Anda ingin membangun rasa percaya dirinya, mengembalikan komitmennya, dan mendorongnya untuk menjadi lebih berinisiatif.
c Gaya kepemimpinan mendukung: Sales sudah mulai memahami proses
menjual dan melayani klien dengan baik tetapi ia ragu jika ia bisa benar-benar terjun sendiri. Di tahapan ini, ia adalah seorang pelaksana
yang mampu tapi ragu-ragu di mana komitmen menjualnya berubah dari keyakinan, antusiasme menjadi perasaan tidak aman. Saat inilah
gaya kepemimpinan mendukung dibutuhkan. Ia hanya membutuhkan sedikit arahan tetapi membutuhkan dukungan yang besar dari Anda
untuk meningkatkan keyakinannya yang sedang melemah.
d Gaya kepemimpinan menugaskan: Pada tahapan ini, ia sudah
menguasai tugas-tugas dan keterampilan menjual, ia juga sudah berhadapan dengan klien-klien besar yang menantang dan menangani
mereka dengan sukses. Di tahapan ini, ia adalah seorang pencapai mandiri dalam hal penjualan. Untuk orang yang sudah berada di level
ini, menugaskan adalah gaya kepemimpinan yang terbaik. Yang harus Anda lakukan adalah mengakui hasil kerjanya yang mengagumkan dan
menyediakan sumber-sumber daya yang ia butuhkan untuk melaksanakan tugasnya menjual.
Dengan demikian, kepemimpian situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas gaya kepemimpinan sejalan dengan tingkat
kematangan atau perkembangan yang relevan.
D. Kerangka Berpikir
1. Hubungan kepuasan kerja dari aspek fisik dengan kinerja karyawan
yang diperkuat oleh gaya kepemimpinan situasional.
Pada umumnya dalam menjalankan bidang usaha, perusahaan menginginkan peningkatan efektifitas dan efisiensi usahanya. Untuk
mempertinggi efektifitas dan efisiensi usahanya diperlukan peningkatan kinerja yang baik. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika
Prawirosentono, 1999:2. Kepuasan kerja menjadi faktor yang cukup penting dalam
menentukan kinerja, karena terbukti besar manfaatnya bagi kepentingan individu maupun perusahaan. Bagi perusahaan, penelitian kepuasan kerja
dilakukan dalam rangka usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan kepuasan kerja mempunyai peranan yang sangat penting bagi
karyawan, karena karyawan merupakan salah satu kekuatan utama dari perusahaan yang menginginkan terpenuhinya faktor-faktor kepuasan kerja.
Menurut Moh As’ad 1987:117-118 terdapat empat faktor kepuasan kerja, salah satunya kepuasan fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan atau suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur.
Tinggirendahnya hubungan kepuasan kerja dari aspek fisik dengan kinerja karyawan diduga akan kuat jika pemimpin menggunakan
kepemimpinan dasar dalam model kepemimpinan situasional, yaitu: 1 mengarahkan, 2 melatih, 3 mendukung, 4 menugaskan, dalam
menjalankan bidang usahanya. Diduga pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan situasional ini akan lebih meningkatkan kinerja karyawan
Blanchard, 2007:106-110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan uraian di atas, ada kemungkinan gaya kepemimpinan situasional berpengaruh terhadap hubungan antara kepuasan kerja fisik
dengan kinerja karyawan.
2. Hubungan kepuasan kerja dari aspek sosial dengan kinerja karyawan
yang diperkuat oleh gaya kepemimpinan situasional.
Kinerja karyawan adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakandalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi Mohamad Mahsun, 2006:25. Kinerja karyawan
merupakan perwujudan hasil kerja karyawan, baik secara individu maupun secara kelompok sesuai bidang pekerjaannya. Rendahnya suatu kinerja
diakibatkan gagalnya pelaksanaan suatu hasil pekerjaan, sebaliknya tingginya suatu kinerja diakibatkan berhasilnya pelaksanaan suatu hasil
pekerjaan. Tinggi atau rendahnya suatu hasil pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor kepuasan kerja.
Kepuasan menjadi faktor yang cukup penting dalam menentukan kinerja sebuah perusahaan. Karena terbukti besar manfaatnya bagi
kepentingan individu maupun perusahaan. Bagi perusahaan, penelitian kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Sedangkan kepuasan kerja mempunyai peranan yang sangat penting bagi karyawan, karena karyawan merupakan salah satu kekuatan
utama dari perusahaan yang menginginkan terpenuhinya faktor-faktor kepuasan kerja, salah satunya kepuasan kerja sosial. Kepuasan sosial, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pemimpin yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar
Heidjrachman dan Suad Husnan, 1984:184. Untuk mempertinggi hubungan kepuasan kerja dari aspek sosial
dengan kinerja karyawan diduga akan lebih kuat jika pemimpin menggunakan kepemimpinan dasar dalam model kepemimpinan
situasional, yaitu: 1 mengarahkan, 2 melatih, 3 mendukung, 4 menugaskan, dalam menjalankan bidang usahanya Blanchard, 2007:106-
110.
E. Model Penelitian