Tujuan Sekolah Satu Atap

25 sejalan dengan konsep dalam manajemen berbasis sekolah. Konsep manajemen berbasis sekolah sendiri yang menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efesiensi dan pemerataan pendidikan.

5. Model-model Pengelolaan SD-SMP Satu Atap

Dedi Koswara 2012: 5-8 menyatakan bahwa terdapat dua model pengelolaan yang dapat dipilih oleh pemerintah daerah setempat dalam mengembangkan SD-SMP Satu Atap tersebut. Model pengelolaan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pendidikan Dasar Terpadu dengan Dua Pengelola

1 SD-SMP merupakan dua satuan pendidikan yang memiliki hubungan hirarkhis dalam sistem penerimaan siswa baru. 2 Memiliki dua kepala sekolah, memiliki guru sebagai dewan guru yang berdiri sendiriterpisah. 3 Perpindahan dari kelas VI ke kelas VII tetap melalui PSB, tetapi lebih sederhana karena memiliki hubungan hirarkhis. Bahkan secara ekstrim dapat disebut sebagai mutasi mirip kenaikan kelas, namun harus lebih dahulu lulus ujian akhir SD sesuai ketentuan yang ada. 4 Bila terdiri dari satu atau beberapa SD dan satu SMP, maka daya tampung SMP minimal sesuai dengan jumlah tamatan SD- nya. 26 Model pengelolaan dua pengelola dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut. JENJANG PENDIDIKAN DASAR SD SMP KELAS KELAS I II III IV V VI VII I VIII II IX III Gambar 1. Model Pengelolaan Dua Pengelola Dalam pengelolaan Satu Atap dengan dua pengelola atau lebih maka terdapat ketentuan yaitu: 1 Bila suatu SD-SMP Satu Atap terdiri dari satu SD yang menyatuterpadu dengan satu SMP, SD-SMP Satu Atap tersebut dapat dikelola oleh 2 kepala sekolah 1 kepala SD dan 1 kepala SMP. 2 Bila suatu SD-SMP Satu Atap terdiri dari dua SD atau lebih dengan satu SMP, SD-SMP Satu Atap tersebut dapat dikelola oleh 3 kepala sekolah atau lebih sejumlah kepala SD dan 1 kepala SMP atau oleh 2 kepala sekolah 1 kepala sekolah SD dan 1 kepala sekolah SMP. Pola pengelolaan dengan dua pengelola tersebut sudah berjalan pada beberapa sekolah swasta yang memiliki kampus pendidikan sejak SD, SMP, bahkan sampai SMA. Pola pengelolaan ini dapat dikelola oleh dua kepala sekolah atau lebih dan memiliki guru sebagai dewan guru yang berdiri sendiriterpisah. Perpindahan jenjang pendidikan baik dari SD ke SMP