Karakterstik Masyarakat Nelayan LANDASAN TEORI

21

B. Karakterstik Masyarakat Nelayan

Ismail dalam Kusnadi, 2007 menyatakan bahwa nelayan kecil atau nelayan buruh yang tingkat penghasilannya lebih kecil atau kondisi perairannya sudah tidak lagi memberinya penghasilan yang besar, cenderung lebih rasional dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Bagi mereka, menjaga pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari secara konsisten merupakan hal yang sangat penting, prioritas dan harus diupayakan. Akan tetapi, jika mereka memperoleh pendapatan yang cukup besar karena keberuntunggan, barulah mereka akan mengkonsumsi makanan lebih dari biasanya. Konsumsi yang agak “mewah” untuk ukuran mereka merupakan manifestasi dari kompensasi psikologis atas beban kerja berat yang selama ini kurang memberinya kehidupan yang bahagia. Praktik demikian bersifat insidental, kadang kala saja kalau sedang memperoleh rezeki cukup banyak Kusnadi, 2007. Masih menurut Kusnadi 2007: 110, gaya hidup boros nelayan merupakan manifestasi dari konsekuensi mengejar kehormatan sosial maka gaya hidup yang demikian mencerminakan cara pandang yang sederhana untuk mengejar kenikmatan hidup. Anggapan laut akan selalu memberi penghasilan sepanjang usaha. Berlangsungnya gaya hidup demikian juga karena lemahnya budaya menabung dan berinvestasi sehingga keluarga nelayan berpikir pragmatis: ada laut pasti ada ikan dan ada penghasilan yang bisa diperoleh setiap hari. Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Nelayan tradisional adalah nelayan yang mencari ikan dengan menggunakan perahu-perahu kecil berbahan bakar solar, sedangkan nelayan 22 buruh merupakan nelayan yang bekerja pada pemilik perahu-perahu kecil. Mereka adalah penyumbang kuantitas produksi perikanan tangkap nasional Kusnadi, 2007. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap sebagai kaum marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang ini. Sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh pendapatan yang besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang besar atau pedagang perantara yang membeli dengan harga rendah kemudian menjualnya ke pengecer atau pedagang perantara kesekian dengan harga tinggi.

C. Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD