23 b.
Kriteria khusus 1
Pada lokasi atau disekitar lokasi SD calon penerima bantuan, tersedia lahan yang memungkinkan untuk dikembangkan
minimum seluas 2500 �
2
termasuk lahan yang sudah dipakai SD. 2
Ada kesanggupan dari pemerintah Kabupaten untuk menetapkan kelembagaan SD-SMP Satu Atap, membentuk manajemen sekolah
dengan mengangkat Kepala Sekolah, menunjuk dan mengadakan tenaga pendidik dalam jumlah dan kualifikasi yang memadai
serta menyediakan anggaran biaya operasional SMP yang bersangkutan mulai semester berikutnya setelah program
selesai, dibuktikan dengan pernyataan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kriteria calon penerima subsidi harus mempertimbangkan berbagai macam aspek untuk
dapat menyelenggarakan sekolah satu atap. Kriteria yang sudah ditetapkan tersebut dijadikan acuan oleh pemerintahan sebagai pertimbangan apakah
sekolah satu atap dapat diselenggarakan atau tidak.
4. Prinsip Pengelolaan Program Sekolah Satu Atap
Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh Direktorat Pembinaan SMP
melalui Kegiatan Perluasan SMP. Pengelolaan Program Pengembangan SD- SMP Satu Atap didasarkan pada tiga prinsip yaitu :
24 a.
Optimalisasi sistem desentralisasi pendidikan Kewenangan untuk melaksanakan, mengelola, memelihara serta
mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan pendidikan di SD- SMP Satu Atap sepenuhnya ada pada sekolah dan masyarakat disekitar
sekolah. b.
Transparansi dan akuntabilitas 1
Prinsip keterbukaan aktif kepada masyarakat dimulai dengan pemilihan dan pembentukan Panitia Pengembangan SD-SMP Satu
Atap P2SATAP dan seterusnya sampai dengan pengelolaan pelaksanaan program mulai dari awal sampai dengan akhir
secara transparan dan demokratis. 2
Bentuk keterbukaan kepada masyarakat antara lain diterapkan dengan melaporkan seluruh proses kegiatan melalui papan
informasi yang memuat penjelasan tentang pekerjaankegiatan yang dilaksanakan, sehingga masyarakat dapat mengetahui
informasi dengan utuh dan mudah. c.
Pemberdayaan masyarakat Melibatkan masyarakat secara aktif, dalam setiap tahapan, dimulai dari
tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian
pemantauan, pemeliharaan SD-SMP Satu Atap.
Prinsip pengelolaan sekolah satu atap yang telah dijabarkan tersebut menjelaskan bahwa kewenangan dalam pengelolaan sekolah satu atap
sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah dan masyarakat. Hal tersebut
25 sejalan dengan konsep dalam manajemen berbasis sekolah. Konsep
manajemen berbasis sekolah sendiri yang menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu, efesiensi dan pemerataan pendidikan.
5. Model-model Pengelolaan SD-SMP Satu Atap
Dedi Koswara 2012: 5-8 menyatakan bahwa terdapat dua model pengelolaan yang dapat dipilih oleh pemerintah daerah setempat dalam
mengembangkan SD-SMP Satu Atap tersebut. Model pengelolaan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan Dasar Terpadu dengan Dua Pengelola
1 SD-SMP merupakan dua satuan pendidikan yang memiliki
hubungan hirarkhis dalam sistem penerimaan siswa baru. 2
Memiliki dua kepala sekolah, memiliki guru sebagai dewan guru yang berdiri sendiriterpisah.
3 Perpindahan dari kelas VI ke kelas VII tetap melalui PSB, tetapi
lebih sederhana karena memiliki hubungan hirarkhis. Bahkan secara ekstrim dapat disebut sebagai mutasi mirip kenaikan kelas,
namun harus lebih dahulu lulus ujian akhir SD sesuai ketentuan yang ada.
4 Bila terdiri dari satu atau beberapa SD dan satu SMP, maka
daya tampung SMP minimal sesuai dengan jumlah tamatan SD- nya.