Khazanah Antropologi SMA 1
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 10.1 Penganugerahan gelar kebangsa- wanan di Keraton Surakarta
kepercayaan untuk tidak mengucapkan beberapa istilah tertentu selama panen. Jika dilanggar, maka penyebutan istilah yang
dilarang tersebut akan mengakibatkan kegagalan panen. Oleh karena itu, digunakan kata-kata sirkomlokusi. Misalnya,
penggunaan istilah kutu sawah untuk menggantikan kata kerbau, monyet diganti dengan istilah kutu dahan, dan istilah
ular diganti dengan si perut panjang.
f. Pemberian Nama pada Seseorang
Cara pemberian nama pada seseorang merupakan contoh bahasa rakyat. Di Jawa Tengah, seseorang tidak mempunyai
nama keluarga. Untuk memberi nama pada seorang anak, or- ang tua harus memperhitungkan tanggal dan hari lahir anak
weton sehingga sesuai nama yang diberikan. Selanjutnya, seorang pria yang telah menikah akan mendapatkan nama
dewasa jeneng tuwo. Namun, pemberian nama dewasa ini hanya dilakukan pada para pria. Meskipun sudah jarang
dilakukan, penambahan nama baru setelah dewasa masih ditemui di wilayah pedesaan di Surakarta dan Yogyakarta.
Pemberian nama pada seseorang bisa dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Di Jawa masih terdapat kebiasaan untuk
memberi nama julukan pada seseorang, selain nama pribadinya berdasarkan bentuk tubuh si anak. Misalnya, si jangkung
tinggi, si pendek pendek, dan si nonong dahinya menonjol.
g. Pemberian Gelar Kebangsawanan
Pemberian gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional adalah salah satu bentuk bahasa rakyat. Pemberian gelar
kebangsawanan atau jabatan tradisional ini masih dilakukan di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Gelar kebangsawanan
seorang pria di Jawa Tengah secara berturut- turut adalah mas, raden, raden mas, raden panji,
raden tumenggung, raden ngabehi, raden mas panji
, dan raden mas aria. Gelar kebangsa- wanan seorang wanita di Jawa Tengah secara
berturut-turut adalah raden roro, raden ajeng, dan raden ayu. Gelar-gelar tradisional tersebut
juga masih terdapat di desa Adat Trunyan, Bali, yaitu kubuyan, bau mucuk, bau madenan,
bau merapat, saing nem, saing pitu, saing kutus, saing sanga, saing diyesta, punggawa,
pasek
dan penyarikan.
h. Bahasa Bertingkat
Bahasa bertingkat atau speech level adalah bahasa yang dipergunakan berdasarkan adanya perbedaan dalam lapisan
masyarakat. Bahasa bertingkat berlaku dalam lapisan
Di unduh dari : Bukupaket.com
Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 10.2 Kalangan pelajar
Adakan penelitian sederhana bersama teman sebangkumu mengenai contoh-
contoh lima jenis penggunaan bahasa rakyat di lingkungan sekitarmu. Adakan
diskusi mengenai masalah tersebut dengan orang tuamu atau tokoh masya-
rakat di lingkunganmu. Tulis hasil kegiatan Anda menjadi sebuah laporan
singkat untuk dikumpulkan pada guru.
ktivita:
Kecakapan Akademik
bersifat sedikit sopan dan setengah resmi; dan bahasa lemes bahasa yang bersifat sopan dan resmi. Contoh bahasa
bertingkat orang Bali adalah bahasa nista rendah; bahasa madia
menegah; dan bahasa utama resmi.
i. Onomatopoetis
Onomatopoetis adalah kata-kata yang dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Misalnya, kata greget
dalam bahasa Betawi, yang berarti perasaan sengit sehingga seolah-olah ingin menggigit orang yang menjadi sasaran
kemarahan. Kata greget terbentuk dengan mencontoh suara beradunya barisan gigi rahang atas dan rahang bawah. Contoh
onomatopetis adalah kata dalam bahasa Jawa gemlodak riuh rendah untuk mengambarkan bunyi suatu benda yang digerak-
gerakan dalam sebuah kotak kayu.
j. Onomastis