (1996:136-138) bahwa pemilihan bahan bacaan bagi siswa perlu memperhatikan: kebermaknaan dan kemenarikkan teks bacaan; isi budaya dalam bacaan dan derajat kesulitan teks sesuai dengan jenjang pengetahuan kebahasaan siswa.

Upaya lain menurut Hasyim dalam Dalman (2013: 144) adalah tiap keluarga perlu memiliki perpustakaan keluarga, sedangkan di tingkat sekolah diatasi dengan perbaikan perpustakaan di sekolah, civitas sekolah hendaknya mengubah mekanisme proses pembelajaran menuju membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat, dan mampu menjadi motivator agar siswa bergairah untuk membaca.

Bob Harjanto (2011: 42-68) mengemukakan beberapa tips untuk menumbuhkan minat baca pada anak antara lain:


(35)

19

1. membiasakan membacakan buku sejak anak dalam kandungan,sejak dalam kandungan anak sudah mampu mendengar suara ibu dan ayahnya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membacakan buku kepada anak, misalnya membacakan ayat-ayat dalam kitab suci;

2. membiasakan membacakan buku setelah anak lahir, seorang bayi mampu menerima informasi dengan cepat dan mudah, karena otak bayi dari 0 – 3 tahun bagaikan spons yang menyerap informasi apapun disekelilingnya. Sebaiknya situasi ini digunakan untuk membacakan buku-buku cerita kepada anak. Saat membacakan buku cerita kepada anak ada beberapa teknik yang diperlu diperhatikan agar anak merasa senang, menikmati dan gembira dengan dibacakan buku cerita. Teknik-teknik tersebut diantaranya melakukan persiapan, bercerita dengan semangat, modifikasilah cerita tersebut jika membosankan, mintalah anak menceritakan kembali. Membacakan buku kepada anak yang belum mampu membaca sendiri merupakan suatu cara dalam menanamkan minat membaca sejak dini pada anak;

3. jadilah model atau panutan, orang tua dan guru hendaknya menjadi model bagi anak karena pada dasarnya anak sering meniru kebiasaan orang di sekitarnya. Jika orang tua dan guru menunjukkan kecintaan pada buku dan aktivitas membaca, anak pasti akan meniru kebiasaan tersebut;

4. jadikan buku sebagai sumber informasi, rasa ingin tahu anak sangat tinggi. Anak sering mengajukan berbagai pertanyaan, misalnya dalam


(36)

20

mengerjakan tugas baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru maupun orang tua sebaiknya membantu anak menemukan jawaban atas pertanyaannya melalui membaca buku. Anak-anak usia sekolah perlu dibiasakan menjadikan buku sebagai sarana untuk menjawab ketidaktahuan mereka;

5. mengajak anak ke toko buku atau ke perpustakaan, waktu refresing atau waktu luang dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mengunjungi perpustakaan, pameran buku atau ke toko buku. Di sekolah juga dapat menerapkan hal ini, saat ada waktu luang anak dapat diarahkan ke perpustakaan, tetapi anak perlu dikontrol;

6. membeli buku yang sesuai dengan minat anak, orang tua terkadang bersifat memaksa dalam memilih buku bagi anak padahal memaksa selera pribadi anak justru dapat mengganggu dan menghambat minat membaca anak. Orang tua dituntut bijak dan mawas diri sebagai pendamping dan pembimbing dalam batas-batas tertentu;

7. mengatur keuangan dalam membeli buku, buku merupakan media terpenting bagi proses menjadikan anak pandai, berwawasan luas. Salah satu cara memiliki buku adalah dengan cara membeli. Oleh karena itu keuangan dalam keluarga sebaiknya disisihkan membeli buku untuk anak; 8. tukar buku dengan teman, dana terkadang menjadi kendala untuk membeli

buku. Orang tua dapat memberi pengertian kepada anak tentang cara membaca berbagai buku. Anak bisa diarahkan untuk saling menukar buku


(37)

21

dengan temannya dengan ketentuan menjaga kebersihan dan keutuhan buku tersebut;

9. beri hadiah yang memperbesar semangat membaca anak, anak-anak sangat bersemangat jika diberi penghargaan atau hadiah. Cara ini dapat digunakan untuk merangsang minat membaca anak. Jika anak mampu menyelesaikan pembacaan sebuah buku dan dapat menceritakan ulang, berikanlah kata-kata positif yang dapat membangun rasa percaya diri anak dalam membaca. Penghargaan tidak harus berupa barang tetapi dapat berupa pujian;

10.jadikan buku sebagai hadiah untuk anak, anak yang senang akan hadiah dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan minat membaca anak. Momen tertentu yang dialami misalnya naik kelas, jadikan buku sebagai hadiah yang dinanti-nantikan oleh anak setiap naik kelas;

11.membuat buku sendiri, guru dan orang tua dapat mencari cara tersendiri agar anak senang dengan buku. Anak bisa diajak membuat buku sendiri, misalnya membuat buku tentang sekolahku atau keluargaku, judul buku dapat disesuaikan dengan kemauan anak. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan kecintaan anak terhadap buku juga dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak serta diharapkan anak menyukai juga kegiatan menulis;

12.tempatkan buku pada tempat yang mudah dijangkau, tempat meletakkan buku juga mempengaruhi minat membaca anak. Oleh karena itu guru dan


(38)

22

orang tua sebaiknya menyadari hal ini. Buku diletakkan di tempat yang mudah dijangkau anak;

13.jadilah orang tua yang gemar bercerita, orang tua tentu memiliki hidup yang penuh pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dijadikan bahan cerita bagi anak tetapi cerita tersebut perlu dikemas sesuai bahasa anak agar anak dapat mencerna cerita tersebut. Cerita dapat berupa cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai karakter baik;

14.buatlah perpustakaan keluarga, perpustakaan dapat dibuat semampunya karena membuat perpustakaan membutuhkan dana.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat membaca pada siswa membutuhkan suatu proses yang panjang bahkan sejak anak masih dalam kandungan, masih balita sampai anak tersebut akan menjadi siswa di sekolah, orang tua dan guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan upaya meningkatkan minat membaca pada siswa.

B. Kajian tentang Kemampuan Menulis Karangan 1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan

Bahasa memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan itu harus dilaksanakan secara kontinu agar tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat tercapai dengan maksimal. Setiap


(39)

23

keterampilan bahasa membutuhkan proses dalam pelaksanaannya begitu pun dengan menulis.

HG Tarigan (2013: 22) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis menuntut adanya pengalaman, ketersediaan waktu, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus, serta praktek langsung termasuk menulis karangan. Mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis. Burhan Nurgiantoro (2013 : 423) mengemukakan bahwa karangan adalah suatu sistem komunikasi lambang visual, sedangkan menurut Dalman (2014: 86), mengarang adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Adapun pendapat lain menurut Marwato dalam Dewi Kusumaningsih, dkk (2013: 66) yang mengungkapkan bahwa mengarang adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan, dalam bentuk tulisan melalui


(40)

24

beberapa tahapan dan merupakan satu kesatuan tema yang utuh serta dapat dipahami oleh setiap pembaca.

2. Karakteristik Karangan

Pada dasarnya setiap pengarang mengharapkan respon baik dari para pembaca terhadap karangannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu menyajikan ide, gagasannya dengan baik, tertata dan menarik. Tulisan yang baik harus bersifat komunikatif. Andelstein & Pival (HG Tarigan, 2013: 6-7) mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik, sebagai berikut.

a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.

b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.

c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, pembaca tidak perlu bersusah-susah memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam sebuah tulisan. d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan,

menarik minat membaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-kata dan pengulangan hal-hal yang tidak perlu.

e. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya.

f. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskah yang dihasilkan. Penulis harus mampu mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan kepada para pembaca.

Widyamartaya (1994: 37-39) mengemukakan bahwa paragraf yang baik perlu menerapkan tiga asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan dan tiga asas yang berkenaan dengan tatanan dalam


(41)

25

menyampaikan gagasan. Asas-asas tersebut diantaranya: kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, koherensi, dan harkat atau kelengkapan, pengembangan yang memadai.

a. Kejelasan

Kejelasan berarti tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak nyata dan mudah dipahami oleh pembaca.

b. Keringkasan

Keringkasan tidak berarti bahwa karangan harus pendek atau singkat, melainkan karangan tidak berboros kata, tidak berlebihan dengan ungkapan, tidak mengulang butir ide yang sama, dan tidak bertele-tele dalam menyampaikan gagasan.

c. Ketepatan

Ketepatan berarti bahwa karangan dapat menyampaikan butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan mentaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman bahasa, dan sebagainya.

d. Kesatupaduan

Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran utama karangan. Segala gagasan yang disajikan harus berkaitan dan


(42)

26

relevan dengan gagasan pokok yang hendak dibingkiskan kepada pembaca.

e. Koherensi/berkaitan

Koherensi adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam tiap paragraf dan juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Tujuannya agar tidak ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya. f. Harkat

Harkat merupakan asas yang menghendaki agar karangan benar-benar berbobot, dan berisi. Asas harkat disebut juga asas pengembangan yang memadai, dalam Bahasa Inggris disebut adequate development.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik karangan yang baik meliputi ide yang disampaikan dalam karangan singkat, padat, jelas, dapat meyakinkan pembaca dan isi gagasan setiap kalimat saling berkaitan disertai penggunaan ejaan yang tepat.

3. Macam-macam Karangan

Sabarti Akhadiah, dkk (1991/1992: 127-135) mengemukakan bahwa karangan terdiri dari empat jenis yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.


(43)

27 a. Narasi (cerita)

Narasi atau cerita merupakan jenis karangan yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Karangan narasi terdiri dari dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sedangkan narasi sugestif adalah narasi yang berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman dan selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi.

b. Eksposisi (paparan)

Eksposisi merupakan karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan sesuatu yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang, penulisannya menggunakan gaya informatif.

c. Deskripsi (lukisan/gambaran)

Deskripsi pada hakikatnya merupakan usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata secara rinci suatu objek atau peristiwa sehingga pembaca dapat membayangkan dan merasakan objek atau peristiwa tersebut. Karangan deskripsi dapat dimulai dengan proses pengamatan terhadap objek yang akan dideskripsikan dan seluruh pancaindera dituntut aktif. d. Argumentasi (persuasi)

Argumentasi merupakan karangan yang berusaha membuktikan sesuatu dengan mengemukakan alasan-alasan yang meyakinkan, sehingga


(44)

28

penulis dituntut mampu menghubungkan fakta secara logis dengan argumennya.

4. Teknik Menulis Karangan

Byrne dalam Haryadi & Zamzami (1996/1997: 77) mengemukakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis membutuhkan latihan secara berkesinambungan agar ide yang dituliskan dapat disampaikan dengan tepat, dan dapat dipahami oleh pembaca. Menulis dapat dilakukan melalui beberapa tahap.

Sabarti Akhadiah, dkk (1992/ 1993 : 104) mengemukakan bahwa proses menulis dapat dilakukan melalui tiga tahap yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Sedangkan menurut Haryadi & Zamzami (1996/1997: 78- 81) proses penulisan terdiri atas lima tahap.

1. Pramenulis

Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan beberapa aktivitas seperti: menemukan ide, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan. Ide tulisan


(45)

29

bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Dalam menentukan judul karangan siswa dibimbing agar judul sesuai dengan tema yang ditentukan.

2. Menulis

Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk tulisan.Ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh. Dalam tahap menulis karangan siswa mulai menuliskan isi gagasan yang ingin disampaikan berdasarkan judul yang dipilih.

3. Mengedit

Tahap mengedit diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Pada tahap mengedit siswa dapat dilibatkan dengan cara saling menukarkan karangan dengan temannya kemudian saling mengoreksi dan guru perlu mengoreksi kembali apa yang dikoreksi siswa.

4. Merevisi

Merevisi berarti melakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan.Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur


(46)

30

karangan dan kebahasaan. Kegiatan merevisi dapat berdasarkan koreksian teman atau berdasarkan koreksian guru.

5. Mempublikasikan

Mempublikasikan dapat dilakukan melalui dua cara yakni.

Pertama, menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, dan Kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan. Secara sederhana, karangan siswa dapat dipublikasikan lewat papan tempel atau mading kelas. Pemajangan hasil karya siswa dapat berfungsi sebagai penguatan dan dapat juga memacu semangat bersaing secara positif dalam diri siswa.

Publikasi karangan pada siswa dapat dengan cara membacakan kepada guru dan teman-teman lainnya, dapat juga dengan cara memajang pada papan pajangan kelas. Guru dapat membantu siswa untuk mempublikasikan hasil karangan siswa ke surat kabar.

Menulis karangan berarti mengungkapkan buah pikiran, perasaan, pengalaman, atau hasil pengamatan dalam bentuk tulisan dengan memperhatikan tahap-tahap penulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan akan membentuk paragraf. Selanjutnya paragraf-paragraf tersebut dirangkaikan menjadi sebuah karangan yang runtut. Jadi teknik yang tepat dalam karang-mengarang ialah mengungkapkan satuan-satuan ide yang telah dikembangkan terlebih dahulu ke dalam rangkaian


(47)

31

kalimat-kalimat. Mengarang pada siswa sekolah dasar dapat dilakukan berdasarkan pengalaman yang dialami, diamati, atau yang diinginkan

seperti yang disampaikan oleh Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi

(1998: 88) yang mengemukakan bahwa mengarang di kelas tinggi bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan objek terhadap lingkungan siswa atau berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan.

5. Penilaian Karangan

Dalam tes kemampuan menulis, agar siswa dapat memperlihatkan kemampuannya, maka perlu disiapkan tes yang baik dan penilaian pun perlu diperhatikan. Penilaian pada dasarnya adalah proses yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan dari sebuah proses pembelajaran. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 250) mengemukakan bahwa ada delapan kriteria penilaian karangan yaitu: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) komposisi, (4) kohesi dan koherensi, (5) gaya dan bentuk bahasa, (6) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, (7) kerapian tulisan dan kebersihan, dan (8) respon afektif pengajar terhadap karya tulis. Sedangkan menurut Burhan Nurgiantoro (2013: 440), aspek-aspek yang dinilai dalam sebuah karangan adalah isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, tata bahasa, gaya pilihan struktur dan kosakata, serta ejaan dan tata tulis.

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998/1999: 272)


(48)

32

per aspek. Penilaian holistik yang dimaksud berupa penilaian karangan yang dilakukan secara utuh, tanpa melihat bagian-bagiannya. Sedangkan penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai bagian-bagian karangan. Penilaian karangan siswa sebaiknya menggunakan pedoman khusus agar guru dapat mengidentifikasi kesulitan setiap siswa dalam menulis.

C. Tujuan, dan Manfaat Menulis 1. Tujuan Menulis

Menulis merupakan suatu proses mengkomunikasikan ide, penghayatan dan pengalaman dalam bentuk tulisan. Menulis memiliki tujuan

sebagai alat komunikasi tidak langsung. O’Malley dan Pieres dalam Rini

Kristiantari (TT: 101) mengemukakan bahwa tujuan menulis meliputi tujuan informatif, tujuan ekspresif, dan tujuan persuasif. Tujuan informatif digunakan untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi. Tujuan ekspresif digunakan jika ingin menulis cerita. Sedangkan tujuan persuasif digunakan seseorang ketika ingin mempengaruhi orang lain.

Peck & Schulz dalam HG Tarigan (2013 : 9), mengemukakan beberapa tujuan menulis yaitu:

a. membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis;

b. mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan;


(49)

33

c. mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis;

d. mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri siswa secara bebas.

Tujuan menulis dapat klasifikasikan menjadi tujuh tujuan, seperti yang dikemukakan oleh Hugo Hartig (HG Tarigan 2013: 25-27).

1. Assignment purpose (tujuan penugasan), penulis menulis karena ditugaskan bukan karena kemauan sendiri. Misalnya: siswa diberi tugas merangkum buku.

2. Altruistic purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan menyenangkan para pembaca atau bertujuan menghibur pembaca. Contoh: komik, buku cerita, novel.

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif), bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, dapat berupa ajakan. Misalnya: iklan yang ditulis di surat kabar untuk mempromosikan suatu produk.

4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca, contoh: berita di surat kabar.

5. Self-expressive (tujuan pernyataan diri), bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada para pembaca.


(50)

34

6. Creative purpose (tujuan kreatif), bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), bertujuan memberi pemecahan terhadap suatu masalah.

Pada dasarnya menulis harus memiliki tujuan, agar ide yang dituliskan dapat tertata dan menarik sehingga pembaca memiliki daya tarik untuk membaca tulisan yang ditulis. Tujuan tersebut dapat seperti: memberitahukan, meyakinkan, serta dapat menghibur pembaca. Pada siswa sekolah dasar tujuan menulis adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk membiasakan diri mengungkapkan ide, pengahayatan dan pengalaman dalam sebuah tulisan.

Selain tujuan, menulis juga memiliki fungsi. H. G Tarigan (2013: 22) mengemukakan bahwa fungsi utama dari tulisan adalah alat komunikasi tidak langsung. Melalui menulis siswa dilatih untuk berpikir kritis, memperdalam daya tanggap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Manfaat Menulis

Dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lain menulis memiliki kelebihan tersendiri karena menulis merupakan salah satu kegiatan yang spektakuler, dikatakan demikian karena menulis memiliki banyak manfaat yang diperoleh termasuk sebagai terapi diri untuk meraih kesuksesan. M. Thobroni (2008: 14-16) mengemukakan bahwa menulis bukanlah pekerjaan yang sia-sia tetapi menulis memiliki banyak manfaat bagi siapapun


(51)

35

yang mau melakukannya. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut.

1. Menulis merupakan salah satu cara untuk menjalahi atau memahami banyak hal. Melalui membaca seseorang dapat mengetahui berbagai hal, tetapi membaca saja sepertinya tidak cukup karena lambat laun akan terlupakan. Hal ini dapat diatasi dengan cara menulis, setiap pengetahuan yang dimiliki hendaknya dituliskan menjadi sebuah tulisan yang dapat dibaca kembali kapan pun.

2. Melalui menulis seseorang dapat memahami, menemukan arti hidup dan dapat mengenali dirinya. Pada saat menulis banyak ide, gagasan yang tumpang tindih dalam pikiran, di sinilah penulis akan berpikir dan terus berusaha mengembangakan pemahamannya dan kemampuan dirinya. 3. Menulis dapat merangsang seseorang untuk berpikir dan menemukan

jawaban atas persoalan yang dihadapi. Menulis dapat dikatakan sebagai penyelamat hidup. Seseorang dapat mengambil keputusan-keputusan yang buruk bagi dirinya ketika tidak sanggup menahan kesedihan maupun rasa kecewa yang dialami. Ketika mencoba menulis akanada kesadaran bahwa hal itu telah menyelamatkan hidupnya. Menulis membuka pikirannya bahwa membiarkan diri digeluti kesedihan bukanlah keputusan yang benar dalam menghadapi kesulitan yang melanda. Menulis juga membantu memahami luka hati dan membuat hidup menjadi lebih berarti. Artinya


(52)

36

dengan menulis seseorang aktif berpikir sehingga dapat menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.

4. Menulis merupakan terapi yang efektif guna membangun kepribadian yang stabil dan tenang karena melalui menulis kejiwaan seseorang menjadi semakin sehat dan positif.

5. Kegiatan menulis dapat mencukupi kebutuhan ekonomi. Orang yang menekuni aktivitas menulis dapat mendapatkan keuntungan secara finansial, misalnya para penulis novel mereka berhasil melahirkan karya yang berawal dari hobi menulis yang dimiliki. Nyatanya tidak sedikit dari mereka yang berhasil meraih keuntungan dari manfaat hobi ini hingga jutaan rupiah.

D. Hubungan Minat Membaca dengan Kemampuan Menulis Karangan

Menulis dengan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat pasif. Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Dalman (2014: 10) mengemukakan bahwa seseorang akan mampu menulis setelah membaca karya orang lain atau secara tidak langsung akan membaca karangannya sendiri. Sedangkan Suparno & Yunus dalam Dalman (2014: 10) mengemukakan bahwa ketika seseorang membaca karangan orang lain ia akan berperan seperti penulis, ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta mengorganisasikan bacaan dari karangan yang dibaca. Pendapat yang sama


(53)

37

dikemukakan juga oleh Sabarti Akdiah, dkk (1991/1992: 111) yang mengemukakan bahwa kemampuan menulis berkaitan erat dengan membaca, dijelaskan lebih lanjut bahwa penulis yang baik biasanya pembaca yang baik.

Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun temurun tetapi merupakan hasil belajar dan ketekunan berlatih yang menuntut pengalaman, membutuhkan waktu, kesempatan, keterampilan-keterampilan khusus, dan latihan teratur, serta terprogram, selain itu menulis membutuhkan berbagai referensi. Berbagai referensi dalam menulis dapat berupa pengamatan langsung dan dapat juga melalui membaca. Dalman (2013: 5) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca memiliki banyak tujuan dan manfaat terutama bagi kaum pelajar. Oleh karena itu, sebaiknya minat membaca dibiasakan kepada anak sejak dini. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Dalman, 2013: 141). Rendahnya minat membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis siswa. Semakin tinggi minat membaca siswa akan semakin mudah untuk mengungkapkan pikiran, perasaan melalui tulisan karena membaca dan menulis saling mempengaruhi seperti yang dipaparkan White dalam Haryadi & Zamzami (1996: 75) bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan


(54)

38

membaca tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan menulis atau mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.

E. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar pada umumnya berusia sekitar 6- 13 tahun.Yudrik Jahja (2011: 217) mengemukakan bahwa anak sekolah dasar dapat disebut juga akhir masa kanak-kanak. Masa akhir kanak-kanak disebut usia berkelompok karena anak berminat akan kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Menurut Iskandarwassid & Sunendar (2013:141), masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman. Pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berbagai pertanyaan sering dilontarkan kepada orang-orang terdekat.

Anak sekolah dasar pada kelas tinggi atau kelas IV – kelas VI memiliki umur yang berkisar antara 9-13 tahun. Syamsu Yusuf (2007: 25) mengemukakan beberapa sifat khas anak sekolah dasar pada kelas tinggi sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis dan konkret sehingga dapat menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis. Proses berpikir anak masih belum dapat dipisahkan dari dunia


(55)

39

konkret atau hal-hal yang faktual, dengan kata lain hal-hal yang dapat diamati secara langsung.

2. Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar. Anak secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar mereka. Anak terlihat ingin mengetahui dan belajar, terkadang mereka terus mengajukan berbagai pertanyaan sampai mereka mendapatkan jawaban yang memuaskan mereka.

3. Memiliki minat pada hal dan mata pelajaran khusus atau mulai menonjolkan bakat khusus. Anak menampakan ketertarikannya terhadap suatu hal, misalnya suka memainkan alat musik. Anak terus berusaha memainkan alat musik yang disukainya, dapat juga diekspresikan melalui menggambar. Gambar yang sering digambarkan anak pada umumnya tertuju pada hal-hal yang diminatinya.

4. Kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas. Selepas umur ini anak mengahadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. Anak selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginannya, mereka masih belum mandiri dan harus diperhatikan dan dibimbing.

5. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. Nilai selalu menjadi tolak ukur atas keberhasilan bagi anak, mereka akan merasa senang jika mendapatkan nilai yang tinggi dan terkadang mereka merasa sedih jika nilai mereka rendah. Anak


(56)

40

menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

6. Anak gemar membentuk kelompok bermain dan membuat peraturan sendiri. Hal ini karena anak senang bekerja dalam kelompok terutama bersama teman sebayanya. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar bertanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sportif (sehat), dapat juga belajar demokrasi, dan keadilan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya senang bermain, senang bergerak, senang merasakan sesuatu secara langsung, senang diperhatikan, dan senang meniru.

F. Kerangka Pikir

Membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan menulis merupakan keterampilan produktif. Membaca dan menulis memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Membaca merupakan dasar dari menulis, seseorang dapat menciptakan sebuah karangan yang baik jika dia rajin membaca. Kegiatan membaca sebenarnya merupakan kegiatan yang mudah dilakukan oleh setiap orang tapi banyak orang yang mengabaikan dan malas untuk membaca. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki keinginan membaca salah satunya adalah minat.

Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat berupa perhatian atau


(57)

41

ketertarikan berlebih yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sumber dari minat adalah dorongan dari dalam diri setiap orang. Dengan demikian minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas.

Siswa sekolah dasar pada umumnya memiliki minat pada hal dan mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, kesempatan ini dapat digunakan untuk menanamkan membaca menjadi salah satu hal yang diminati siswa. Dengan minat membaca siswa yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa. Kosakata yang cukup banyak dimiliki siswa diharapkan kemampuan menulis siswa juga meningkat. Dengan begitu diduga ada hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab dalam penelitian,


(58)

42

(Sugiono, 2007: 66). Ada dua variabel dalam penelitian ini, variabel-variabel tersebut adalah.

1. Variabel Bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah minat membaca (X).

2. Variabel Terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis karangan (Y).

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Keterangan:

X : minat membaca

Y : kemampuan menulis karangan

: hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Y X


(59)

43

I. Definisi Operasional Variabel 1. Minat Membaca

Minat membaca merupakan aktivitas membaca yang dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa ada yang menyuruh, dan memiliki ciri khas diantaranya perhatian, dorongan, ketertarikan, dan kemauan, serta dilakukan dengan penuh ketekunan yang diukur dengan angket.

2. Kemampuan Menulis karangan

Kemampuan menulis karangan dalam penelitian ini adalah nilai menulis karangan siswa yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki guru kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.


(60)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi.Trianto (2010: 201) mengemukakan bahwa penelitian korelasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan besar kecilnya hubungan antara kedua variabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Sukardi (2005: 53) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan demikian, penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul pada 30 Januari 2015. Kelas V di SDN Jarakan terdiri dari empat kelas yaitu kelas A, kelas B, kelas C, dan D. Penetapan tempat dalam penelitian ini dengan alasan kelas V belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian tentang hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis karangan.


(61)

45

C. Variabel Penelitian

Zainal Arifin (2011: 185) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah suatu fenomena yang bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Jadi variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja dan bervariasi.

Terdapat lima variabel dalam penelitian berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, berikut variabel-variabel tersebut. 1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (X).

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Y). 3. Variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

4. Variabel intervening merupakan variabel penyelah yang terletak diantara variabel independen dengan variabel dependen.

5. Variabel kontrol merupakan variabel yang mengendalikan agar hubungan variabel independen dengan variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, (Sugiono, 2007: 61).

Berdasarkan uraian di atas, maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut.


(62)

46 1. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sugiono (2007: 117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pengertian di atas maka populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang terdiri dari:

Tabel 1. Daftar kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

No Kelas Jumlah Siswa

1. A 24 siswa

2. B 21 siswa

3. C 23 siswa

4. D 23 siswa


(63)

47

2. Sampel

Sugiono (2007: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling. Random Sampling

adalah cara pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, Sugiono (2007: 120). Dapat disimpulkan bahwa random artinya seluruh subjek diperlakukan sama atau memiliki hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jadi dalam penelitian ini dari 91 siswa dalam populasi 50 siswa dipilih sebagai sampel penelitian secara acak.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data yang akurat, dan relevan tentang masalah yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi.

1. Angket atau kuesioner

Sugiono (2007: 199) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data tentang minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.


(64)

48 2. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya yang bersifat tertulis. Artinya dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara meneliti sumber tertulis yang sudah tersedia.

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis karangan dengan mengambil data hasil menulis karangan yang diperoleh siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah diperolehnya (Trianto, 2010: 263). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi.

1. Angket Minat Membaca

Angket digunakan untuk mengukur minat membaca siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Pernyataan dalam angket memakai Skala Likert dan dimodifikasi dengan empat pilihan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skala Likert


(65)

49

sekelompok orang tentang fenomena sosial, (Sugiono, 2007: 134). Instrumen ini dikembangkan berdasarkan teori-teori di Bab II. Kisi-kisi yang digunakan sebagai berikut.

Tabel. 2 Kisi-kisi Variabel Minat Membaca

No Aspek Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif 1. Kesenangan

membaca

1.Hobi membaca 1, 2 6 3

2.Suka membaca 3, 4, 5 7, 8 5

2.

Kesadaran akan manfaat

membaca

1.Tahu bahwa membaca bermanfaat

9, 10, 11

13, 14 5

2.Berpikir positif terhadap membaca

12 15 2

3. Frekuensi membaca

1.Ketersediaan waktu yang cukup untuk membaca

16, 17, 18

21 4

2.Frekuensi meminjam buku

20 1

3. Frekuensi membeli buku

19 1

4. Alasan membaca buku

22, 23 2

4. Perhatian

1.Tertarik dengan buku

24, 25 30 3

2.Senang

mendengarkan penjelasan guru

26, 27 2

3.Kesadaran

mengakses sumber bacaan

28, 29 31, 32 4

5. Ketekunan 1.Memiliki jadwal 33 39, 41 3

2.Senang menulis 34, 35 38 3

3.Suka bertanya 36 40 2

4.Suka bercerita 37 1


(66)

50

Sugiono (2007: 135) mengatakan bahwa jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Skor setiap alternatif pernyataan dalam angket sebagai berikut.

Tabel. 3 Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan (+) Skor Pernyataan (-)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Dokumentasi Kemampuan Menulis Karangan

Untuk mengukur kemampuan menulis karangan pada siswa (variabel Y) peneliti tidak mengadakan tes, sehingga untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul, peneliti hanya meminta daftar nilai kemampuan menulis karangan kepada setiap guru kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, sehingga dapat diketahui layak atau tidak instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini uji coba instrumen akan dilakukan dengan cara mengambil responden dalam populasi yang sama namun di luar sampel,


(67)

51

responden penelitian sebanyak 21 siswa. Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 14 Januari 2015. Hasil uji coba dihitung validitas dan reliabilitasnya. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel (Sugiono, 2007: 173).

1. Uji Validitas

Zainal Arifin (2011: 245) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Jadi uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrumen untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Rumus yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product moment.

rxy =

�∑ − ∑ (∑ )

√{�∑ 2 − ∑ )2 {�∑ 2( )2}

Riduwan & Sunarto (2014: 80) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

∑X = skor butir

∑Y = skor total

N = jumlah responden

∑X2


(68)

52

∑Y2

= jumlah skor kuadrat variabel Y

∑XY2

= jumlah skor kuadrat variabel XY

Nilai rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan nilai r tabel dengan

taraf signifikansi 5% untuk mengetahui butir-butir yang valid dan yang tidak valid. Apabila nilai rxy lebih besar dari r tabel, yaitu 0,361 maka

butir pernyataan dikatakan valid. Uji validitas dalam penelitian ini dihitung secara manual, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Minat Membaca Siswa

No r hitung r tabel Kriteria

1. 0,537 0,361 Valid

2. 0,657 0,361 Valid

3. 0,506 0,361 Valid

4. 0,373 0,361 Valid

5. -0,065 0,361 Tidak valid

6. 0,568 0,361 Valid

7. 0,362 0,361 Valid

8. 0,539 0,361 Valid

9. 0,457 0,361 Valid

10. 0,390 0,361 Valid

11. 0,455 0,361 Valid

12. 0,407 0,361 Valid

13. 0,731 0,361 Valid

14. 0,800 0,361 Valid

15. 0,053 0,361 Tidak valid

16. 0,317 0,361 Tidak valid

17. 0,627 0,361 Valid

18. 0,429 0,361 Valid

19. 0,613 0,361 Valid

20. 0,256 0,361 Tidak valid

21. 0,734 0,361 Valid


(69)

53

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil uji validitas 41 butir pernyataan diketahui jumlah pernyataan yang valid sebanyak 35 butir dan yang tidak valid sebanyak 6 butir. Butir pernyataan yang valid dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian lebih lanjut, sedangkan yang tidak valid dihilangkan. Dengan demikian 35 pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Zainal Arifin (2011: 248) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan, instrumen dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada

No r hitung r tabel Kriteria

23. 0,525 0,361 Valid

24. 0,581 0,361 Valid

25. 0,735 0,361 Valid

26. 0,412 0,361 Valid

27. 0,565 0,361 Valid

28. 0,493 0,361 Valid

29. 0,678 0,361 Valid

30. 0,469 0,361 Valid

31. 0,488 0,361 Valid

32. 0,583 0,361 Valid

33. 0,270 0,361 Tidak valid

34. 0,650 0,361 Valid

35. 0,738 0,361 Valid

36. 0,555 0,361 Valid

37. 0,580 0,361 Valid

38. 0,523 0,361 Valid

39. 0,254 0,361 Tidak valid

40. 0,480 0,361 Valid


(70)

54

kelompok yang sama pada waktu yang berbeda. Jadi uji reliabel dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan instrumen penelitian yang mau digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut.

r11 = ( �

(�−1)) (1− ∑�2

2)

Suharsimi Arikunto (2002: 171) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑��2 = jumlah varians butir

�2

1 = varians total

Hasil koefisien korelasi Alpha diinterpretasikan terhadap koefisien korelasi berikut ini.

Tabel. 5 Tabel Interpretasi Nilai r (Suharsimi Arikunto, 2002: 245)

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan, hasil reliabilitas butir dari variabel minat membaca diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,9333 koefisien korelasi tersebut diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien menurut Suharsimi


(71)

55

Arikunto termasuk ke dalam kategori tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.

H. Metode Analisis Data

Analisi data merupakan kegiatan akhir setelah data terkumpul. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Zainal Arifin (2011: 265) mengemukakan bahwa regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubungan antar variabel. Jadi analisis regresi digunakan untuk menentukan hubungan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan.

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis, tetapi sebelumnya dilakukan uji prasyarat regresi terlebih dahulu.

a. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data kontinu berdistribusi normal atau tidak (Husaini Usman & Purnomo S. Akbar, 2006: 109). Kriteria pengujian normalitas data adalah dengan taraf signifikansi 5%. Rumus yang digunakan untuk uji normalitas dalam penelitian ini adalah rumus Kolmogorov-Smirnov.


(72)

56

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan yang linear antara varibel terikat dan variabel bebas. Pengujian linearitas pada penelitian ini menggunakan Uji F pada taraf signifikansi 5%. ��� = ������ Sutrisno Hadi, 2004:13

Keterangan:

��� : harga bilangan F garis regresi

�� �� : rerata kuadrat garis regresi

�� � : rerata kuadrat residu

Harga Fhitung yang diperolehakan dikonsultasikan dengan harga Ftabel

pada taraf signifikansi 5%. Hubungan dikatakan linear jika Fhitung lebih

besar dari Ftabel(Fhitung>Ftabel)atau adanya hubungan yang linear

antarvariabel jika diperoleh harga signifikansi pada linearity kurang dari 0,05.

b. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh karena itu, hipotesis perlu diuji secara empirik menggunakan analisis statistik berdasarkan data dari lapangan.


(73)

57 Statistik hipotesis:

Ho : tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat

membaca dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Ha: ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat membaca

dengan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis uji regresi sederhana. Analisis uji regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis karangan.

Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut. = a + bX (Riduwan & Sunarto, 2014: 97)

Keterangan:

= subjek variabel yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan atau nilai penurunan variabel Y.


(74)

58

Untuk menghitung harga , terlebih dahulu harus dicari harga tetap a dan b dengan rumus sebagai berikut.

b = �∑ −∑ .∑

�.∑ 2−(∑ )2 a = ∑ −�.∑

� (Riduwan & Sunarto, 2014: 97)

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dua variabel yang diuji.Tetapi jika Ftabel ≤ Fhitung dapat disimpulkan


(1)

101 Lampiran 13. Dokumentasi Saat Penelitian


(2)

102 Lampiran 14.

Surat-Surat Izin Penelitian dan


(3)

(4)

(5)

(6)