3.3.2 Variabel terikat: Peningkatan hasil belajar qowa’id bahasa Arab
siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, berupa tes dan non tes.
3.4.1 Tes
Tes dalam kamus bahasa Arab modern karangan Hans Wehr 1974: 225 diarabkan dengan istilah
, demikian juga dalam buku bahasa Arab yang
mengkaji tentang tes. Selain kata , tes juga dapat diarabkan dengan
. Hamid, 2010: 8. Djiwandono 1996:1 menyatakan bahwa tes adalah alat, prosedur atau
rangkaian kegiatan yang digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya alam suatu
bidang ajaran tertentu. Menurut ary, et all dalam ainin 2007: 109, tes adalah seperangkat
rangsangan yang diberikan kepada seseorang untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan sekor.
Tes yang digunakan adalah tes individu dan kelompok. Tes individu berupa tes pilihan ganda. Sedangkan tes kelompok berupa: Tes essay
berupa tes menganalisa lafadz atau kalimat .
3.4.2 Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan antara lain: pedoman observasi,
pedoman wawancara dan angket.
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Observasipengamatan digunakan untuk mengamati siswa pada saat
mengikuti pembelajaran qowa’id bahasa Arab melalui pembelajaran
kooperatif model jigsaw. Melalui pengamatan ini akan diketahui sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran, meliputi: a keaktifan siswa ketika
pelajaran sedang berlangsung, b sikap siswa terhadap teknik dan metode, c antusias siswa dalam pembelajaran, d sikap siswa terhadap teks bacaan, e
keaktifan siswa dalam kerja kelompok, f kerja sama siswa dalam mengidentifikasikan ide pokok, g kerjasama siswa dalam menyatukan
pendapat kelompok, h kecakapan siswa dalam menyajikan hasil diskusi kelompok, i keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja, j keseriusan
siswa dalam mengerjakan soal. Dari 10 aspek tersebut diringkas menjadi 4 aspek antara lain: 1 saling ketergantungan positif, 2 interaksi tatap muka,
3 akuntabilitas individual, 4 keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
3.4.2.2 Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran. Pengambilan data melalui wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, namun hanya pada
siswa yang nilainya tertinggi dan terendah. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui keberhasilan dan kekurangan dari pembelajaran yang telah
dilakukan. Dalam penelitian ini aspek yang diungkap melalui wawancara antara
lain: 1 kesukaan siswa terhadap pembelajaran tata bahasa Arab dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw, 2 penjelasan guru dalam menjelaskan
materi qowa’id dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw, 3 kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa ketika pembelajaran berlangsung, 4 pendapat siswa mengenai pembelajaran tata bahasa Arab dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model jigsaw, 5 pesan dan kesan siswa setelah mengikuti pembelajaran
3.4.2.3 Angket
Angket atau koesioner menurut Ubaidat, et all dalam Ainin 2010: 117 dikatagorikan sebagai salah satu piranti penelitian yang digunakan untuk
memperoleh data atau fakta nyata. Angket ini disusun dalam bentuk pertanyaan yang meminta responden untuk memberian jawaban terhadap
pertanyaan tersebut. Pedoman angket yang harus diisi oleh subjek penelitian, diantaranya
adalah 1 Apakah anda menyukai mata pelajaran Bahasa Arab, 2 Apakah anda semakin menyukai mata pelajaran Bahasa Arab setelah melakukan
pembelajaran kooperatif model jigsaw, 3 Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti pembelajaran Bahasa Arab pembelajaran kooperatif model jigsaw,
4 Apakah anda tetap mengalami kesulitan dalam pembelajaran tata bahasa Arab menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw, 5 Benarkah
pembelajaran kooperatif model jigsaw memudahkan anda dalam pembelajaran tata Bahasa Arab.
3.4.3 Uji Instrumen
Uji instrumen bertujuan untuk memvalidasi instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian. Uji instrumen ini dilakukan pada instrumen tes. Uji
instrumen pada instrumen tes dilakukan dengan menyesuaikan aspek-aspek pembelajaran
qowa’id yang akan dilakukan dengan kompetensi dasar. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud Arikunto, 2006: 168-169.
Untuk menghitung validitas butir soal ditentukan dengan menggunakan rumus:
Keterangan : r = koefisien korelasi
N = jumlah sampel X = skor satu item pertanyaan
Y = jumlah skor item pertanyaan
Arikunto, 2006: 170. Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti Arikunto, 1999: 79. Realibiltas dihitung dengan menggunakan rumus alpha
r
11 =
realibilitas instrumen k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir
= varians total Arikunto, 2006: 196.
r11= realibilitas tes secara keseluruhan p= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah q=1-p Σpq= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n= banyak item s= standar deviasi dari tes standar deviasi adalah akar varians
Arikunto, 2003: 100. Tabel 3.1 Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Tinggi
Cukup Agak rendah
Rendah Sangat rendah tak berkorelasi
Arikunto, 2006: 276.
3.5 Teknik Pengumpulan Data