kardiovaskular, membantu melawan radikal bebas di dalam tubuh, menghindari penuaan dini, dan lain sebagainya.
Gambar 2.13 Teh Hijau Anonim d, 2015
Gambar 2.14 Seduhan Teh Hijau Resdiyanto, 2015
2.9 Teh Hijau dan Dislipidemia
Beberapa penelitian pada binatang telah menunjukkan manfaat teh hijau dalam menurunkan profil lipid kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
di dalam darah. Salah satu penelitian tersebut menemukan bahwa kandungan aktif flavonoid di dalam teh hijau memiliki efek penurunan kadar kolesterol LDL yang
sama atau lebih besar dibandingkan dengan diet rendah lemak. Beberapa penelitian lain pada binatang juga menyatakan bahwa hasil penurunan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL tidak berbeda antara teh hijau yang diseduh dengan ekstrak teh hijau Babu et al., 2006.
Penurunan kadar kolesterol merupakan efek langsung dan tidak langsung dari teh hijau. Beberapa studi mengemukakan bahwa flavonoid di dalam teh hijau
terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif Shipp dan Abdel-Aal, 2010. Flavonoid memiliki kemampuan untuk
menginhibisi CETP cholesteryl ester transfer protein. Dengan menekan CETP, maka dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar
kolesterol LDL Qin et al., 2009. Katekin dapat meningkatkan pengeluaran energi, sehingga terjadi
pengurangan lemak tubuh. Efek dari pengurangan lemak tubuh tersebut ialah penurunan kadar kolesterol Roy et al., 2007. Mekanisme lain yang dikemukakan
ialah penurunan kadar kolesterol yang terjadi akibat inhibisi dari absorbsi kolesterol dan trigliserida. EGCG ditemukan dapat menghambat sistem micelle
bilier di dalam lumen intestinal dengan cara membentuk endapan kolesterol yang tidak larut, sehingga dapat meningkatkan ekskresi lemak di feses Roy et al.,
2007. Studi lain menemukan bahwa katekin dapat menginhibisi langsung sintesis
kolesterol. Penelitian in vitro menyatakan bahwa katekin di dalam teh hijau merupakan inhibitor kuat dan sangat selektif terhadap squalene epoxidase, enzim
biosintesis kolesterol. Oleh karena itu, menurut mekanisme kerja tersebut, dapat dikatakan bahwa kerja teh hijau mirip dengan statin, yaitu menurunkan sintesis
kolesterol dan meningkatkan reseptor LDL Nagao et al., 2007.
Kandungan tanin yang tinggi di dalam teh hijau mampu meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus GLUT4 Hayashi et al., 2002.
Selain itu, pemberian senyawa aktif turunan tanin pada konsentrasi 0,1 mgmL diketahui dapat menurunkan proliferasi adiposit hingga mencapai 62
– 64 Liu et al., 2001; Hayashi et al., 2002.
Pada penelitian lain ditemukan bahwa kandungan saponin di dalam teh hijau memiliki efek sebagai antihiperlipidemia, dengan cara menghambat kerja 3-
Hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase HMGCR dan Acyl-CoA: cholesterol O-acyltransferase 2 ACAT 2 Shi et al., 2014. HMGCR adalah enzim yang
meregulasi biosintesis kolesterol. Inhibisi dari ekspresi atau aktivitas enzim HMGCR akan menghambat sintesis de novo kolesterol dalam hati dan dengan
demikian akan mengurangi kadar kolesterol serum Jurevics et al., 2000. Sedangkan ACAT2 mengkonversi kolesterol bebas menjadi kolesterol ester
sebagai respon terhadap biosintesis kolesterol intraseluler yang berlebihan. Ekspresis ACAT2 yang berlebihan meningkatkan produksi kolesterol ester yang
akan bereaksi terhadap hepatik lipoprotein yang mengandung apoB dan disekresi ke dalam plasma, jadi ACAT2 memainkan peran penting dalam produksi
lipoprotein aterogenik Lee et al., 2005. Selain itu saponin juga meningkatkan ekspresi cholesterol 7-alpha-hydroxylase CYP7A1 yang merupakan enzim yang
terlibat dalam jalur biosintesis asam empedu dan setidaknya terlibat dalam 75 dari proses produksi asam empedu Chiang, 2004. Peningkatan ekspresi maupun
aktivitas dari enzim CYP7A1 meningkatkan jalur katabolik kolesterol dan
menyebabkan pengurangan kadar kolesterol total dalam serum dan hati Del-Bas et al., 2005.
2.10 Teh Putih