Cerita Rakyat Sajak atau Puisi Rakyat

Khazanah Antropologi SMA 1

1. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita pada zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Meskipun sebagian besar isi cerita rakyat hanya berisi cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terkandung pesan moral yang berisi Ande-Ande Lumut, Bawang Putih dan Bawang Merah, Sang Kuriang atau legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan dongeng Bujang Munang dari Kalimantan Barat. nasihat-nasihat. Oleh karena itu, cerita rakyat dapat dipakai sebagai sarana pewarisan kebudayaan dan adat istiadat dari suatu masyarakat kepada generasi berikutnya. Menurut William R. Bascom, cerita rakyat terdiri atas tiga golongan, yaitu mitos, legenda, dan dongeng. Contoh cerita rakyat yang berupa cerita mitologi adalah cerita terjadinya dewi padi, Dewi Sri, dan cerita terjadinya mado marga di Pulau Nias. Contoh cerita rakyat berupa legenda adalah legenda Ken Arok, legenda Panji, dan legenda para Wali. Contoh cerita rakyat yang berupa dongeng adalah dongeng Sang Kancil, ktivita: Kecakapan Sosial Buatlah penelitian sederhana tentang cerita rakyat yang ada di daerah Anda mengenai asal mula sejarah nama daerah Anda. Adakan diskusi dengan orang tua Anda mengenai cerita rakyat berisi asal mula sejarah nama daerah Anda. Tulislah hasil kegiatan Anda dalam bentuk laporan singkat untuk dikumpulkan pada guru. Sempurnakanlah laporan Anda menjadi sebuah cerita anak-anak untuk dikirim ke majalah anak-anak atau surat kabar.

2. Bahasa Rakyat

Menurut James Danadjaja dalam buku Folklor Indonesia, bentuk-bentuk tradisi lisan yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat atau dialek, slang, bahasa pedagang shoptalk, bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional colloquial, sirkumlokusi, cara pemberian nama pada seseorang, gelar kebangsawanan, bahasa bertingkat speech level, kata-kata onomatopoetis onomatopoetic, dan pemberian nama tradisional jalan atau tempat tertentu berdasarkan legenda sejarah onomastis.

a. Logat

logat atau dialek adalah gaya bahasa suatu daerah di Indo- nesia. Misalnya, logat bahasa Jawa Indramayu yang merupakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Sunda, logat bahasa Sunda dari Banten, logat bahasa Jawa Cirebon, dan logat bahasa Sunda Cirebon.

b. Slang

Slang atau bahasa rahasia adalah ragam bahasa tidak resmi yang bersifat musiman yang dipakai oleh suatu kelompok masya- rakat tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud menya- markan arti bahasanya terhadap orang luar. Menurut kamus Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Di unduh dari : Bukupaket.com Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat slang berasal dari kosakata dan idiom yang digunakan oleh para penjahat dan gelandangan. Pada saat ini, slang disebut juga cant. Contoh ragam bahasa cant banyak digunakan oleh kelompok pengguna narkoba. Misalnya, penggunaan istilah nyipek meng- hisap ganja, ganjis, ganja, cimeng pil ekstasi, putauw heroin, sakauw ketagihan narkoba, dan bong alat penghisap heroin. Selain itu, cant juga banyak digunakan di kalangan para penjahat dan pencopet. Cant di kalangan para penjahat disebut juga argot. Misalnya, penggunaan istilah jengkol untuk menyebut kacamata yang akan menjadi sasaran penjambretan dan rumput untuk menyebutkan polisi di kalangan para penjahat di Jakarta. Ragam bahasa cant juga digunakan oleh para wanita pekerja seks komersial PSK di Jawa Tengah dengan cara menambahi suku kata se pada akhir setiap suku kata dalam suku kata yang mereka ucapkan. Misalnya, kata kowe kamu setelah diimbuhi suku kata se menjadi kosewese.

c. Bahasa Pedagang Shoptalk

Bahasa pedagang adalah ragam bahasa yang digunakan di kalangan pedagang untuk melakukan transaksi. Di Jakarta, bahasa pedagang yang digunakan di pasar-pasar berasal dari istilah yang dipinjam dari bahasa Mandarin dari suku bangsa Hokkian. Misalnya, istilah-istilah harga suatu barang, seperti jigo dua puluh lima rupiah, cepek seratus rupiah, dan cetiau sejuta.

d. Kolokuial Colloquial

Kolokuial adalah bahasa-bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional. Misalnya, bahasa sehari-hari yang digunakan para remaja di Jakarta, seperti jomblo tidak punya pacar, tajir kaya, dan jutek judes, garing membosankan, jaim jaga wibawa, jayus kuno, culun lugu, dan jeti juta. Fungsi kolokuial digunakan untuk menambah keakraban dalam pergaulan remaja.

e. Sirkomlokusi Circumlocution

Sirkomlokusi adalah ungkapan tidak langsung yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda atau suatu tempat. Contoh sirkomlokusi adalah penyebutan istilah harimau yang hidup di suatu hutan dengan istilah eyang kakek dalam masyarakat Jawa dan datuk kakek di kalangan masyarakat Jambi. Penggunaan sirkomlokusi nama binatang tersebut digunakan untuk menghindari terkaman harimau apabila seseorang akan berjalan melewati hutan. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, harimau di hutan tidak akan menerkam manusia apabila dipanggil kakek. Masyarakat Jawa meyakini bahwa seorang kakek tidak akan melukai dan membunuh cucunya sendiri. Di kalangan orang Bali juga terdapat Di unduh dari : Bukupaket.com Khazanah Antropologi SMA 1 Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 10.1 Penganugerahan gelar kebangsa- wanan di Keraton Surakarta kepercayaan untuk tidak mengucapkan beberapa istilah tertentu selama panen. Jika dilanggar, maka penyebutan istilah yang dilarang tersebut akan mengakibatkan kegagalan panen. Oleh karena itu, digunakan kata-kata sirkomlokusi. Misalnya, penggunaan istilah kutu sawah untuk menggantikan kata kerbau, monyet diganti dengan istilah kutu dahan, dan istilah ular diganti dengan si perut panjang.

f. Pemberian Nama pada Seseorang

Cara pemberian nama pada seseorang merupakan contoh bahasa rakyat. Di Jawa Tengah, seseorang tidak mempunyai nama keluarga. Untuk memberi nama pada seorang anak, or- ang tua harus memperhitungkan tanggal dan hari lahir anak weton sehingga sesuai nama yang diberikan. Selanjutnya, seorang pria yang telah menikah akan mendapatkan nama dewasa jeneng tuwo. Namun, pemberian nama dewasa ini hanya dilakukan pada para pria. Meskipun sudah jarang dilakukan, penambahan nama baru setelah dewasa masih ditemui di wilayah pedesaan di Surakarta dan Yogyakarta. Pemberian nama pada seseorang bisa dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Di Jawa masih terdapat kebiasaan untuk memberi nama julukan pada seseorang, selain nama pribadinya berdasarkan bentuk tubuh si anak. Misalnya, si jangkung tinggi, si pendek pendek, dan si nonong dahinya menonjol.

g. Pemberian Gelar Kebangsawanan

Pemberian gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional adalah salah satu bentuk bahasa rakyat. Pemberian gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional ini masih dilakukan di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Gelar kebangsawanan seorang pria di Jawa Tengah secara berturut- turut adalah mas, raden, raden mas, raden panji, raden tumenggung, raden ngabehi, raden mas panji , dan raden mas aria. Gelar kebangsa- wanan seorang wanita di Jawa Tengah secara berturut-turut adalah raden roro, raden ajeng, dan raden ayu. Gelar-gelar tradisional tersebut juga masih terdapat di desa Adat Trunyan, Bali, yaitu kubuyan, bau mucuk, bau madenan, bau merapat, saing nem, saing pitu, saing kutus, saing sanga, saing diyesta, punggawa, pasek dan penyarikan.

h. Bahasa Bertingkat

Bahasa bertingkat atau speech level adalah bahasa yang dipergunakan berdasarkan adanya perbedaan dalam lapisan masyarakat. Bahasa bertingkat berlaku dalam lapisan Di unduh dari : Bukupaket.com Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 10.2 Kalangan pelajar Adakan penelitian sederhana bersama teman sebangkumu mengenai contoh- contoh lima jenis penggunaan bahasa rakyat di lingkungan sekitarmu. Adakan diskusi mengenai masalah tersebut dengan orang tuamu atau tokoh masya- rakat di lingkunganmu. Tulis hasil kegiatan Anda menjadi sebuah laporan singkat untuk dikumpulkan pada guru. ktivita: Kecakapan Akademik bersifat sedikit sopan dan setengah resmi; dan bahasa lemes bahasa yang bersifat sopan dan resmi. Contoh bahasa bertingkat orang Bali adalah bahasa nista rendah; bahasa madia menegah; dan bahasa utama resmi.

i. Onomatopoetis

Onomatopoetis adalah kata-kata yang dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Misalnya, kata greget dalam bahasa Betawi, yang berarti perasaan sengit sehingga seolah-olah ingin menggigit orang yang menjadi sasaran kemarahan. Kata greget terbentuk dengan mencontoh suara beradunya barisan gigi rahang atas dan rahang bawah. Contoh onomatopetis adalah kata dalam bahasa Jawa gemlodak riuh rendah untuk mengambarkan bunyi suatu benda yang digerak- gerakan dalam sebuah kotak kayu.

j. Onomastis

Onomastis adalah pemberian nama tradisional jalan atau tempat tertentu berdasarkan legenda sejarah. Misalnya, pemberian nama kota Surabaya untuk mengenang pertempuran antara buaya boyo dan hiu sura. Menurut James Danandjaja, masyarakat, tingkatan masyarakat, dan kelompok umur. Penggunaan bahasa ber- tingkat berkaitan dengan nilai budaya masyarakat dan sopan santun. Contoh Jenis bahasa bertingkat di kalangan masyarakat Jawa Tengah adalah, bahasa ngoko bahasa yang tidak resmi dan bersifat kurang hormat; bahasa kromo bahasa yang bersifat setengah resmi dan bersifat sedikit hormat; bahasa kromo inggil bahasa yang bersifat resmi dan sopan. Contoh Jenis bahasa bertingkat di kalangan masyarakat Sunda adalah bahasa kasar bahasa yang tidak sopan dan tidak resmi; bahasa penengah bahasa yang bahasa rakyat mempunyai empat fungsi, antara lain 1 memberi dan memperkukuh identitas kelompok; 2 melindungi pemakai bahasa rakyat dari ancaman kelompok lain atau penguasa; 3 memperkukuh pemakai bahasa rakyat dalam sistem pelapisan sosial masya- rakat; 4 memperkukuh kepercayaan rakyat terhadap nuilai-nilai budayanya. Di unduh dari : Bukupaket.com Khazanah Antropologi SMA 1

3. Sajak atau Puisi Rakyat

Ciri khas folklor lisan berbentuk sajak rakyat adalah kalimatnya berbentuk terikat fixed phrase. Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang terdiri atas beberapa deret kalimat yang dibentuk berdasarkan unsur mantra, panjang pendeknya suku kata, dan lemah kuatnya tekanan suara atau irama. Sajak atau puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional peribahasa, pertanyaan tradisional teka-teki, cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat berupa mantra-mantra. Menurut W. Meijner, seperti puisi-puisi rakyat dari bangsa lain, puisi rakyat bangsa Indonesia seringkali bertumpang tindih dengan jenis-jenis folklor lainnya. Suku-suku bangsa di Indonesia memiliki banyak sekali khazanah puisi rakyat yang masih belum tergali kekayaannya. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Jawa adalah jenis puisi rakyat yang harus dinyanyikan yang disebut tembang. Contoh puisi rakyat berbentuk tembang adalah tembang sinom, kinanti, pangkur, dan durma. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Sunda adalah puisi rakyat yang berfungsi sebagai sindiran yang disebut sisindiran. Berdasarkan jenisnya sisindiran dibagi menjadi dua kategori, yakni sisindiran yang disebut paparikan dan wawangsalan. Contoh puisi rakyat dalam bahasa Bali disebut dengan istilah geguritan yang bertema masalah percintaan. Beberapa jenis sajak atau puisi rakyat adalah sajak untuk anak- anak nursery rhyme, sajak permainan play rhyme, dan sajak untuk menentukan siapa yang menjadi lawan dalam satu permainan atau tuduhan counting out rhyme. Contoh sajak anak-anak suku Betawi yang paling terkenal adalah, ”pok ame-ame, balang kupu-kupu, tepok rame-rame, malam minum susu… ” Sajak anak-anak tersebut dibawakan untuk menghibur bayi yang sedang sedih agar tertawa. Contoh sajak permainan lainnya yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, adalah sebagai berikut: Amatilah lingkungan daerah Anda. Adakah contoh sajak rakyat di lingkungan Anda? Apabila ada, amatilah dan tulislah 10 contoh sajak rakyat tersebut. Selan- jutnya, tulis hasil kegiatan Anda dalam bentuk laporan singkat untuk dikumpul- kan pada guru ktivita ”Eee dhayohe teko he tamunya datang, Eee gelarno kloso he gelarlah tikar, Eee klosone bedhah he tikarnya robek, Eee tembelen jadah he tambal saja dengan kue uli, Eee jadahe mambu he kue ulinya bau, Eee pakakno asu he berikan pada anjing, Eee asune mati he anjingnya mati, Eee buangen kali he buanglah ke kali”. Contoh sajak untuk menentukan siapa yang menjadi lawan dalam suatu permainan atau tuduhan counting out rhyme dalam folklor Betawi adalah dengan mengucapkan ”hom pimpah, halai Di unduh dari : Bukupaket.com Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat hom gambring , ”dan ”hom pin sut” Sajak anak-anak yang tidak memiliki arti tersebut diucapkan bersama-sama oleh beberapa anak sebelum dimulainya suatu permainan.

4. Peribahasa Rakyat Ungkapan Tradisional