kolesterol ke VLDL remnan dan hati, yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan
kilomikron remnan. 3.
Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang bersifat anti trombosis.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
Inti dari HDL ialah kolesterol ester, yang dibentuk di dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim
LCAT Rader dan Hobbs, 2005.
2.5 Metabolisme Lemak
Terjadi di hati. Fungsi utama hati dalam metabolisme lemak antara lain: Memecahkan asam lemak menjadi senyawa kecil untuk energi.
Mensintesis trigliserida, terutama dari karbohidrat tetapi juga dari protein dalam jumlah yang lebih sedikit.
Mensintesis lipid lain dari asam lemak, terutama kolesterol dan fosfolipid.
Sel hati selain mengandung trigliserida juga mengandung sejumlah besar fosfolipid dan kolesterol, yang secara kontinu disintesis oleh hati. Sel hati juga
lebih mampu mendesaturasi asam lemak daripada jaringan lain sehingga trigliserida hati secara normal lebih tidak jenuh daripada trigliserida dari jaringan
adiposa. Kemampuan hati untuk mendesaturasi asam lemak secara fungsional
penting untuk semua jaringan tubuh, sebab banyak struktur bagian dari seluruh sel mangandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang cukup banyak, dan sumber
utamanya adalah hati. Desaturasi ini dilakukan oleh enzim dehidrogenase di dalam sel hati.
Gambar 2.6 Sumber Kolesterol Hati influx dan Jalur Kolesterol Keluar dari Hati efflux Ferrier, 2014
Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan ialah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
akan mengalami esterifikasi, yaitu pembentukan ester dengan gliserol menjadi trigliserida yang berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-
waktu tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat, asam lemak kemudian akan dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun dari cadangan trigliserida jaringan.
Gambar 2.7 Metabolisme Lipid Lichtenstein dan Jones, 2006
2.6 Transportasi Lemak
Di dalam darah, lemak diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen. Yang berperan pada jalur eksogen ialah kilomikron,
sedangkan pada jalur endogen ialah VLDL, IDL, dan HDL Mayes et al., 2003.
2.6.1 Jalur Endogen
Hati mensintesis trigliserida dan kolesterol, kemudian diangkut melalui jalur endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami
hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan. VLDL remnan kemudian diambil oleh hati atau diubah menjadi
IDL Intermediate Density Lipoprotein. Partikel IDL ini akan diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL
akan diambil oleh reseptor LDL di hati, kemudian mengalami katabolisme. HDL bertugas untuk mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas
di dalam HDL kemudian diesterifikasi oleh enzim LCAT Lecithin Cholesterol Acyl Transferase menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester akan mengalami
perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga dengan trigliserida yang terdapat pada partikel VLDL dan IDL, dipindahkan ke partikel HDL melalui
enzim CETP Cholesterol Ester Transfer Protein sehingga terjadi kebalikan arah transpor kolesterol reverse cholesterol transport dari perifer menuju hati untuk
dikatabolisasi, lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu, dan penimbunan kolesterol di perifer akan berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan
dalam sifat antiaterogenik.
Gambar 2.8 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen Harrison’s
Principles of Internal Medicine, 2011
2.7 Teh
Camellia Sinensis 2.7.1
Klasifikasi Teh Anonim a, 2014
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaseae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Gambar 2.9 Daun Tanaman Teh Handoko, 2007
2.7.2 Jenis-jenis Teh
Berdasarkan proses pembuatannya, teh dibedakan menjadi empat jenis:
1. Teh Hitam Black Tea
Didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh terluka dan mengeluarkan getah. Getah bersentuhan dengan udara sehingga
menghasilkan senyawa teaflavin dan tearubigin. Daun teh ini mengalami proses fermentasi sempurna. Warna hijau pada daun
berubah menjadi kecoklatan dan selama pengeringan berubah menjadi
hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan paling banyak dikonsumsi Sujayanto, 2008.
2. Teh Merah Oolong Tea
Teh hasil semifermentasi semioksidasi enzimatis, dimana daun teh tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan, fermentasi
hanya sebagian 30 – 70. Hasilnya, warna teh menjadi coklat
kemerahan.
3. Teh Hijau Green Tea
Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun teh layu, langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya
pucuk teh langsung diproses dengan menggunakan uap panas steam atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim, sehingga warna hijau
tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi.
4. Teh Putih White Tea
Merupakan teh yang sangat istimewa, karena berasal dari pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik
dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah
terjadinya oksidasi. Daun teh muda ini juga tidak melalui proses fermentasi, sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein
tertinggi Dias et al., 2013.
Gambar 2.10 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah, Teh Hitam Anonim b, 2011
Camellia sinensis
Buds of young leaves Young Leaves
Withered Withered
Steamed Steamedfried
Polyphenol oxidase Polyphenol oxidase Ruised by shaking Rolled
Inactivation Inactivation
Rolledshaped Partially oxidized Fully oxidized
10 – 80
Dried Dried
FriedDried FriedDried
White Tea Green Tea
Oolong Tea Black Tea
Theaflavins and Thearubigins
Catechin
Gambar 2.11 Skema Representasi Proses Pembuatan Teh Dias et al., 2013
2.7.3 Kandungan Kimia dalam Teh
Di dalam daun teh terdapat berbagai macam bahan atau senyawa kimia yang dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu substansi fenol,
substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma senyawa aromatis, dan enzim Alamsyah, 2006.
1. Substansi Fenol
a. Flavanol
Polifenol utama di dalam teh berupa katekin. Derivat katekin terdiri dari katekin C, epikatekin EC, galokatekin GC, epigalokatekin
EGC, epikatekin galat ECG, galokatekin 3-galat GCG, dan epigalokatekin 3-galat EGCG Alamsyah, 2006.
b. Flavonol
Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki oksidasi paling rendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip
dengan katekin. Flavonol pada teh meliputi quersetin, kaemferol, dan mirisetin. Flavonol berfungsi sebagai antioksidan alami yang
mempunyai kemampuan untuk mengikat logam.
2. Substansi Bukan Fenol
a. Karbohidrat
Di dalam daun teh terkandung karbohidrat berbentuk gula sederhana sampai komplek. Karbohidrat yang penting antara lain: sukrosa,
glukosa, dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat pada teh sebanyak 0,75 dari berat kering Alamsyah, 2006.
b. Substansi Pektin
Pektin akan diurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan
sebagian lagi diubah menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas pada teh Rohdiana, 2009.
c. Alkaloid
Berfungsi sebagai penyegar. Alkaloid utama dalam teh ialah kafein. Kafein akan bereaksi dengan katekin dan menimbulkan rasa segar
pada seduhan teh Alamsyah, 2006. d.
Klorofil dan Zat Warna Lain Warna hijau pada daun teh disebabkan oleh adanya klorofil. Dalam
proses inaktivasi enzim, terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan warna hijau segar pada daun teh menjadi
hijau tuazaitun karena klorofil tersebut diubah menjadi feofitin. Jika terjadi suasana sangat asam, feofitin akan diubah menjadi feoforbid
yang berwarna hijau kecoklatan Alamsyah, 2006. e.
Protein dan Asam Amino Asam amino, karbohidrat, dan katekin akan membentuk senyawa
aromatis. Asam amino yang berpengaruh pada proses ini ialah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Seluruh kandungan protein
dan asam amino bebas ialah 1,4 – 5 dari berat daun kering. Reaksi
asam amino dengan katekin pada temperatur tinggi akan menghasilkan aldehida yang memberikan aroma pada teh Alamsyah, 2006.
f. Substansi Resin
Kandungan resin sekitar 3 dari berat daun kering. Fungsi resin ialah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku Alamsyah,
2006.
g. Vitamin
Di dalam daun teh terkandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C, K, A, B1, dan B2. Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100
– 250 mg. Kandungan vitamin C sebesar itu hanya terdapat pada teh putih dan teh
hijau. Sedangkan kandungan vitamin K dalam teh putih dan teh hijau sebesar 300
– 500 IUg Alamsyah, 2006. h.
Mineral Berfungsi dalam pembentukan enzim di dalam tubuh, sumber mineral
yang penting dalam proses metabolisme. Kandungan mineral di dalam daun teh:
- Magnesium
Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler, mengatur elektrolit tubuh, reseptor hormon, metabolisme vitamin D
Rohdiana, 2009. -
Flouride Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan
plak gigi, dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi Alamsyah, 2006.
- Natrium
Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah menurunnya cairan seluler akibat tekanan osmotik.
- Kalsium
Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi impuls saraf, kontraksi otot, dan meningkatkan efektifitas kerja
enzim. -
Seng Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A,
peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan membentuk enzim pemusnah radikal bebas.
3. Substansi Penyebab Aroma Senyawa Aromatis
Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan
senyawa yang mudah menguap aldehida dan keton tak jenuh. Substansi penyebab aroma ini meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil.
4. Enzim
Berfungsi sebagai biokatalisator reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang terkandung di dalam daun teh ialah invertase, amylase, glukosidase,
oximetilase, protease, peroksidase, dan polifenol oksidase Alamsyah, 2006.
2.8 Teh Hijau
Teh hijau serupa dengan teh putih, tidak mengalami proses fermentasi, tidak seperti teh hitam yang difermentasi seluruhnya dan teh oolong yang
difermentasi sebagian. Teh hijau diproses dengan cara penguapan steaming langsung setelah dipetik agar tidak terfermentasi, sehingga kandungan polifenol
yang dipertahankan juga lebih banyak. Setelah di-steaming atau frying, daun teh hijau kemudian digulung dan baru dikeringkan, sehingga masih ada sedikit proses
oksidasi yang terjadi dan menyebabkan kandungan polifenol pada daun teh hijau sedikit lebih rendah daripada teh putih. Polifenol pada daun teh ini berfungsi
sebagai antioksidan yang baik bagi kesehatan tubuh Hatma, 2011.
Gambar 2.12 Skema Proses Pengolahan Teh Hijau Dahlia, 2014 Zat aktif utama dari polifenol ialah katekin. Beberapa jenis derivat katekin
yang terkandung pada teh hijau, antara lain: Epicatechin EC, Epicatechin 3- Gallate ECG, Epigallocatechin EGC, Epigallocatechin 3-Gallate EGCG,
Catechin C, dan Gallocatechin GC Nagao et al., 2007. EGCG merupakan komponen yang paling banyak dan paling aktif di dalam teh hijau, serta
merupakan antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin C dan E. Satu gelas teh hijau biasanya mengandung 100
– 200 mg EGCG Roy et al., 2007. EGCG pada teh hijau ini mempunyai kemampuan unik untuk merusak
pathway dari proses patologis penyakit, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, Alzheimer, dan Parkinson. Selain itu, EGCG juga memiliki
Daun segar Inaktivasi
Enzim steaming
Penggilingan OTR
Penggilingan CTC
Pengeringan
efek sebagai anti-aterosklerosis, anti-hiperkolesterolemia, anti-hipertensi, anti- hiperglisemia, antibakterial, dan antiviral Kao, 2000.
EGCG dapat memperlambat pelepasan sitokin-sitokin, sehingga proses inflamasi serta proliferasi otot polos vaskular terhambat. Hal ini mencegah
terjadinya aterosklerosis yang merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular. Maka dapat dikatakan bahwa EGCG berfungsi dalam
mencegah terjadinya aterosklerosis, serta meningkatkan fungsi endotelial dan arteri. Oleh karena itu, banyak penelitian menyatakan bahwa konsumsi teh hijau
secara rutin dan dengan dosis yang sesuai, dapat menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan infark miokard serangan jantung Roy et al., 2007.
Selain katekin dan derivatnya, teh hijau juga mengandung tanin, saponin, vitamin B, asam folat, mangan, kalium, magnesium, dan kafein yang juga sangat
bermanfaat bagi tubuh. Hasil fitokimia teh hijau dibandingkan dengan teh putih dapat dilihat pada
tabel 2.3 Tabel 2.3
Hasil Analisis Flavonoid, Total Fenol, Tanin, Saponin, Kapasitas Antioksidan, dan IC50 Adeline, 2016
Beberapa manfaat teh hijau bagi tubuh menurut Sulaksono ialah untuk memperbaiki profil lipid, mengontrol berat badan, menurunkan risiko terhadap penyakit
kardiovaskular, membantu melawan radikal bebas di dalam tubuh, menghindari penuaan dini, dan lain sebagainya.
Gambar 2.13 Teh Hijau Anonim d, 2015
Gambar 2.14 Seduhan Teh Hijau Resdiyanto, 2015
2.9 Teh Hijau dan Dislipidemia