subyek adalah 54,66 tahun dengan simpang baku 7,30. Diperkirakan bahwa pada tahun 2010 jumlah penderita DM secara global adalah 285 juta orang, dimana pada
negara-negara yang sedang berkembang mayoritas penderita DM adalah pada usia antara 40 hingga 60 tahun Shaw dkk, 2010.
Subyek berjenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus sebanyak 20 orang 46,5,  sedangkan  jumlah  subyek  berjenis  kelamin  perempuan  pada  kelompok
kasus sebanyak 23 orang 53,5. Pada studi prevalensi dan angka kejadian MCI dan demensia antara orang berkulit putih dan hitam yang dilakukan oleh Katz dkk
2012,  mendapatkan  bahwa  prevalensi  maupun  angka  kejadian  MCI  maupun demensia adalah serupa, baik antara laki-laki dan perempuan. Demikian juga yang
terjadi pada penderita dengan DM. Kalyani dkk 2010, menyatakan bahwa tidak didapatkan  perbedaan  yang  signifikan  antara  laki-laki  dan  perempuan  penderita
DM yang mengalami ganguan fungsi kognitif. Latar belakang pekerjaan subyek penelitian sangat bervariasi. Data menurut
tingkat pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta dengan jumlah 15 orang pada kelompok kasus 34,8 dan 17 orang pada kelompok kontrol 38,6. Pada suatu
penelitian kohort untuk mencari pengaruh pekerjaan terhadap risiko GFK pada usia lanjut yang dilakukan oleh Li dkk 2002, mendapatkan bahwa kejadian GFK lebih
banyak terjadi pada pekerja kasar seperti petani, buruh dan nelayan dengan OR 3,2 IK  95=  1,1-1,45,  pengrajin  OR  2,2  IK95=1,6-6,7  dan  pekerja  pabrik  OR
14,7  IK95=2,9-75,6  bila  dibandingkan  dengan  pekerja  yang  banyak menggunakan pikiran. Pada penelitian prevalensi terjadinya MCI di Tiongkok yang
dilakukan oleh Jia dkk 2014 mendapatkan bahwa pekerjaan selain buruh dan tani mempunyai efek proktektif terhadap terjadinya MCI.
6.2 Hubungan antara Kontrol Gula Darah dengan GFK pada Penderita DM Tipe 2 Usia Dewasa Menengah
Pengukuran kadar HbA1c adalah salah satu metode yang digunakan untuk pemantauan  kontrol  glukosa  pada  pasien  dengan  DM.  Penilaian  HbA1c  dapat
menilai  efektivitas  terapi  dengan  memonitoring  regulasi  glukosa  darah  dalam jangka  panjang.  Nilai  HbA1c  merupakan  konsentrasi  glukosa  plasma  yang
proporsional dalam waktu 4 minggu hingga tiga bulan Sultanpur dkk, 2010. Kontrol gula darah yang diukur dengan menggunakan kadar HbA1c telah
dikaitkan dengan perkembangan dan progresivitas dari komplikasi DM. Penelitian EPIC-Norfolk, suatu penelitian epidemiologi yang besar, telah melaporkan bahwa
kadar  hemoglobin  yang  terglikosilasi  HbA1c  mempunyai  hubungan  dengan mortalitas pada semua kasus, kardiovaskular, penyakit jantung iskemik pada pria
dan wanita usia 45-79 tahun Khaw dkk, 2004. Sabanayagam  dkk  2009,  dalam  penelitian  untuk  mengetahui  hubungan
antara  HbA1c  dengan  komplikasi  mikrovaskular  dengan  subyek  sebanyak  3,190 orang  melayu  di  Singapura  mendapatkan  bahwa  peningkatan  kadar  HbA1c
berhubungan  dengan  dengan  semua  komplikasi  mikrovaskular.  Pada  subyek dengan  kadar  HbA1c  7-7,9  dan
8  didapatkan  peningkatan  prevalensi retinopati ringan sebesar 9 dan 30 kali  p 0,0001 dibandingkan dengan subyek
dengan  kadar  HbA1c  6,9.
American  Diabetes  Association
juga  telah
merekomendasikan untuk mengontrol kadar gula darah dan menjaga kadar HbA1C kurang dari 7 untuk mencegah komplikasi mikrovaskular.
Selain itu gula darah yang tidak terkontrol juga telah diduga berkontribusi sebagai  penyebab  terjadinya  gangguan  fungsi  kognitif  pada  penderita  DM.  Pada
penelitian ini di dapatkan bahwa kadar gula darah tidak terkontrol secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya GFK 3,66 kali dibandingkan dengan penderita DM
tipe 2 usia dewasa menengah dengan kadar gula darah terkontrol. Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  beberapa  penelitian  sebelumnya.
Cukierman-Yaffe dkk 2009, melaporkan suatu penelitian terhadap 3000 penderita DM  tipe  2  menujukkan  adanya  hubungan  yang  signifikan  antara  kadar  HbA1c
dengan  GFK.  Peningkatan  1  HbA1c  mempunyai  hubungan  yang  signifikan dengan penurunan 1,75 poin pada
Digit Symbol Subtitusion Test
DSST IK 95: 1,22- 2,88; p 0, 0001, penurunan sebesar 0,20 poin pada MMSE IK 95: 0,11-
0,28; p 0, 0001, penurunan sebesar 0,11 poin pada
memory score
IK 95: 0,02- 0,19; p= 0, 0142.
Yaffe  dkk  2012,  melakukan  penelitian  untuk  melihat  hubungan  kontrol gula darah yang diukur menggunakan kadar HbA1c dengan GFK. Yafee membagi
kadar  HbA1c  menjadi  rendah  HbA1c  7,  sedang  7-8  dan  tinggi    8, didapatkan  bahwa  kelompok  dengan  kadar  HbA1c  sedang  atau  tinggi  secara
signifikan mempunyai rata-rata nilai yang rendah dibandingkan dengan kelompok dengan  kadar  HbA1c  rendah  pada  pemeriksaan
The  Modified  Mini-Mental  State Examination
3MS rendah 87,1; sedang 86,2; tinggi 85,7; p=0,003 dan
The Digit Symbol Substitution Test
DSST rendah 29,5; sedang 29,0; tinggi 28,0; p=0,04.