Meskipun saat ini IPAL Rumah Sakit “X” Semarang masih menjadi tanggungan pihak vendor yaitu PT. Fransa Ritirta, tetapi proses perawatan masih
dilakukan oleh kedua belah pihak. Untuk sistem pengolahan utama seperti pembersihan bak-bak IPAL dan pengambilan lemak masih menjadi tanggung
jawab pihak vendor yaitu PT. Fransa Ritirta, sedangkan untuk perawatan mulai dari saluran hingga penampung sementara atau sampit dilakukan oleh pelaksana
sanitasi Rumah Sakit “X” Semarang yang meliputi pengukuran harian suhu, pH dan klor, debit limbah, pengecekan sarana prasarana seperti saluran, bak kontrol
dan pompa yang dilaksanakan sesuai dengan job description yang ada. Pihak Rumah Sakit “X” Semarang selalu memberikan rekomendasi dalam hal
perbaikan-perbaikan sarana prasarana dan operasional sistem agar sesuai dengan perencanaan.
5.3 Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit “X” Semarang
Untuk mengetahui kualitas pengolahan limbah cair, Rumah Sakit “X” Semarang, memeriksakan kualitas limbah cairnya dengan pengambilan sampel
pada outlet limbah cair secara rutin setiap bulan sekali yang dilakukan oleh laboratorium Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri BBTPPI
Semarang. Namun, pihak Rumah Sakit “”X” Semarang belum memeriksakan
kualitas inlet limbah cairnya. Berdasarkan data primer, hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh PT. Cito Diagnostika Utama untuk inlet limbah
cair Rumah Sakit “X” Semarang diketahui bahwa terdapat parameter yang melebihi baku mutu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012
yaitu kadar TSS sebesar 33 mgL, NH
3
sebesar 9,23 mgL dan jumlah bakteri Coliform sebanyak 16.000 MPN100ml.
Tingginya kadar Total Suspended Solids TSS dapat menyebabkan kekeruhan pada air limbah. Menurut Mahida 1981, kekeruhan pada dasarnya disebabkan
oleh adanya koloid, zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Kekeruhan yang ada dalam air
buangan disebabkan oleh berbagai macam suspended solid yang ada Asmadi dan Suharno, 2012:9.
Kadar nutrien seperti NH
3
yang berlebihan pun juga dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Menurut Soeparman dan Suparmin 2002:28,
ketika limbah cair akan dibuang ke badan air yang relatif bersih, seperti danau atau muara sungai, nutrien itu dapat menyuburkan air sampai tingkat tertentu.
Namun, jika merangsang pertumbuhan algae secara berlebihan, air penerima dapat dirusak oleh pengayaan itu yang disebut eutrofikasi.
Sedangkan, organisme Coliform merupakan indikator yang meliputi Escherichia coli biasanya berasal dari saluran pencernaan makanan binatang
berdarah panas. Adanya organisme Coliform menunjukkan kemungkinan adanya patogen, baik virus ataupun bakteri Soeparman dan Suparmin, 2002:27.
Namun, setelah dilakukan pengolahan semua parameter tersebut sudah memenuhi baku mutu air limbah. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
untuk outlet limbah cair Rumah Sakit “X” Semarang diketahui bahwa kadar TSS
sebesar 21 mgL, NH
3
sebesar 0,010 dan jumlah bakteri Coliform sebanyak 78
MPN100 ml sehingga dapat disimpulkan bahwa air limbah Rumah Sakit “X” Semarang sudah layak untuk dibuang ke badan air penerima atau lingkungan.
5.4 Efektivitas Pengolahan Limbah Cair RS “X” Semarang