Pengaruh Kepercayaan Merek dan Advertising (Iklan) Melalui Instagram Terhadap Loyalitas Pelanggan Produk Lapink

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN ADVERTISING (IKLAN) MELALUI INSTAGRAM TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

PRODUK LAPINK

OLEH

MUHAMMAD ARIF TARIGAN 120521021

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN ADVERTISING (IKLAN) MELALUI INSTAGRAM TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

LAPINK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepercayaan Merek (X1) dan Advertising (X2), terhadap Loyalitas Pelanggan Lapink. penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif. Dimana variabel diukur dengan skala likert, metode analisis deskriptif dan statistik yang menggunakan alat analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner, penelitian (observasi), dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan 90 responden sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian berdasarkan regresi berganda menunjukkan bahwa variabel Kepercayaa merek dan advertising berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan Lapink. Secara parsial variabel kepercayaan merek berpengaruh positif dan tidak signifikan sedangkan advertising berpengaruh positif dan sigifikan terhadap loyalitas pelanggan Lapink. Sedangkan, secara serempak variabel Kepercayaan merek dan advertising berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Lapink, nilai R sebesar 0,827 berarti hubungan antara kepercayaan merek dan advertising terhadap loyalitas pelaggan sebesar 82,7% artinya hubungan antar variabel sangat erat. R Square sebesar 0,684 berarti sebesar 68,4 % variabel loyalitas pelanggan dapat dijelaskan oleh Kepercayaan merek dan Advertisig. Sedangkan, sisanya 31,6% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci: Kepercayaan Merek, Advertising (iklan), dan Loyalitas Pelanggan


(3)

ABSTRACT

EFFECT BRAND TRUST AND ADVERTISING THROUGH INSTAGRAM ON CUSTUMER LOYALTY LAPINK

This study aims to identify and analyze the influence of Brand Trust (X1), Advertising (X2) on Custumer Loyalty Lapink. Wherein the variables are measured with a Likert scale, descriptive and statistical analysis methods that use multiple linear regression analysis, significant testing and testing simultaneous partial significant. Methods of data collection in this study were interviews, questionnaires, research (observation), and literature. Methods of data analysis using quantitative descriptive analysis method with the multiple linear regression analysis. This study uses 90 respondents as the study sample. The results based on multiple regression showed that the variables of Brand trust, and advertising has positive influence on custumer loyalty Lapink. In partial brand trust and has positif and no significant on custumer loyalty, while advertising has positif and signifikan on custumer loyalty Lapink. simultaneously variable Brand Trust and advertising has a positive and significant influence on custumer loyalty Lapink. The coefficient of determination, R value of 0.827 means the relationship between brand Trust and Advertising on custumer Loyalty by 82.7% means a very relationship between variables. R Square of 0,684 means by 68.4% variable custumer loyalty can be explained by brand Trust and advertising. Meanwhile, the remaining 31,6% can be explained by other variables not examined in this study. Keywords: Brand Trust, Advertising, and Custumer Loyalty


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Ucapan terima kasih yang begitu besar untuk kedua orang tua saya yang saya cintai dan saya sayangi Ayahanda H. Makmur Tarigan, dan Ibunda Hj. Rachmawaty Sipayung, atas doa, nasehat, perjuangan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan motivasi dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, Mec,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isfenti Sadalia, SE,M.Si dan Marhayanie, SE,M.Si selaku Ketua dan sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Endang Sulistya Rini, SE,M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Marhayanie, SE,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak. Liasta Ginting M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik kesempurnaan skripsi ini.


(5)

6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE,M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

8. Keluargaku tercinta dan semua keponakanku tersayang terimakasih buat

motivasi, semangat, dukungan dan do’anya sehingga penulis terpicu untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Emi suhendri, Hari Maulana Pulungan, Akbaruddin Daulay, Ridha, Putri, Yusak terimakasih buat motivasi, semangat dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada selama penulisan skripsi ini.

Medan, 2015 Penulis


(6)

ABSTRAK

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN ADVERTISING (IKLAN) MELALUI INSTAGRAM TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

LAPINK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepercayaan Merek (X1) dan Advertising (X2), terhadap Loyalitas Pelanggan Lapink. penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif. Dimana variabel diukur dengan skala likert, metode analisis deskriptif dan statistik yang menggunakan alat analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner, penelitian (observasi), dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan 90 responden sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian berdasarkan regresi berganda menunjukkan bahwa variabel Kepercayaa merek dan advertising berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan Lapink. Secara parsial variabel kepercayaan merek berpengaruh positif dan tidak signifikan sedangkan advertising berpengaruh positif dan sigifikan terhadap loyalitas pelanggan Lapink. Sedangkan, secara serempak variabel Kepercayaan merek dan advertising berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Lapink, nilai R sebesar 0,827 berarti hubungan antara kepercayaan merek dan advertising terhadap loyalitas pelaggan sebesar 82,7% artinya hubungan antar variabel sangat erat. R Square sebesar 0,684 berarti sebesar 68,4 % variabel loyalitas pelanggan dapat dijelaskan oleh Kepercayaan merek dan Advertisig. Sedangkan, sisanya 31,6% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci: Kepercayaan Merek, Advertising (iklan), dan Loyalitas Pelanggan


(7)

ABSTRACT

EFFECT BRAND TRUST AND ADVERTISING THROUGH INSTAGRAM ON CUSTUMER LOYALTY LAPINK

This study aims to identify and analyze the influence of Brand Trust (X1), Advertising (X2) on Custumer Loyalty Lapink. Wherein the variables are measured with a Likert scale, descriptive and statistical analysis methods that use multiple linear regression analysis, significant testing and testing simultaneous partial significant. Methods of data collection in this study were interviews, questionnaires, research (observation), and literature. Methods of data analysis using quantitative descriptive analysis method with the multiple linear regression analysis. This study uses 90 respondents as the study sample. The results based on multiple regression showed that the variables of Brand trust, and advertising has positive influence on custumer loyalty Lapink. In partial brand trust and has positif and no significant on custumer loyalty, while advertising has positif and signifikan on custumer loyalty Lapink. simultaneously variable Brand Trust and advertising has a positive and significant influence on custumer loyalty Lapink. The coefficient of determination, R value of 0.827 means the relationship between brand Trust and Advertising on custumer Loyalty by 82.7% means a very relationship between variables. R Square of 0,684 means by 68.4% variable custumer loyalty can be explained by brand Trust and advertising. Meanwhile, the remaining 31,6% can be explained by other variables not examined in this study. Keywords: Brand Trust, Advertising, and Custumer Loyalty


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia industri di Indonesia telah berkembang pesat, hal ini menyebabkan kondisi persaingan dunia bisnis dewasa ini semakin bertambah ketat. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu hal yang terpenting yang perlu bagi diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan-pelanggan potensial yang baru. Konsumen ini memiliki tuntutan nilai yang jauh lebih besar dan beragam, karena konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan produk. Dalam hal ini produsen harus memberikan kualitas produk yang diterima, bermanfaat, harga bersaing, serta penyerahan produk yang cepat dari pada pesaingnya.

Loyalitas merupakan tingkat keuntungan kompetitif yang dirasakan oleh perusahan, baik profit maupun non profit. Hal tersebut dapat ditandai dengan adanya pemakaian ulang produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan yang disebabkan oleh kepuasan dan kualitas yang dirasakan oleh pelanggan itu sendiri. Menurut Griffin (2005:4) loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dan unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.


(9)

Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat penting karena apabila konsumen sudah setia terhadap suatu merek mereka akan melakukan pembelian ulang terhadap merek tersebut. Pembelian ulang merupakan pembelian terhadap suatu merek tertentu yang sama secara berulang kali. Konsumen yang melakukan pembelian ulang terhadap suatu merek setelah mereka mempunyai pengalaman dengan merek produk tersebut yang sebagai indikasi adanya kepuasan dan kepercayaan.

Kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu. Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya pembelajaran dan pengalaman. Kepercayaan merek dapat didefnisikan Komitmen konsumen untuk memperkuat hubungan antara konsumen dengan produk atau merek.

Menurut Kotler (2005:658) “ a dvertising adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal yang dilakukan oleh

perusahaan sponsor tertentu yang memerlukan pembayaraan”

Pemasaran bisnis melalui internet mempermudah dalam memperkenalkan produk atau jasa secara global yang tidak mengenal jarak. Media sosial merupakan salah satu bagian dari internet. Saat ini media sosial telah menjadi tren di Indonesia dan hampir semua kalangan menggunakan media ini, salah satunya untuk berkomunikasi. Namun saat ini media sosial sudah digunakan orang untuk memperkenalkan dan memasarkan produk secara online kepada custumer.


(10)

Contoh-contoh media sosial saat ini adalah : twitter, facebook, myspa ce, path, Instra gra m dan lain-lain.

Menurut survei yang diterbitkan oleh GlobalWebIndex, Instagram menjadi jejaring sosial yang paling cepat pertumbuhannya sepanjang 2013 lalu, dengan pengguna aktifnya yang meningkat menjadi 23% selama enam bulan terakhir, meskipun keseluruhan posisinya masih di belakang Facebook, YouTube. (http://www.duniaku.net/2014/01/22/instagram-menjadi-jejaring-sosial-paling-ramai-di-sepanjang-2013/).

Instagram adalah aplikasi untuk berbagi foto yang memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto dan selanjutnya berbagi pada layanan jejaring sosial. Dalam instagram ada beberapa fitur seperti follower, mengunggah foto, efek foto, judul foto, arroba dan masih banyak yang lain, karena fitur inilah instagram banyak diminati semua kalangan tanpa terkecuali artis dan bahkan pemilik online shop.

Kelebihan pemasaran sosial media dapat digunakan untuk menjalin hubungan baik dan menjadikan para konsumen tetap berhubungan dengan produk atau jasa secara pribadi. Melalui media sosial, produsen dan konsumen bisa saling berbagi informasi yang bermanfaat untuk kedua belah pihak, sedangkan kekurangan pemasaran melalui media sosial jika produk yang ditawarkan oleh produsen mengecewakan maka pengguna sosial media bisa dengan sangat mudah menyatakan kekecewaannya melalui sosial media. Hal ini tentu hanya akan merusak citra produk atau jasa yang ditawarkan. Produk dan jasa yang ditawarkan


(11)

di sosial media juga sebaiknya dikelola secara khusus dan tidak sembarangan. Hal ini penting untuk menjaga citra produk dan jasa yang ditawarkan di sosial media.

Lapink merupakan salah satu produk yang bergerak dibidang pakaian wanita. Produk lapink menggunakan media sosial instagram dan twitter untuk berinteraksi dengan konsumen. Namun instagram lebih banyak digunakan untuk berpromosi dan berinteraksi dibandingkan twitter. Banyaknya jumlah pemerhati account yang disebut followers dapat meningkatkan jumlah pendapatan dari produk Lapink. Dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1 : Grafik Pendapatan Lapink Sumber: Pendapatan lapink tahun 2014

Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa penurunan pendapatan dimulai pada bulan Februari yang disebabkan oleh penurunan instensitas promosi di instagram, lalu intensitas promosi kembali di tingkatkan sehingga pendapatan pada bulan juli mengalami peningkatan yang tinggi lalu terjadi penurunan pendapatan pada bulan

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 20000000


(12)

agustus september dan oktober kemudian meningkat kembali pada bulan november dan bulan desember.

Dari uraian terdahulu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepercayaan Merek Dan Advertisng (iklan) Melalui Instagram Terhadap Loyalitas Pelanggan Produk Lapink.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh kepercayaan

merek dan advertising (iklan) melalui instagram terhadap loyalitas pelanggan produk Lapink.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepercayaan merek dan advertising (iklan) melalui instagram terhadap loyalitas pelanggan produk Lapink.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta memperluas pola pikir dalam bidang pemasaran, terutama mengenai kepercayaan merek, advertising melalui instagram dan pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan.


(13)

Memberikan tambahan informasi mengenai manajemen pemasaran, khususnya yang berhubungan dengan penelitian penulis.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Merek

Merek merupakan nama, istilah , tanda, simbol. lambang, desain, warna atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.

Menurut American Marketing Association (Kotler 2000:460), merek adalah nama, istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Menurut Rangkuti (2002:36), merek adalah nama, istilah, symbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Sedangkan menurut Lamb (2001:421) merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan keempatnya yang mengidentifikasikan produk para penjual dan memnbedakannya dari pesaing.

2.1.1 Kepercayaan Merek

Pengertian kepercayaan yaitu keyakinan konsumen untuk memperkuat hubungan antara konsumen dengan produk atau merek. Menurut Amir (2005:62), kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu. Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya pembelajaran dan pengalaman. pesaing. Dalam riset Costabille (Ferina Dewi 2008) kepercayaan


(15)

didefinisikan sebagai persepsi kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Dalam penelitian ini pengertian kepercayaan merek dapat didefinisikan Komitmen konsumen untuk memperkuat hubungan antara konsumen dengan produk atau merek. penelitian ini pengertian kepercayaan merek dapat didefinisikan keyakinan konsumen untuk memperkuat hubungan antara konsumen dengan produk atau merek.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Merek

Menurut Lau dan Lee (2000:44), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun tiga faktor tersebut adalah :

1. Bra nd Cha ra cteristic

Mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten. Dengan indikator:

a. Merek dengan reputasi tinggi, yaitu merek dengan kualitas yang baik dan mampu bersaing dengan merek lain.

b. Pengetahuan publik tentang merek, yaitu suatu tingkat pengetahuan masyarakat terhadap suatu merek.


(16)

c. Berita positif tentang merek produk, yaitu suatu kabar berita yang baik tentang produk yang beredar di masyarakat.

d. Pengetahuan konsumen tentang merek, yaitu tingkat pengetahuan konsumen mengenai merek yang telah digunakan.

e. Kinerja merek dapat diantisipasi, yaitu tingkat keefektifitasan suatu perusahaan terhadap merek, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

f. Merek yang konsisten dengan kualitasnya, yaitu tingkat konsistensi suatu merek dengan menjaga kualitas yang sesuai dengan keinginan masyarakat.

g. Harapan konsumen terhadap merek, yaitu suatu keinginan konsumen terhadap apa yang dilakukan perusahaan pada produk yang dipasarkannya.

h. Berbeda dengan merek yang lain, yaitu perbandingan dengan merek ataupun produk merek lain dengan bidang yang sama yang memliki kekuatan merek yang berbeda.

i. Efektivitas produk dibandingkan dengan merek lain, yaitu perbandingan tingkat kinerja yang ditawarkan suatu perusahaan terhadap produk yang Dipasarkannya.

j. Merek yang paling dapat memenuhi kebutuhan, yaitu suatu produk yang memiliki kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.


(17)

2. Compa ny Cha ra cteristic

Yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersbut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada dibalik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan dan integritas perusahaan. Dengan indikator :

a. Kepercayaan terhadap perusahaan, yaitu suatu tingkat kepercayaan konsumen ataupun pelanggan terhadap perusahaan.

b. Perusahaan tidak akan menipu pelanggan, merupakan suatu komitmen yang dipegang teguh oleh suatu perusahaan agar menciptakan loyalitas konsumen.

c. Perhatian perusahaan terhadap pelanggan, merupakan salah satu wujud strategi pemasaran agar masyarakat merasakan kenyamanan dalam menggunakan produk suatu perusahaan.

d. Keyakinan pelanggan terhadap produk perusahaan, merupakan wujud dari hasil suatu komitmen perusahaan untuk melayani konsumennya dengan baik.

3. Consumer-Bra nd Cha ra cteristic

Merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional


(18)

konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek dan pengalaman terhadap merek. Dengan indikator :

a. Ada kesamaan merek dengan emosi pelanggan, yaitu antara perusahaan dengan konsumen memilki keinginan dan tujuan yang sama.

b. Merupakan merek favorit, yaitu persepsi konsumen akan suatu merek yang diinginkan tentunya dengan kualitas yang baik.

c. Merek yang sesuai dengan kepribadian pelanggan, merupakan suatu persepsi konsumen akan merek suatu produk yang digunakan.

2.2 Advertising

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:150), periklanan adalah semua bentuk terbayar dari presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu.

Menurut Suhandang (2010:13), periklanan (advertising) adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah mediamassa atas penyiaran iklannya, misalnya, melalui program siaran televisi.

Menurut Lee dan Johnson (2007:3), periklanan adalah komunikasi komersial dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media yang bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, dirrect mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Kotler (2005:658) mendefinisikan “a dvertising


(19)

adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non-personal yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu yang memerlukan

pembayaran”.

Periklanan atau Advertising adalah suatu komunikasi masa yang harus dibayar untuk menarik kesaradan, menanamkan informasi, mengembangkan sifat, atau mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. (Kasali, 2007:10) secara sederhana iklan dapat didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.

Adapun AMA (American Marketing Association) dalam Fandy Tjiptono (2001:226) mendefinisikan advertising adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan advertising. Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa advertising adalah semua bentuk penyajian non personal, promosi, ide-ide, promosi barang atau jasa yang merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan advertising.

Biasanya advertising ini meliputi penggunaan media yang akan digunakan seperti surat kabar, televisi, radio, majalah, internet, billboard, dan lain-lain. Selanjutnya Kotler menambahkan bahwa dalam mengembangkan program a dvertising, manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif membeli. Kemudian mengambil lima keputusan utama dalam pembuatan program advertising ini, yang dikenal dengan lima M (5M), yaitu: a. Mission (misi), apakah tujuan advertising?


(20)

c. Messa ge (pesan), pesan apa yang harus disampaikan? d. Media, media apa yang akan digunakan?

e. Mea ssurement (pengukuran), bagaimana mengevaluasi hasilnya ? (Kotler, 2005:658).

2.2.1 Tujuan Iklan

Tujuan periklanan adalah untuk membujuk konsumen melakukan sesuatu (persuading/mempersuasi, membujuk pelanggan untuk memcoba produk atau jasa yang dijalankan). Reaminding, iklan menjaga merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. (lee dan jonhson, 2004:108).

Penjelasan tentang tujuan periklanan diungkapkan dalam buku manajemen pemasaran (Kotler 2004 : 114).

1. Informa tive Advertising

Periklanan membuat konsumen sadar (a ware) akan merek-merek baru, mendidik mereka berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfalisitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komukasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khayalak luas dengan biaya per kontak yang relatif rendah.

2. Persua sive

Iklan yang efektif mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang, persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni, menciptakan


(21)

permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

3. Reminder a dvertising

Iklan menjaga merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan dimasa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.

4. Iklan penguat (Reinforcement Advertisng)

Klasifikasi iklan ini bertujuan untuk meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan pilihan yang tepat.

2.2.2 Pentingnya Media Iklan

Kelley dan Jugenheimer (2004) dalam bukunya, Advertising Media Planning, menulis beberapa alasan pentingnya media bagi pihak yang menjalankan kampanye pemasaran, antara lain:

1. Mayoritas anggaran pemasaran digunakan untuk media Biaya space dan waktu untuk penempatan iklan sangat mahal. Menurut Advertising Research Foundation (2002), 80-85% anggaran kampanye pemasaran digunakan untuk membeli space ataupun spot iklan di media. Sedangkan 15-20% lainnya sudah mencakup semua kegiatan selebihnya yaitu penelitian, evaluasi pra dan pasca kampanye, pengembangan pesan iklan, biaya produksi, biaya administrasi dan


(22)

keuntungan untuk agen periklanan. Karena besarnya persentase biaya dari media iklan, maka sudah seharusnya manajer yang bertanggung jawab terhadap kampanye pemasaran harus berhati-hati terhadap rencana media. Menurut Kelley, terlalu banyak manajer yang berfokus pada pengembangan pesan iklan sehingga mengabaikan rencana media iklan yang dipakainya. 2. Menggunakan rencana media atau kombinasi media yang salah dapat

menghancurkan kampanye pemasaran. Walaupun jika tim kampanye pemasaran mempunyai pesan iklan yang hebat, namun jika pesan tersebut tidak mencapai audiens yang tepat maka akan menyia-nyiakan waktu dan tenaga.

3. Penggunaan media paling sedikit dipahami. Kampanye iklan biasanya dijual kepada kliennya dengan menggunakan pesan iklan karena pesan iklan-lah yang nantinya akan menarik audiens atau konsumen. Eksekutif atau manajer yang bertanggung-jawab kemudian memutuskan untuk menerima rencana kampanye tersebut hanya berdasarkan pesan iklan tersebut. Mereka cenderung melewatkan rencana media.

2.2.3 Media Sosial

Menurut Andreas kaplan dan Michael Haenlein mendefenisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, sosial blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar,


(23)

video, rating dan bookmark sosial (Kaplan dan haenlein, 2010;Weber,2009). Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalanya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social (misalnya second life).

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain facebook, myspace, plurk, dan twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa sapa yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh pesar. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan meda massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.


(24)

Pemasaran media sosial terdiri dari upaya menggunakan media sosial untuk membujuk konsumen mengenai produk dan jasa dari suatu perusahaan. Pemasaran media sosial adalah pemsaran menggunakan komunitas online, jaringan sosial, blog pemasaran dan banyak lagi. Berbeda dengan pemasaran secara tradisional, sosial media marketing (SMM) memiliki 3 keuntungan.

a. Media sosial menyediakan jendela bagi pemasar yang tidak hanya berguna untuk memasarkan produk dan jasa, tetapi berguna untuk mendengarkan saran dari konsumen.

b. Media sosial sangat mudah bagi pemsar untuk mengidentifikasi konsumen berdasarkan kelompok yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap suatu brand.

c. Media sosial dijalankan tanpa menggunakan biaya.

Sosial media kini semakin menjadi aspek yang mengakar dari kampanye politik, strategi pertahanan nasional, kebijakan publik, hubungan masyarakat, manajemen merek dan komunikasi antar perusahaan. Karena tugas utama dari pemasaran sebagai alat yang digunakan untuk menginformasikan konsumen tentang produk perusahaan, siapa mereka dan apa yang mereka tawarkan, pemasaran sosial memainkan peran penting dalam perusahaan.

2.2.4 Instagram

Instagram dikembangkan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang tergabung dalam perusahaan yang telah mereka kembangkan sendiri yaitu Burbn, Inc. Sebelum dibeli oleh Facebook, Twitter telah menyatakan minatnya untuk


(25)

membeli Instagram pada tahun 2011. Namun, pada akhirnya systrom bertemu dengan Zuckerberg (pendiri Facebook) untuk menjualnya ke Facebook tetapi Systrom dan Krieger menolak karena mereka ingin mendirikan perusahaan independen, namun Zuckerberg menyakinkan Systrom dan Krieger bahwa instagram akan lebih kuat di bawah Facebook. Zuckerberg mengatakan bahwa Instagram akan berfungsi sebagai perusahaan independen dibawah Facebook.

Instagram adalah layanan aplikasi berbagi foto yang pertama kali dapat diunduh di application store pada apple, dan hanya pengguna iOs lah yang dapat menggunakan aplikasi instagram ini awalnya. Instagram memfasilitasi penggunanya untuk mengambil foto, mengedit foto dan menyebarkan foto yang di unggah ke sosial media lainnya (twitter,facebook, tumblr, flickr), Maka dari itu instagram disebut sebagai sosial media photo sharing.

Pengguna instagram dapat menggunakan:

a) Mengupload foto ke berbagai media sosial secara mudah, seperti facebook dan twitter.

b) Mengikuti (follow) grup yang disukai.

c) Mengikuti member lain seperti selebritis atau teman.

d) Dapat membagi bagian penting didalam hidup melalui media photography.

2.2.4.1Instagram & efek ekonomis :

a. Membantu menghidupkan jasa jual beli online, seperti makanan, pakaian, aksesoris wanita, aksesoris gadget dll


(26)

b. Membantu menghidupkan arsitek dan seniman, instagram merupakan jejaring sosial berbasis foto yang juga sangat bermanfaat menghidupkan arsitek

c. Instagram memghidupkan jasa penambah followers. Kehadiran online shop di instagram yang membutuhkan banyak followers agar orang tertarik membeli dapat menumbuhkan peluang jasa tambah followers.

d. Instagram juga membantu fotografer supaya karyanya bisa dilihat banyak orang, sehingga ada keuntungan yang dihasilkan oleh fotografer.

e. Dengan hadirnya instagram juga menumbuhkan dan menghidupkan bisnis aplikasi editor foto.

f. Kehadiran instagram yang diakses melalui koneksi internet tentumya juga menambah keuntungan penyedia jaringan pra/pascabayar seperti Indosat, Im3, Telkomsel dll

2.3 Loyalitas Pelanggan

Menurut Rangkuti (2006: 318), pelanggan adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Seseorang bisa disebut pelanggan tanpa perlu membeli produk atau jasa, melainkan cukup hanya mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Kotler (2000) seperti yang dikutip oleh Japarianto dkk (2007)

menambahkan bahwa loyalitas sebagai “long term success of pa rticula r bra nd is not ba sed on the number of consumer who purcha se it only once, but on the number who become repea t purcha se”. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa


(27)

pelanggan yang loyal bukan diukur dari berapa banyak konsumen membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekomendasikan orang lain untuk membeli produk tersebut.

Pendapat ini juga sejalan dengan Griffin (2003) dalam Trisno Musanto (2004) bahwa loyalitas adalah, “when the customer is loya l, he or she exhibits purcha se behavior defined is ra ndom purcha se expressed over time by some decision-ma king unit”. Konsep loyalitas lebih banyak dikaitkan dengan perilaku. Bila seseorang pelanggan loyal, ia menunjukkan perilaku pembelian yang didefenisikan sebagai pembelian teratur yang dilakukan dari waktu ke promosi terus-waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi dari waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian tidak terjadi kurang dua kali.

Sedangkan menurut Tjiptono (2005:386), perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan loyalitas merek. Akan tetapi ada perbedaan antara keduanya. Bila loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka pembelian berulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali. Dengan kata lain, perilaku pembelian tidak merefleksikan loyalitas merek. Karena bisa jadi seseorang konsumen sangat menyukai suatu merek namun dia tidak loyal terhadap merek tersebut.

Tjiptono (2005:386) menambahkan bahwa pembelian ulang bisa merupakan hasil dominasi pasar oleh suatu perusahaan yang berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia. Konsekuensinya


(28)

pelanggan tidak memiliki peluang untuk memilih. Setelah itu, pembelian ulang bisa pula merupakan hasil dari upaya promosi terus menerus dalam rangka memikat dan membujuk pelanggan untuk membeli kembali merek yang sama. Pelanggan yang setia pada merek tertentu cenderung terikat pada merek tersebut dan akan membeli produk yang sama lagi sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya.

Griffin (2003:31) memberikan definisi bahwa pelanggan yang loyal adalah:

a. Melakukan pembelian berulang secara teratur. b. Membeli antar lini produk dan jasa.

c. Merekomendasikan kepada orang lain.

d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing.

Griffin (2005:20) juga mengemukakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal, antara lain:

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan yang baru lebih mahal).

2. Dapat mengurangi biaya transaksi.

3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen lebih sedikit).

4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.

5. Mendorong worth of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka merasa puas.


(29)

6. Dapat mengurangi biaya kegagalan.

2.3.1 Jenis Loyalitas

Tjiptono (2005:393) dengan mengkombinasikan komponen sikap dan perilaku pembelian ulang maka terdapat empat situasi kemungkinan loyalitas yaitu:

a . No Loya lty

Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk.Ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, sikap yang lemah bisa terjadi bila suatu produk atau jasa baru diperkenalkan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan produk. Kedua, berkaitan dengan dinamika pasar dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama.

b. Spurious Loya lty

Bila sikap yang relatif lemah disertai dengan pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Ini adalah situasi dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional seperti penempatan produk yang strategis; lokasi outlet jasa dipusat perbelanjaan atau dipersimpangan jalan ramai atau faktor diskon.

c. La ten Loya lty

Situasi laten loyalty tercermin bila sikap kuat disertai dengan pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar pemasar ini disebabkan pengaruh faktor-faktor nonsikap yang sama kuat atau bahkan


(30)

cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang.

d. Loyalty

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap jasa atau penyedia jasa bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

2.3.2 Tahapan Perkembangan Loyalitas Pelanggan

Menurut Hasan (2008:86) mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan berkembang mengikuti empat tahapan, sebagai berikut:

1. Tahap pertama: Loyalitas Kognitif

Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang memaksa menunjuk pada satu merekatas merek lainnya, loyalitas hanya didasarkan pada aspek kognisi saja.

2. Tahap kedua: Loyalitas Afektif

Loyalitas tahap kedua didasarkan pada aspek afektif konsumen.Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan kepuasan dari periode berikutnya.

3. Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif

Dimensi konatif (niat melakukan) yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afektif terhadap merek. Konasi melakukan sesuatu ke arah tujuan tertentu. 4. Tahap Keempat: Loyalitas Tindakan


(31)

Pada tahapan ini, untuk mengenali perilaku loyal pada tahap ini adalah komitmen pembelian ulang yang ditunjukkan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu secara teratur.

2.3.3 Faktor- Faktor Untuk Mengembangkan Loyalitas

Menurut Griffin (2003:20) terdapat dua faktor penting untuk mengembangkan loyalitas, yaitu:

1. Ketertarikan (attachment) yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibandingkan terhadap produk atau jasa pesaing potensial, ketertarikan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk oleh dua dimensi yaitu:

a. Tingkat preferensi yaitu seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu.

b. Tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan, yaitu seberapa signifikan pelanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari alternatif-alternatif lain.

2. Pembelian berulang yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibandingkan dengan produk lain dari pesaing.


(32)

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Jurnal

Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Faisal

(2011) Pengaruh Kepercayaan Merek, Persepsi Switching Cost Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus pada Konsumen Pertamax di Semarang) Kepercayaan Merek, Persepsi Switching Cost Kepuasan Konsumen (variabel terikat) Loyalitas Pelanggan (variabel bebas) Hasil penelitian membuktikan bahwa masing-masing variabel yaitu kepercayaan merek, switching cost dan kepuasan Pelanggan sama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap loyalitas konsumen pertamax di Semarang. Dimana variabel kepuasan pelanggan memiliki pengaruh tertinggi terhadap loyalitas bila dibandingkan dengan variabel-variabel yang lain (Kepercayaan Merek dan Switching Cost).

2 Azize Sahin, Cemal Zehir, Hakan Kitapci (2011

“The Effects of Bra nd

Experiences, Trust a nd Sa tisfa ction on Building Bra nd Loya lty; An Empirica l Resea rch On Globa l Bra nds”

Bra nd Experiences, Trusst a nd Sa tisfa ction (variabel terikat) Bra nd Loya lty (variabel bebas)

we propose the effects of bra nd experiences to

build long-la sting bra nd and customer rela tionship with bra nd trust, sa tisfa ction, a nd loya lty. The study wa s conducted on 258 respondents. As a result of this study, bra nd experiences, sa tisfa ction, trust ha ve positively effects bra nd loya lty


(33)

3 Selly Isabella (2012) “Pengaruh Kepercayaan dan Ikatan Sosial Terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu Simpati Pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”

Kepercayaan, Ikatan Sosial (variabel terikat) & Loyalitas Pelanggan (variabel bebas)

Hasil penelitian ini secara serempak (simultan)

menunjukkan bahwa ikatan sosial

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu simPATI pada

mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, sedangkan kepercayaan berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan Kartu simPATI pada mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU. 4 Felix

Pratama, Sandy wijaya (2015)

The Impa ct of Ma rketing Promotion through Socia l Media on

People’s Buying

Decision of Lenovo in Internet Era : A Survey of Socia l Media Users in Indonesia

People’s Buying

Decision (va ria bel dependen) & Ma rketing

Promotion, Socia l Media (va ria bel independen)

The survey shows tha t Lenovo ha s not done an effective ma rketing promotion through socia l media in Indonesia , a s we compa re it to the studies before tha t shows grea t influence of socia l media to

people’s buying

decision from the other bra nd

Sumber: Faisal (2011) Selly Isabella (2012) Azize Sahin, Cemal Zehir, Hakan Kitapci (2011) Felix Pratama, Sandy wijaya (2015).


(34)

2.5 Kerangka Konseptual

Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat penting karena apabila konsumen sudah setia terhadap suatu merek mereka akan melakukan pembelian ulang terhadap merek tersebut.

Menurut Amir (2005:62), kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu. Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya pembelajaran dan pengalaman. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek akan berdampak pada kesetian sikap ataupun prilaku konsumen terhadap merek. Konsep loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada sikap. Seseorang pelanggan yang loyal, akan menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu.

Kotler dan Armstrong (2008:150), periklanan adalah semua bentuk terbayar dari presentasi nonpribadi dan promosi ide,barang, atau jasa oleh sponsor tertentu. Periklanan melalui media sosial dapat digunakan untuk menjalin hubungan baik dengan konsumen, hal ini mengindikasikan iklan yang baik dapat menciptakan sikap loyalitas pelanggan.

Dengan adanya kepercayaan merek dan advertising melalui instagram dapat menjalin hubungan baik dengan konsumen, hubungan baik terhadap konsumen akan menunjukan seberapa loyal pelanggan terhadap produk. Sesuai pernyataan di atas, maka kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(35)

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual

Sumber : Amir (2005:62), (Kotler dan Armstrong (2008:150)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disimpulkan oleh peneliti, yang selanjutnya masih akan diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian menunjukkan secara jelas arah pengujiannya, dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek penelitian maupun pengumpulan data.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: kepercayaan merek dan advertising (iklan) melalui instagram mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan produk Lapink.

Kepercayaan Merek (X1)

Loyalitas Pelanggan (Y1)


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Bungin (2011: 89) menyatakan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di media sosial instagram pada produk Lapink. Penelitian ini dilakukan mulai bulan maret 2015 sampai dengan bulan mei 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dibuat untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti serta adanya keterbatasan informasi yang diperoleh pada objek penelitian.


(37)

1. Variabel independent (X) terdiri atas kepercayaan merek (X

1) dan a dvertising (iklan) (X

2).

2. Variabel dependent (Y) adalah loyalitas pelanggan.

3. Penelitian yang dilakukan juga terbatas pada followers media sosial instagram yang telah melakukan pembelian produk lapink.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah dan memberi gambaran yang jelas dalam pengukuran variabel penelitian.

Variabel-variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Variabel Independent (X)

a. Keperca ya a n merek (X 1)

Kepercayaan merek adalah keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merek.

b. Advertising (X 2)

Advertising adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditunjukan kepada masyarakat lewat suatu media.

2. Variabel Dependent (Y)

Loyalitas pelanggan adalah perilaku konsumen untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang.


(38)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Indikator Variabel Skala

Pengukuran Kepercayaan merek (X 1) Kepercayaan merek adalah keyakinan konsumen terhadap merek Lapink

1. Merek yang konsisten dengan kualitasnya

2. Harapan konsumen terhadap merek 3. Perusahaan tidak

akan menipu pelanggan Likert advertisng (X 2) Pesan yang menawarkan suatu produk yang ditunjukan kepada masyarakat lewat media instagram

1. Tingkat pengenalan konsumen

2. Model baju yang di diiklankan.

3. Informasi produk yang diiklankan Likert Loyalitas Pelanggan (Y) Perilaku konsumen untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang

1. Pelanggan yang terus menggukan produk lapink 2. Pelanggan

merekomendasikan produk lapink kepada orang lain 3. Pelanggan tidak

terpengaruh merek lain

Likert

3.5 Skala Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2010:93). Untuk keperluan analisis maka pengukuran dengan skala Likert ini dilakukan dengan pembagian sebagai berikut:


(39)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-Ragu (RG) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2010:93)

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80). Populasi dalam penelitian ini adalah Follower akun media sosial instagram Lapink sebanyak 944 followers data diambil tanggal 12 Maret 2015.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap akan dapat menggambarkan populasinya. Penulis menggunakan rumus Slovin, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi dengan rumus sebagai berikut:

� =

+ �

Keterangan rumus: n = ukuran sampel N = jumlah populasi


(40)

Maka jumlah sampel adalah:

� =

+ 944 �

944

2

� =

+ 944 ,

944

2

� = 9 ,4 orang dibulatkan menjadi 9 �� �

Metode pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling, yaitu dengan memilih orang atau unit yang paling mudah dijumpai. Menurut Sugiyono (2004:77), Accidental Sampling adalah pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti cocok sebagai sampel, dimana kriterianya utamanya adalah orang tersebut merupakan pelanggan yang telah membeli produk Lapink lebih dari dua kali.

3.7 Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pernyataan (kuesioner) kepada follower akun media sosial instagram yang telah membeli produk Lapink.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data ini


(41)

diperoleh melalui dokumen organisasi meliputi profil organisasi, struktur organisasi dan studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat menjadi referensi bagi penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Daftar Kuesioner

Pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih dengan harapan mereka akan memberi respon atas daftar pertanyaan tersebut. Jenis kuesioner adalah kuesioner tertutup.

Kuesioner ditentukan berdasarkan teori-teori tentang masing-masing variable yang telah dikumpulkan. Teori-teori tersebut akan dirangkum menjadi indikator-indikator dan dari indikator-indikator-indikator-indikator tersebut pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner akan ditentukan.

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda checklist. Jawaban tersebut selanjutnya diberi skor dengan skala Likert.


(42)

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengukur apakah kuesioner atau angket yang disebarkan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur menunjukkan apakah data yang diperoleh merupakan data yang valid. Uji validitas ini dilakukan kepada 30 orang follower akun media sosial instagram yang telah membeli produk Lapink.

Sebagai responden di luar dari sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang digunakan. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistic and Service Solution) 19.0 for windows. Suatu data dikatakan valid atau tidak valid dengan kriteria pengujian validitas kuesioner sebagai berikut :

1. Jika r hitung ≥ r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid. 2. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.


(43)

Tabel 3.9.1 Hasil Uji Validitas

Butir Pertanyaan Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlatio n Squared Multiple Correlatio n Cronbach's Alpha if Item Deleted Keterang an

Kepercayaan_1 44.80 33.407 .569 .659 .836 Valid

Kepercayaan_2 44.07 36.823 .535 .618 .836 Valid

Kepercayaan_3 44.47 36.602 .471 .466 .841 Valid

Advertising_1 44.30 36.562 .552 .573 .835 Valid

Advertising_2 44.40 38.179 .502 .520 .839 Valid

Advertising_3 44.23 37.151 .525 .556 .837 Valid

Advertising_4 44.33 38.989 .378 .587 .846 Valid

Advertising_5 44.00 38.897 .566 .545 .837 Valid

Advertising_6 44.17 38.695 .507 .392 .839 Valid

Loyalitas_1 44.13 37.706 .465 .666 .841 Valid

Loyalitas_2 44.27 35.651 .597 .819 .831 Valid

Loyalitas_3 44.13 35.568 .648 .712 .828 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 19, 2015

Tabel 3.8.1 menunjukan bahwa semua butir pernyataan memiliki nilai Corrected Item Tota l Correla tion lebih besar dari nilai <rtabel (0.361). dengan demikian semua butir pernyataan dinyatakan valid dan koesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian realibilitas.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama. Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,80, maka pertanyaan tersebut dikatakan realiabel.


(44)

2. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,80, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak realiabel.

Tabel 3.9.2 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

.849 .855 12

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 19, 2015

Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 3.9.2 Cronbach Alpha sebesar 0,849 Karena Cronbach Alpha diatas 0,80 maka seluruh butir pernyataan adalah realiabel.

3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian. Kuesioner ini berisikan tentang karakteristik responden, dan deskriptif variabel untuk mendapatkan informasi yang relevan.

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik, agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisien. Adapun beberapa kriteria asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:


(45)

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti dan mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2 -tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2010:151).

2. Uji Heteroskedastisitas

Adanya varians variable kepercayaan merek dan advertising (iklan) melalui instagram adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel Loyalitas pelanggan (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Var iance Inflation Factor ) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang


(46)

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, 2008:104).

3.10.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik regresi linier berganda. Persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + b

1X1 + b2X2 + e Keterangan:

Y = Loyalitas Pelanggan a = Konstanta

b

1b2 = Koefisien regresi X

1 = Skor dimensi Kepercayaan Merek X

2 = Skor dimensi Advertising (iklan) e = Standar error

3.11 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan merek dan advertising (iklan) melalui media sosial instagram terhadap loyalitas pelanggan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan:


(47)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b1b2 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : b1b2 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5% H0 ditolak jika Fhitung >Ftabelpada α = 5% 2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5% H0 ditolak jika thitung > ttabelpada α = 5% 3. Uji Determinasi (R2)


(48)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0< R2<1.

Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lapink

Lapink was formed in Januari 2010, when two bestfriend ella and indah with different personalities and one Interest. They think they have the same passion and dream about fashion and business. They believes that dreams could come true with the ability to create design with characteristic and unique cuttings but still comfort to those who wear them. They hope that each of Lapink product is a piece that you loved because they made it with love too.

Gambar 4.1 Merek Lapink

Sumber: Lapink 4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan menginterpretasikan hasil penelitian berupa identitas responden dan distribusi jawaban terhadap masing-masing variabel.

4.2.1 Karakteristik Responden

Berikut ini adalah tabulasi mengenai karakteristik responden yang berjumlah 91 orang, di distribusikan sebagai berikut :


(50)

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Pria 30 32%

Wanita 61 68%

T O T A L 91 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah wanita dengan presentase sebesar 68%, dan pria sebesar 32%.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Produk Lapink

Frekuensi Membeli Jumlah Presentase

Dua kali 34 37%

Lebih dari 2 kali 57 63%

T O T A L 91 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas frekuensi membeli Lapink adalah lebih lebih dari 2 kali dengan presentase sebesar 63%, dan hanya dua kali dalam sebulan sebesar 37%.

Tabel 4.3

Karakteristik Frekuensi Responden Berkunjung Pada Akun Instagram Sebulan Terakhir

Frekuensi Berkunjung Jumlah Presentase

Dua Kali 37 41%

Lebih Dari 2 Kali 54 59%

T O T A L 91 100%


(51)

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas lama menjadi pelanggan Lapink adalah lebih dari 2 kali dengan presentase sebesar 59%, dan dua kali sebesar 41%.

4.2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepercayaan Merek, Advertising dan Loyalitas Pelanggan

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepercayaan Merek (X1) No.

Item

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

1 8 8,8 1 1,1 21 23.1 38 41,8 23 25,3 91 100 2 0 0 2 2,2 6 6,6 45 49,5 38 41,8 91 100 3 3 3,3 5 5,5 19 20,9 36 39,6 28 30,8 91 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

1. Pada pernyataan pertama, dari 91 responden, sebanyak 25,3% responden menyatakan sangat setuju bahwa Lapink memiliki kualitas yang sesuai dengan promosi yang dilakukan, 49,5% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan kurang setuju, 1,1% menyatakan tidak setuju, dan 8,8% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, artinya produk Lapink memang menjual pakaian yang berkualitas sesuai dengan promosi yang dilakukan. 2. Pada pernyataan kedua, dari 91 responden, sebanyak 41,8% responden

menyatakan sangat setuju bahwa saya berharap produk Lapink tetap menjaga kualitas pakaiannya, 49,5% menyatakan setuju, 6,6% menyatakan kurang setuju, 2,2% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat


(52)

tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya para responden ingin Lapink menjaga kualitas dari pakaiannya.

3. Pada pernyataan ketiga, dari 91 responden, sebanyak 30,8% responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya percaya terhadap iklan yang di upload instagram produk lapink, 39,6% menyatakan setuju, 20,9% menyatakan kurang setuju, 5,5% menyatakan tidak setuju, dan 3,3% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya sebagian besar responden sejutu dan percaya terhadap iklan instagram Lapink.

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Advertising (X2) No.

Item

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

1 9 9,9 1 1,1 20 22,0 36 39,6 25 27,5 91 100 2 2 2,2 6 6,6 22 24,2 44 48,4 17 18,7 91 100 3 0 0 4 4,4 18 19,8 39 42,9 30 33,0 91 100 4 0 0 6 6,6 16 17,6 36 39,6 33 36,3 91 100 5 1 1,1 3 3,3 8 8,8 42 46,2 37 40,7 91 100 6 4 4,4 5 5,5 8 8,8 41 45,1 33 36,3 91 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

1. Pada pernyataan pertama, dari 91 responden, sebanyak 27,5% responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya selalu melihat foto yang di unggah instagram produk Lapink, 39,6% menyatakan setuju, 22% menyatakan kurang setuju, 1,1% menyatakan tidak setuju, dan 9,9% responden menyatakan sangat


(53)

tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya responden sering melihat foto yang diunggah instagram Lapink.

2. Pada pernyataan kedua, dari 91 responden, sebanyak 18,7% responden menyatakan sangat setuju bahwa melihat iklan instagram produk Lapink dalam 2 kali dalam 1 minggu., 48,4% menyatakan setuju, 24,2% menyatakan kurang setuju, 6,6% menyatakan tidak setuju, dan 2,2% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya responden 2 kali dalam seminggu melihat iklan instagram Lapink.

3. Pada pernyataan ketiga, dari 91 responden, sebanyak 33,0% responden menyatakan sangat setuju dan Model baju yang di unggah instagram produk Lapink sangat menarik sehingga menarik keinginan responden untuk membeli, 42,9% menyatakan setuju, 19,8% menyatakan kurang setuju, 4,4% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya model yang menarik sehingga meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk Lapink.

4. Pada pernyataan keempat, dari 91 responden, sebanyak 36,3% responden menyatakan sangat setuju bahwa Unggahan Foto yang di upload instagram produk Lapink sesuai dengan yang aslinya., 39,6% menyatakan setuju, 17,6% menyatakan kurang setuju, 6,6% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya foto yang di unggah di instagram Lapink sesuai dengan yang aslinya sehingga konsumen percaya terhadap iklan instagram Lapink.


(54)

5. Pada pernyataan keempat, dari 91 responden, sebanyak 40,7% responden menyatakan sangat setuju bahwa Ukuran Baju produk Lapink sesuai dengan informasi produk yang ditawarkan., 46,2% menyatakan setuju, 8,8% menyatakan kurang setuju, 3,3% menyatakan tidak setuju, dan 1,1% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya ukuran baju Lapink sesuai dengan informasi yang di tawarkan produk Lapink.

6. Pada pernyataan keempat, dari 91 responden, sebanyak 36,3% responden menyatakan sangat setuju bahwa Kualitas bahan yang digunakan produk Lapink sesuai dengan iklan yang di unggah instagram Lapink., 45,1% menyatakan setuju, 8,8% menyatakan kurang setuju, 5,5% menyatakan tidak setuju, dan 4,4% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya kualitas bahan sesuai dengan informasi yang di iklankan produk Lapink.

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Loyalitas Pelanggan (Y) No. Item

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % F %

1 2 2,2 6 6,6 10 11,0 36 39,6 37 40,7 91 100 2 3 3,3 5 5,5 8 8,8 47 51,6 28 30,8 91 100 3 1 1,1 8 8,8 6 6,6 42 46,2 34 37,4 91 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

1. Pada pernyataan pertama, dari 91 responden, sebanyak 40,7% responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya melakukan pembelian ulang secara teratur produk Lapink, 39,6% menyatakan setuju, 11,0% menyatakan kurang


(55)

setuju, 6,6% menyatakan tidak setuju, dan 2,2% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya responden menyatakan sanggat sejutu dan melakukan pembelian ulang secara teratur produk Lapink.

2. Pada pernyataan kedua, dari 91 responden, sebanyak 30,8% responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya tidak mudah terpengaruh oleh bujukan/tarikan dari merek lain, 51,6% menyatakan setuju, 8,8% menyatakan kurang setuju, 5,5% menyatakan tidak setuju, dan 3,3% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya responden tidak terpengaruh oleh bujukan yang ditawarkan oleh merek lain.

3. Pada pernyataan ketiga, dari 91 responden, sebanyak 37,4% responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya merekomendasikan produk Lapink kepada keluarga dan teman, 46,2% menyatakan setuju, 6,6% menyatakan kurang setuju, 8,8% menyatakan tidak setuju, dan 1,1% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut artinya responden melakukan worth of mouth terhadap produk Lapink sehingga merekomendasikan produk ke teman dan keluarga responden.

4.3Analis Statistik Penelitian 4.3.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Tujuan normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak,


(56)

yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan kolmogorv-Smirnow. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (0,05) maka Asymp,sig (2-tailed) diatas nilai signifikansi 5% (0,05) artinya variiabel residual berdistribusi normal.

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi yang mendekati distribusi normal. a. Pendekatan Histogram

Gambar 4.2: Histogram Uji normalitas Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa residual data berdistribusi normal, hal ini ditunjukan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.


(57)

a. Pendekatan Grafik

Gambar 4.3 : Histogram Uji Normalitas Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Gambar 4.3 Normal P-P Plot terlihat titik-titik yang mengikuti data disepanjang garis normal, hal ini berarti residual data berdistribusi normal. b. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistik tidak berdistribusi normal. Pengujuian normalitas yang didasarkan dengan uji statistik Non-parametik Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:


(58)

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Pendekatan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 91

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.46022428

Most Extreme Differences Absolute .076

Positive .076

Negative -.071

Kolmogorov-Smirnov Z .724

Asymp. Sig. (2-tailed) .670

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Tabel 4.7 Terlihat bahwa nilai Asymp.sig (2 tailed) adalah 0,670 dan nilai signifikan (0,05), karena nilai Asymp.sig (2 tailed) di atas 0,05 yaitu 0, 670 hal ini berarti menunjukan bahwa residual data berdistribusi normal

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedestisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedestisitas atau tidak terjadi heteroskedestisitas.

Untuk mengatasi kelemahan pengujian dengan grafik dapat menggunakan pendekatan statistik dengan uji glejser, heteroskedestisitas tidak akan terjadi apabila tidak satupun varaibel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi


(59)

varaibel dpenden nilai absolute Ut (absUt). Jika probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

a. Metode Pendekatan Grafik

Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik, yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedestis.

Gambar 4.4 : Scatter Plot Uji Hetoroskedestisitas Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.


(60)

b. Metode Pendekatan Statistik (Uji Glejer) Tabel 4.8

Hasil Uji Glejer Heteroskedetisitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Tebel 4.8 terlihat varaibel Independent (Kepercayaan merek dan Advertising) yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent a bsolute Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas X1 dan X2 (0,303) dan (0.559) diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05), jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedestisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai Cutoff

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 1.501 .521 2.881 .005

KepercayaanMerk -.083 .080 -.224 -1.035 .303

Advertising .026 .044 .127 .586 .559


(61)

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah apabila Tolerance Value, > 0,1 sedangkan VIF < 5 maka tidak terjadi multikolineritas.

Berikut ini disajikan cara medeteksi multikolinieritas dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan varianace infla tion fa ctor (VIF).

Tabel 4.9

Hasil Uji Nilai Tolerance dan VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 1.501 .521 2.881 .005

KepercayaanMerk -.083 .080 -.224 -1.035 .303 .239 4.183

Advertising .026 .044 .127 .586 .559 .239 4.183

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015) Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa :

1. Nilai VIF dari nilai kepercayaan merek dan advertising lebih baik kecil atau dibawah 5 (VIF<5) yaitu 4,183, ini berarti tidak terkena multikolinieritas antara variabel independen dalam model regresi.

2. Nilai Tolerance dari kepercayaan merek dan advertising lebih besar dari 0,1 yaitu 0,239 ini berarti tidak terdapat multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi,

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik regresi linier berganda Persamaan yang digunakan adalah:


(62)

Y = a + b

1X1 + b2X2 + e Keterangan:

Y = Loyalitas Pelanggan a = Konstanta

b

1b2 = Koefisien regresi X

1 =Skor dimensi Kepercayaan Merek X

2 = Skor dimensi Advertising (iklan) e = Standar error

berdasarkan pengujian menggunakan SPSS versi 19 for windows, maka hasil persamaan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10

Hasil Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) .988 .831 1.189 .238

KepercayaanMerk .008 .127 .008 .063 .950

Advertising .467 .070 .820 6.692 .000

a. Dependent Variable: Loyalitas_Pelanggan Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui kolom kedua (Unstandardized Coefficients) bagian B diperoleh nilai b1 variabel tingkat kepercayaan merek 0,008 nilai b2 variabel advertising sebesar 0,467 dan nilai konstanta (a) adalah 0,988 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :


(1)

54

4

5

4

55

3

4

4

56

5

5

5

57

3

2

2

58

4

4

4

59

5

4

5

60

5

5

5

61

3

3

4

62

3

4

4

63

4

3

4

64

5

5

5

65

4

4

3

66

4

5

5

67

5

5

5

68

5

4

5

69

2

1

2

70

1

2

2

71

4

4

4

72

4

4

4

73

5

5

5

74

5

4

5

75

5

5

5

76

4

5

4

77

5

4

4

78

5

5

5

79

4

4

5

80

5

5

5

81

2

2

1

82

4

5

5

83

5

4

4

84

5

4

4

85

4

5

4

86

3

3

4

87

5

5

5

88

4

4

4

89

2

1

2

90

5

4

4


(2)

Lampiran 3

Hasil Output SPSS 19

Butir

Pertanyaan

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance

if Item

Deleted

Corrected

Item-Total

Correlatio

n

Squared

Multiple

Correlatio

n

Cronbach's

Alpha if

Item

Deleted

Kepercayaan_1

44.80

33.407

.569

.659

.836

Kepercayaan_2

44.07

36.823

.535

.618

.836

Kepercayaan_3

44.47

36.602

.471

.466

.841

Advertising_1

44.30

36.562

.552

.573

.835

Advertising_2

44.40

38.179

.502

.520

.839

Advertising_3

44.23

37.151

.525

.556

.837

Advertising_4

44.33

38.989

.378

.587

.846

Advertising_5

44.00

38.897

.566

.545

.837

Advertising_6

44.17

38.695

.507

.392

.839

Loyalitas_1

44.13

37.706

.465

.666

.841

Loyalitas_2

44.27

35.651

.597

.819

.831

Loyalitas_3

44.13

35.568

.648

.712

.828

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items

N of

Items


(3)

(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 91

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.46022428

Most Extreme Differences Absolute .076

Positive .076

Negative -.071

Kolmogorov-Smirnov Z .724

Asymp. Sig. (2-tailed) .670

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 1.501 .521 2.881 .005

KepercayaanMerk -.083 .080 -.224 -1.035 .303 .239 4.183

Advertising .026 .044 .127 .586 .559 .239 4.183

a. Dependent Variable: absut

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) .988 .831 1.189 .238

KepercayaanMerk .008 .127 .008 .063 .950

Advertising .467 .070 .820 6.692 .000

a. Dependent Variable: Loyalitas_Pelanggan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 1.501 .521 2.881 .005

KepercayaanMerk -.083 .080 -.224 -1.035 .303

Advertising .026 .044 .127 .586 .559


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 415.130 2 207.565 95.182 .000a

Residual 191.903 88 2.181

Total 607.033 90

a. Predictors: (Constant), Advertising, KepercayaanMerk b. Dependent Variable: Loyalitas_Pelanggan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) .988 .831 1.189 .238

KepercayaanMerk .008 .127 .008 .063 .950

Advertising .467 .070 .820 6.692 .000

a. Dependent Variable: Loyalitas_Pelanggan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .827a .684 .677 1.477

a. Predictors: (Constant), Advertising, KepercayaanMerk b. Dependent Variable: Loyalitas_Pelanggan