tidak diikat dan masih dapat melakukan lompatan normal. Walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan katak yang diberi alat lebih rentan terhadap predator .
Pada setiap uji coba peneliti harus berusaha untuk membuka alat yang digunakan setelah selesai pengamatan. Salah satu kematian katak yang terjadi saat
percobaan ini adalah kegagalan mengganti alat akibat katak yang bergerak terlalu ke atas dengan ketinggian 2-2,5 m. Sulitnya peneliti menangkap katak tersebut
saat di atas pohon menyebabkan katak menggantung pada untaian benang terakhir.
Gambar 12. Posisi alat yang berubah, kiri P. leucomystax betina di Taman Rektorat; kanan P.
leucomystax betina di Arboretum Lanskap.
Secara umum, metode penggunaan benang katun lebih dapat digunakan untuk melihat pergerakan P. leucomystax dibandingkan dengan metoda
catpewarna makanan. Katak yang diberi perlakuan terlihat dapat bergerak dengan bebas dengan jejak benang yang membuat pola pergerakan selama 24 jam dengan
jelas.
6. 1. 3 Uji Coba Pengaruh Penggunaan Alat terhadap Pergerakan P.
leucomystax
Mengingat bahwa metoda tali lebih efektif digunakan dalam melihat pergerakan katak pohon, maka uji coba pengaruh alat terhadap pergerakan katak
dilakukan pada metoda ini. Dari pengamatan terlihat bahwa alat tidak mempengaruhi pergerakan katak. Pada awal aklimatisasi terlihat katak mencoba
untuk melepaskan alat dari punggungnya, namun setelah beberapa saat bergerak dengan bebas.
Pada pengamatan terlihat bahwa baik katak yang memakai alat dan tidak memakai alat lebih banyak diam dan pergerakannya hanya beberapa detik saja.
Diduga sedikitnya pergerakan disebabkan oleh terbatasnya ukuran terarium yang hanya 1 x 1 meter. Sempitnya terarium menyebabkan pergerakan katak menjadi
terbatas. Selain itu, pada saat dilepaskan katak sudah menemukan posisi yang tepat untuk beristirahat, sehingga tidak banyak bergerak untuk mencari tempat
yang terlindung pada siang harinya. Dari hasil perhitungan persentase pergerakan katak, terlihat bahwa katak
yang menggunakan alat lebih banyak bergerak, yaitu untuk katak jantan yang memakai alat pada pukul 04.00 WIB sebesar 0,2 , dan yang tidak memakai alat
sebesar 0 dengan kata lain tidak melakukan pergerakan sama sekali selama 30 menit pengamatan. Sama halnya dengan katak jantan, katak betina yang memakai
alat juga lebih banyak bergerak dibandingkan dengan yang tidak memakai alat, yaitu pada akhir pengamatan pukul 22.00 WIB katak betina yang memakai alat
sebesar 0,1 dan yang tidak memakai alat sebesar 0 . Akan tetapi penelitian ini memiliki kelemahan antara lain waktu pengamatan yang singkat yaitu hanya
dalam jangka 24 jam untuk setiap individu dan pengamatan dilakukan hanya setelah aklimatisasi 1 hari. Pengamatan lebih dari 1 hari mungkin akan
menghasilkan data berbeda. Dari hasil pengamatan juga dapat terlihat bahwa pada pukul 10.00 dan
16.00 WIB merupakan masa istirahat katak. Hal itu terlihat dari persentase lama bergerak, baik katak yang memakai alat maupun yang tidak memakai alat, yaitu
sebesar 0 , dengan kata lain tidak adanya pergerakan selama periode waktu tersebut. Katak akan kembali beraktivitas pada pukul 17.00 WIB.
6. 2 Pola Pergerakan P. leucomystax di Kampus IPB Darmaga