30
pseudoferum
yang mengakibatkan menguningnya daun dan rontok dan bisa mengakibatkan kematian.
5 Penyakit Merah Bata
Adalah penyakit pada tanaman teh yang disebabkan oleh jamur
Phoria hypolateritia,
yang dampak penyerangannya terjadi penguningan daun, kerontokan dan dapat mengakibatkan kematian.
6 Penyakit Akar Hitam
Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Rosseliania arcuata
dan
Rosseliania burodes.
Menyebabkan menguningnya pada daun dan dapat menyebabkan kematian.
4. Pemilihan Teh yang Potensial sebagai Bahan Baku
Bahan baku untuk pembuatan berbagai macam jenis teh adalah pucuk teh segar yang penyediannya secara kontinyu untuk memenuhi
kebutuhan produksi atau pengolahan sesuai dengan kapasitas pabrik. Yang membedakan jenis-jenis teh adalah pada proses pengolahannya, sehingga
menentukan hasil akhir produk teh itu sendiri, yaitu teh hitam, teh hijau, maupun teh oolong. Di PT. Rumpun Sari Medini pucuk daun teh akan
diolah menjadi teh hijau. Daun teh tersebut didapatkan dari panen kebun teh yang dimiliki oleh PT. Rumpun Sari Medini yang dipetik setiap hari
mulai pagi hingga siang. Dalam kenyataannya pucuk daun teh yang diterima di pabrik
terdiri dari bermacam-macam petikan dari peko+ 1 daun muda, peko+ 2 daun muda, peko+ 3 daun muda, peko+ 4 daun, 2 daun peko biasa disebut
Pucuk Burung
dan Daun Teh kasar berwarna hijau tua. Di PT. Rumpun Sari Medini standar yang dipakai adalah bahan baku harus mengandung
pucuk halus dan medium sebanyak 60nya dari keseluruhan bahan baku pucuk yang diolah. Brevet Dasar-1 Pabrik, 1998
Potensi produksi pucuk teh tergantung pada kecepatan pertumbuhan tunas baru, sedangkan kecepatan pertumbuhan tunas baru
dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut sebagai daun pemeliharaan. Panen merupakan kegiatan inti pada
31
perkebunan teh, oleh karena itu panen harus dilaksanakan dengan sebaik- baiknya agar pucuk teh yang dipanen dapat memenuhi target yang
diinginkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perangkat-perangkat pendukung dan aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan panen, yaitu: a.
Jenis pemetikan, yaitu pemetikan yang dilakukan selama masa satu daur pangkas, yang dapat dibedakan menjadi pemetikan jendangan,
pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. b.
Jenis dan rumus petik, yaitu petikan imperial, petikan emas, petikan halus, petikan medium, petikan kasar, petikan kasar sekali, dan petikan
lempar. c.
Daur petik, yaitu jangka waktu antara satu pemetikan ke pemetikan berikutnya, yang dinyatakan dalam hitungan hari.
d. Kebutuhan tenaga pemetik, yaitu rata-rata jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memetik pucuk teh yang dihitung per satuan luas Ha per tahun.
e. Hanca petik, yaitu luas areal petikan yang harus dipetik setiap harinya.
f. Analisa petikan, yaitu uraian tentang hasil pucuk dari suatu blok pada
suatu hari yang menunjukkan perbandingan antara pucuk yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat untuk jenis pengolahan
tertentu, yang dinyatakan dalam persen . g.
Alat dan sarana pemetikan, yaitu peralatan yang digunakan oleh pemetik dalam melaksanakan pekerjaan petik. Peralatan berupa waring
fishing net,
gunting pemotong,
etem
pisau, keranjang gendong junak, ani-ani, dan perlengkapan pribadi sarung tangan, caping,
sepatu bots. h.
Sarana transportasi, yaitu kendaraan berupa truk untuk mengangkut pucuk dari kebun dibawa ke pabrik pengolahan pucuk.
Pelaksanaan panen berkaitan dengan pemeliharaan daun teh yang potensial sebagai bahan baku teh hijau. Untuk beberapa hal yang harus
diketahui berkaitan dengan pelaksanaan panen, antara lain yaitu:
32
a. Jenis Pemetikan
Jenis Daun teh yang digunakan sebagai bahan dasar teh hijau adalah bagian pucuk daun, akan tetapi dalam hal ini pucuk daun yang
dipetik menurut rumus petikan yang telah baku. Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya
yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk kering. Pemetikan daun teh bertujuan untuk memungut hasil tanaman teh yang
sesuai dengan tujuan pengolahan dan juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi
secara berkesinambungan. Untuk mendapatkan kualitas pucuk daun teh dengan kualitas
tinggi secara kontinyu, perlu diperhatikan jenis pemetikan. Jenis pemetikan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan petikan berdasarkan daun yang dipetik dan yang ditinggalkan setelah dilakukan pemetikan.
1
Pemetikan Jendangan
Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini
bertujuan untuk membentuk bidang petik yang rata dengan cabang- cabang yang tumbuh melebar dengan tunas yang banyak sehingga
tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Pemetikan jendangan di Perkebunan Rumpun Sari Medini
dilaksanakan dengan menggunakan mal ukuran yaitu apabila sebagian areal telah menunjukkan pertumbuhan tunas melebihi 15-
20 cm dari luka pangkas melebihi 15-20 cm dari 60 cm. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan umumnya 2-3 bulan setelah
pemangkasan dengan 6-10 kali daur petik dimana satu daur petik = 12-15 hari. Pemetikan hanya dilakukan pada tunas yang tumbuh ke
atas
pancer,
sementara tunas yang tumbuh ke samping
slewer
dibiarkan karena
slewer
ini berfungsi menutupi tanah dari sinar matahari yang dapat menyebabkan tumbuhnya benalu atau rumput
33
yang dapat mengganggu pertumbuhan teh. Untuk membentuk bidang petik yang rata pada ketinggian yang sama digunakan alat
bantu salip. Alat yang digunakan untuk pemetikan jendangan adalah jidar salib, waring dan pisau. Ukuran jidar salib yang digunakan
adalah tinggi 80 cm dan lebar 100 cm yang bertujuan untuk menjaga kerataan tinggi perdu. Pemetikan jendangan di Perkebunan Rumpun
Sari Medini melibatkan tenaga kerja seperti pada pemetikan produksi.
2
Pemetikan Produksi
Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah lepas pemetikan jendangan sampai menjelang pemetikan
gendesan dengan memperhatikan kesehatan tanaman. Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk teh yang bertujuan untuk
memanfaatkan potensi tanaman secara maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pemetikan produksi yang dilakukan Kebun Medini adalah petik sedang
medium plucking
dengan rumus p+2 peko dengan dua daun, p+3 peko dengan 3 daun, b+1m burung dengan satu
daun muda dan b+2m burung dengan dua daun muda. Pemetikan di Kebun Medini dilakukan dengan dua system manual dan
menggunakan
etem
pisau. Petikan dengan cara manual dilakukan dengan cara ibu jari dan telunjuk tanpa menggunakan sarung
tangan tujuannya adalah agar pemetik juga dapat mengetahui mana pucuk yang layak dipetik dan mana pucuk yang tidak layak untuk
dipetik. Pemetikan dengan cara dirampas tidak dibenarkan, petik sedang merupakan pemetikan yang tidak menyisakan daun diatas
kepel pada bagian tengah perdu k+0, tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun diatas kepel k+1. Petikan produksi
dilakukan 2-2.5 bulan setelah jendang yang ditandai dengan tumbuhnya tunas tersier dan bentuk perdu yang rata.
34
Pucuk yang dipanen adalah semua pucuk peko yang telah siap dipetik dan pucuk burung yang berada di atas bidang petik
cakar ayam.
Pucuk yang baru muncul jika diperkirakan pada gilir berikutnya sudah terlalu tua harus dipetik, hal tersebut
dimaksudkan agar peko yang dihasilkan lebih banyak. Pemetikan produksi di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan secara
manual oleh tenaga kerja manusia dengan alat ani-ani untuk memotong pucuk daun teh dan salip untuk mengukur bidang petik
supaya rata. Para pekerja atau pemetik selain menggunakan ani-ani dan salip, juga menggunakan perlengkapan lain saat memetik yaitu
sepatu bots, keranjang untuk menampung pucuk daun teh hasil pemetikan, waring untuk tempat pucuk daun teh hasil pemetikan
setelah keranjangnya penuh, pakaian yang dibalut dengan plastik dengan tujuan supaya pakaian yang digunakan tidak basah atau
bisa juga untuk pengganti waring jika waring telah penuh dengan pucuk daun teh, dan caping.
3 Pemetikan Gendesan
Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas, yaitu memetik semua pucuk yang
memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan pucuk yang ditinggalkan pada perdu teh. Pemetikan gendesan di Perkebunan
Rumpun Sari Medini dilakasanakan secara manual dan melibatkan tenaga kerja seperti pada pemetikan produksi.
b. Jenis Petikan atau Rumus Petik
Jenis petikan yang dipakai di Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu petikan sedang atau petikan medium, yaitu pucuk daun teh
dengan rumus petik p+2 atau p+3m atau b+1. P+2 maksudnya daun yang dipetik adalah kuncup peko dengan 2 helai daun biasa, sedang
daun yang ditinggalkan daun kepel dan 1 helai daun biasa di atasnya. p+3 muda, daun yang dipetik adalah kuncup peko dengan 3 daun biasa
namun dengan syarat daun ketiga tersebut masih muda, sedang daun
35
yang ditinggalkan daun kepel dan 1 helai daun biasa di atasnya. Sedangkan yang dimaksud b+1 yaitu daun yang dipetik adalah kuncup
burung dengan 1 helai daun biasa, dan yang ditinggalkan daun kepel serta 1 helai daun biasa di atasnya.
Jenis petikan medium atau sedang ini digunakan karena pucuk yang diambil mempunyai kualitas yang masih bagus sebagai bahan baku
teh yaitu kuncup daun dan daun yang masih muda, selain itu dikarenakan faktor ekonomi yaitu jumlah pucuk teh yang dihasilkan
menjadi lebih banyak. Apabila hanya kuncup peko saja yang diambil maka hasil pemetikan daun teh kuantitasnya atau jumlahnya sedikit
sehingga akan memakan biaya yang tinggi. Pucuk daun teh muda digunakan karena mempunyai kualitas yang lebih bagus dari daun tua,
baik dari segi warna, aroma, dan lain-lain. Bila ditinjau dari segi biokimiawinya, pucuk daun teh peko lebih banyak mengandung
senyawa-senyawa terutama katekin yang lebih banyak daripada daun di bawahnya.
Jenis dan rumus petikan yang umum dipakai PT. Rumpun Sari Medini adalah:
1 Petikan Halus
Rumus petiknya : p+2mk+l, p+2k+l, b+lmk+1. Rumus p+2mk+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya, terdiri dari
kuncup peko dan dua helai daun dengan satu daun termuda masih menggulung dan meninggalkan kepel dengan satu helai daun tua di
ranting k+1. Rumus p+2k+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya, yang terdiri atas kuncup peko dipetik pucuknya, terdiri
dari kuncup burung dan satu helai daun muda. Rumus b+lmk+1 artinya pucuk yang dipetik ujungnya terdiri dari kuncup burung
dan satu helai daun di atasnya.
36
Gambar 4.1 Petikan Halus 2
Petikan Medium Rumus petiknya p+lk+1 dan p+3mk+l artinya satu ranting
peko dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dan satu helai daun tua. Rumus p+3mk+l artinya satu ranting peko dipetik pucuknya
terdiri dari kuncup peko dan tiga helai daun dengan satu helai daun termuda masing-masing menggulung.
Gambar 4.2 Petikan Medium 3
Petikan Kasar Rumus petiknya p+3k+1 dan p+4mk+l. Rum us p+3k+l
artinya satu ranting dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dengan tiga helai daun. Rumus p+4mk+l artinya satu ranting
dipetik pucuknya terdiri dari kuncup peko dan empat helai daun dengan satu daun termuda masih menggulung.
37
Gambar 4.3 Petikan Kasar Keterangan rumus : petikan halus p+2mk+l, p+2k+l dan
b+lmk+1, petikan medium p+lk+1 dan p+3mk+l dan petikan kasar p+3k+l dan p+4mk+l adalah sebagai berikut:
p = peko m = daun muda
k = kepel b = kuncup burung
c.
Daur Petik
Daur petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok kebun yang sama, dihitung dalam
hari. Panjang pendeknya gilir petik tergantung pada pertumbuhan pucuk, jenis, dan cara pemetikan yang dilaksanakan. Kecepatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1
Umur pangkasan Semakin tua umur pangkasan, maka semakin lambat
pertumbuhan dan daur petik semakin panjang 2
Elevasi Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, maka
semakin lambat pertumbuhan sehingga daur petik menjadi lebih lama atau panjang
38
3 Iklim
Pada musim kemarau pertumbuhan tunas semakin lambat sehingga daur petik menjadi lebih lama dibandingkan pada
musim hujan 4
Kesehatan tanaman Semakin sehat tanaman maka pertumbuhan pucuk
semakin cepat sehingga daur petik menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak sehat
5 Kesuburan tanah
Semakin tinggi tingkat kesuburan tanah, maka semakin cepat pertumbuhan pucuk, sehingga pada tanah yang subur daur
petik menjadi lebih pendek bila dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Perkebunan Rumpun Sari Medini menetapkan daur
petik 10-12 hari pada musim hujan dan 12-15 hari pada musim kemarau.
d. Pelaksanaan Pemetikan
Pelaksanaan pemetikan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan berdasarkan banyaknya pucuk, jika pucuk yang akan dipetik
atau pucuk yang siap petik banyak maka pemetikan dilakukan 2 kali dalam sehari namun jika pucuk yang akan dipetik sedikit maka
pemetikan dilaksanakan satu kali dalam sehari. Pemetikan pertama dilakukan pada pukul 06.30 WIB dan berakhir pada pukul 09.30 WIB
untuk dilakukan penimbangan I dan pemetikan kedua dimulai pada pukul 10.30 WIB dan berakhir pada pukul 13.30 WIB untuk dilakukan
penimbangan II. Pemetikan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan dua cara yaitu dengan cara manual dan menggunakan alat.
Untuk perkebunan medini menggunakan alat
etem
dan gunting. Penggunaan
etem
merupakan trik mandor karena tidak semua pemetik terampil menggunakannya . Keutamaan menggunakan
etem
yaitu untuk menghindari pemetikan dari penyerambutan sehingga tidak
terjadi kangker batang, ranting dan menghindari karusakan daun
39
penyangga dan pucuk yang dipanen. Pemetikan yang menggunakan gunting berfungsi untuk pemerataan bidang petik akan tetapi produksi
yang dihasilkan kasar, sehingga penggunaan gunting di Kebun Rumpun Sari Medini tidak diperbolehkan penggunaannya. Pemetikan
pucuk produksi yang menggunakan alat dapat dilihat pada Gambar 4.4
A B
C Gambar 4.4 A Pemetikan dengan Cara Manual B Pemetikan
dengan Menggunakan Alat Gunting C Pemetikan dengan Menggunakan Alat Pisau
Perlengkapan pemetik adalah jidar, waring yang terbuat dari jala dengan kapasitas 20-35 kg dan celemek plastik. Para mandor
menerapkan prinsip 3M dalam pemetikan yaitu mana yang dipetik, mana yang ditinggal dan mana yang dipelihara. Jumlah pucuk dalam
genggaman dianjurkan tidak terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. . Pucuk yang telah dipetik tidak boleh terlalu lama
dan terlalu banyak dipegang dalam kepalan tetapi harus segera dimasukkan ke dalam
junak,
yaitu keranjang bambu yang digendong oleh pemetik agar tidak rusak dan tidak terjadi fermentasi. Pemetik
kadang-kadang menganggap remeh aturan-aturan yang ditetapkan karena mereka berorientasi untuk mendapatkan hasil yang setinggi -
tingginya tanpa menghiraukan aturan-aturan yang berlaku sehingga sering terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain pucuk burung
tidak bersih dipetik sehingga gilir petik berikutnya pucuk tersebut sudah tua, pucuk tanggung ikut terpetik, cara memetik yang dijambret
dan jidar yang dibawa tidak digunakan.
40
e. Perawatan, Penyimpanan dan Penimbangan Pucuk
Pucuk daun teh yang telah dipetik, dimasukkan dalam
junak.
Setelah junak penuh kemudian pucuk daun teh tersebut diletakkan ke dalam waring maksimal 25 kg dan sebaiknya tidak boleh melebihi
batas karena dikhawatirkan akan terjadi pemadatan yang menyebabkan pucuk teh rusak dan terjadi fermentasi. Setelah itu waring diletakkan
pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung yang menyebabkan pucuk akan menjadi coklat, pucuk yang demikian akan
menghasilkan teh hijau berkualitas rendah. Penimbangan pucuk daun teh dilakukan dua kali yaitu
penimbangan di kebun dan akan diulang di pabrik. Penimbangan pucuk di kebun dilakukan pada pukul 10.00 WIB jika pemetikan hanya
sekali dalam sehari namun jika pemetikan dilakukan dua kali dalam sehari maka penimbangan pucuk di kebun dilakukan pada pukul 09.30
WIB dan pukul 14.00 WIB. Penimbangan di kebun menggunakan timbangan gantung 50
kg. Penimbangan di kebun ini dilakukan oleh seorang juru timbang dan juru angkut. Hasil penimbangan dicatat oleh juru timbang dan
mandor panen. Timbangan gantung tersebut dipikul oleh dua orang pemetik, yang nantinya hasil penimbangan pucuk daun teh yang telah
dipetik oleh pemetik tersebut ditambahkan 3 kilogram sebagai upah pikul timbangan.
Untuk penimbangan ulangan di pabrik menggunakan timbangan berastimbangan duduk 50 kg. Penimbangan di pabrik ini
dilakukan oleh juru timbang dan juru angkut yang diketahui oleh mandor pengolahan. Gambar Timbangan Gantung dapat dilihat pada
Gambar 4.5
41
Gambar 4.5. Penimbangan Pucuk di Lapangan Pengangkutan pucuk dari tempat pemetikan ke pabrik
pengolahan merupakan kegiatan yang memegang peranan penting untuk menjaga kesegaran pucuk teh. Kualitas teh kering hasil olahan
pabrik sangat dipengaruhi oleh jumlah daun basah dan mutu hasil petikan di kebun. Oleh karena itu mutu pucuk harus dipertahankan
sejak dipetik dari kebun, selama proses penyimpanan dalam waring dan dalam pengangkutan hingga sampai di pabrik. Pengaturan daun teh
dalam truk atau mobil juga harus diperhatikan untuk menjaga daun teh agar tetap utuh, karena kerusakan fisik seperti terlipat, sobek dan
melangas akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi susunan kimia zat penentu kualitas dalam pucuk teh sebelum
waktunya. Di PT. Rumpun Sari Medini, pucuk diangkut dengan
menggunakan 3 unit angkutan pucuk yaitu 2 truk dan 1 mobil pick up. Karena terbatasnya mobil pengangkut pucuk, kapasitas muatan sering
melebihi dari kapasitas kendaraan dan pengaturan penempatan waring yang berisi pucuk daun teh pun tidak teratur bahkan diinjak-injak.
Pengangkutan yang melebihi batas tersebut sering menyebabkan pucuk ditumpuk terlalu padat, sehinga secara tidak langsung akan
menyebabkan kerusakan dari daun teh tersebut Selain itu mobil angkutan pucuk belum dilengkapi dengan penutup bak yang dapat
melindungi kondisi pucuk dari sinar matahari dan panas sehingga dapat memicu terjadinya fermentasi pada daun teh tersebut dan
42
mengurangi kualitasnya sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh hijau ataupun kemungkinan bila terlalu rusak daun teh tersebut tidak
akan diolah menjadi teh hijau dibuang. f.
Gilir Petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan
pemetikan berikutnya, dihitung dalam satu hari. Lama gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh
umur pangkas, iklim, elevasi dan kesehatan tanaman. Gilir petik di Kebun Medini 9-12 hari karena berada pada dataran tinggi.
g.
System Upah
Pemetikan di Kebun Medini menggunakan system borongan dengan system hanca giring. System ini dipilih karena memudahkan
mandor untuk mengawasi jika terjadi kesalahan dalam teknik pemetikan. Setiap pemetik mendapatkan upah sesuai dengan pucuk
yang telah dipetiknya selama periode 2 minggu dengan harga untuk 1 kg pucuk adalah Rp 350,-kg.
h. Analisa Pucuk
Untuk memproduksi pucuk dalam jumlah besar tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman perlu adanya sistem penilaian
yang dapat menggambarkan keadaan pucuk di lapangan dan sistem pengupahan sesuai dengan kondisi tanaman. Analisa pucuk merupakan
suatu usaha pihak perkebunan untuk melihat kondisi pucuk tanaman dan menentukan kualitas teh yang akan dihasilkan melalui hasil
pemetikan yang terjadi setiap hari. Dalam analisa pucuk dilakukan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda dan tua yang
dinyatakan dalam persen, serta berdasarkan pada kerusakan pucuk dalam persen. Tujuan dari analisa pucuk ini antara lain yaitu menilai
kondisi pucuk yang akan diolah, dasar menentukan harga pucuk, dan memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan.
43
Prosedur analisa pucuk yaitu : 1
Pucuk daun teh pada tiap mandor diambil sebanyak satu keranjang plastik keranjang sampah ukuran kecil secara acak.
2 Pucuk dipisahkan satu persatu dibagi menjadi beberapa criteria
yaitu peko p+1, p+2, p+3, p+4, dan p+5, burung muda BM+1, BM+2, BM+3, BM+4, burung tua BT+1, BT+2, BT+3, BT+4,
pucuk rusak terlipat dan robek, pucuk tua lembaran daun yang tua, dan muda lembaran daun yang masih muda.
3 Untuk bagian muda dinamakan petikan halus sedangkan untuk
yang tua termasuk dalam petikan kasar 4
Pisahkan antara petikan halus, petikan kasar dan petikan yang telah rusak.
5 Petikan halus, petikan kasar dan petikan rusak masing-masing
ditimbang dan dinyatakan dalam persen Dari hasil analisa pucuk tersebut diketahui persentase mutu teh
hijau yang akan dihasilkan. Apabila persentase pucuk halus yang terdiri dari pucuk peko, daun muda, dan daun burung muda lebih
banyak maka teh kering teh hijau yang dihasilkan lebih banyak berupa
Peko
Grade I. Untuk pucuk kasar, akan dihasilkan teh kering teh hijau berupa
Jikeng
Grade II dan untuk pucuk rusak akan dihasilkan teh hijau teh kering berupa bubuk Masing-masing kriteria
tersebut ditimbang dan dihitung persentasenya. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui analisa halus, kasar dan persentase rusak.
Persentase analisa halus dilakukan dengan mencampur kriteri lembaran daun muda, burung muda, peko dan pucuk muda yang
dipotong dari burung tua yang telah ditimbang. Kemudian dilakukan dengan perbandingan dengan total bobot yang dianalisis. Pucuk yang
digolongkan memenuhi syarat jika memenuhi analisa pucuk minimal 30 dan tidak memenuhi syarat maksimal 5 . .
Dari persentase analisa pucuk di PT. Rumpun Sari Medini menunjukkan bahwa hasil dari petikan di PT. Rumpun Sari Medini
44
lebih banyak berupa pucuk kasar. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dalam penanganan bahan baku pucuk daun teh setelah
pemetikan hingga proses pengolahan. Oleh karena itu perlu adanya pencerahan dalam pemetikan dan penanganan bahan baku pucuk daun
teh. Misalnya pemetikan harus benar-benar menggunakan rumus petik yang telah ditentukan di PT. Rumpun Sari Medini yaitu petikan
medium, dan harus berhati-hati dalam melakukan penanganan terhadap pucuk daun teh yang telah dipetik supaya tidak terjadi fermentasi.
Pucuk daun teh yang telah dipetik jangan sampai terkena sinar matahari langsung dan tidak boleh ditumpuk terlalu banyak bahkan
diinjak-injak. i.
Kontinyuitas Bahan Baku Kontinyuitas bahan baku sangat penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Apabila bahan baku tidak tersedia dan tidak berkelanjutan, maka kelancaran proses produksi akan terhambat. Oleh
karena itu diperlukan suatu usaha penyediaan bahan baku berkelanjutan. Bahan baku PT. Rumpun Sari Medini yang berupa
pucuk daun teh diambil dari kebun sendiri yang letaknya tidak jauh dari lokasi pabrik.
Kontinyuitas bahan baku berhubungan dengan kuantitas bahan baku itu sendiri. Selain harus kontinyu, kuantitas dari bahan baku itu
sendiri juga perlu ditingkatkan. Usaha-usaha yang dilakukan PT. Rumpun Sari Medini dalam menjaga kontinyuitas, kuantitas, serta
kualitas pucuk teh yaitu dengan : 1
Melakukan Regenerasi Tanaman Adanya regenerasi tanaman merupakan suatu cara
perkebunan untuk mendapatkan pucuk teh secara terus-menerus rotasi pemetikan dan tanam. Jarak tanam belum menghasilkan
TBM yang satu dengan yang lain adalah 4 tahun, begitu pula untuk tanaman menghasilkan TM.
45
2 Mengatur Hanca Petikan
Hanca petikan adalah luas areal petikan yang harus dipetik dalam satu hari. Hanca petik pada kebun teh Medini seluas 22-24
hahari. Hanca petikan diatur oleh mandor petik atas sepengetahuan kepala afdelingnya. Tiap mandor diberi kekuasaan
atas luas kebun tertentu, kemudian dari luasan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap harinya ada areal yang dipetik.
Adapun rumus hanca petikan dapat dilihat sebagai berikut:
hari ditentukan
yang petikan
Daur dipetik
yang kebun
areal Luas
1
3 Melakukan Pemeliharaan Kebun
Pemeliharaan kebun teh yang dilakukan adalah dengan melakukan pemupukan hama dan penyakit, pemangkasan,
penyiangan. Diharapkan dengan pemeliharaan kebun hasil produksi dapat meningkat.
4 Mengatur Kebutuhan Tenaga Pemetik
Tenaga pemetik terkadang tidak tentu jumlahnya, hal ini dikarenakan mereka merupakan pekerja borongan. Sehingga pada
saat-saat tertentu jumlahnya tidak mencukupi untuk melakukan pemetikan padahal tanaman teh yang akan dipetik jumlahnya
banyak. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kauntitas petikan pucuk daun teh.
5. Pengendalian Mutu Bahan Baku