BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang selalu dianggap menarik dalam pembelajaran IPS selama ini, adalah temuan dari beberapa penelitian Hasan 2002, dan tulisan Al Mukhtar 2004,
Aziz 2002, Supriatna 2002 mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPS di sekolah selalu disajikan dalam bentuk faktual, konsep yang kering, guru hanya mengejar target
pencapaian kurikulum, tidak mementingkan proses, karena itu pembelajaran IPS selalu menjenuhkan dan membosankan, dan oleh peserta didik dianggap sebagai pelajaran kelas
dua Somantri 2001. Pembelajaran IPS di sekolah juga belum berupaya melaksanakan dan
membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokratis, sosial kemasyarakatan dengan melibatkan siswa dan komunitas sekolah dalam berbagai aktifitas kelas dan
sekolah. Selain itu dalam pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pengetahuan, fakta dan konsep yang bersifat hafalan belaka. Inilah yang dituding sebagai kelemahan
yang menyebab “kegagalan” pembelajaran IPS di sekolah-sekolah di Indonesia. Jika pembelajaran IPS selama ini tetap diteruskan, terutama hanya menekankan
pada informasi, fakta dan hafalan, lebih mementingkan isi dari pada proses, kurang diarahkan pada proses berpikir tingkat tinggi, dan kurang diarahkan pada pembelajaran
yang bermakna dan berfungsi bagi kehidupannya, maka pembelajaran IPStidak mampu membantu peserta didik untuk dapat hidup secara efektif dan produktif dalam kehidupan
masa datang. Oleh karena itu semestinyalah pembelajaran IPS masa kini dan ke depan mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi di dunia secara global.
1
Upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah dibutuhkan inovasi dan kreatifitas yang tinggi dari guru dalam menghadapi segala hambatan dan kesulitan
yang ada demi berlangsungnya proses pembelajaran yang berkualitas. SMA N Jatinangor memotivasi gurunya untuk meningkatkan proses belajar mengajar dengan menerapkan
metoda CTL Contextual Teaching and learning. Penerapan CTL tersebut membutuhkan kreativitas guru menggunakan variasi
metoda pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Penguasaan konsep siswa SMA N Jatinangor terhadap bidang studi IPS masih rendah. Salah satu konsep
yang belum tercapai ketuntasan belajar setiap tatap muka adalah pada konsep inflasi. Hasil belajar materi inflasi pada siswa tahun pelajaran 2006-2007 yang mencapai skor
ketuntasan baru 42 dan untuk tahun 2007-2008 yang mencapai skor hanya 45. Hal ini menunjukan penguasaan konsep oleh siswa masih rendah. Penyebabnya antara lain
karena proses belajar mengajar menerapkan metode ceramah, sehingga keterlibatan siswa rendah dan proses belajar membosankan dan pada gilirannya siswa tidak
memperhatikan materi pelajaran. Pada tahun pelajaran saat ini 2008-2009 materi inflasi diberikan pada kelas X.
diantara kelas X X1 sd. X7 yang paling rendah daya serap pengusaan konsep bidang studi IPS adalah kelas X3, untuk itu penelitian dilaksanakan pada kelas X3 dengan
anggapan jika kelas X3 berhasil ditingkatkan penguasaan konsep siswa, maka pada kelas X lainnya akan sama meningkat. Melalui penerapan metoda diskusi ini diharapkan
penguasaan konsep siswa pada materi inflasi dapat meningkat.
2
B. Rumusan Masalah.