Uji stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih

17 ransum standar secara ad libitum. Selama proses aklimasi satu minggu, dilakukan penimbangan berat badan awal dan berat badan akhir. Pengelompokan tikus berdasarkan berat badan yang diatur sedemikian rupa sehingga rataan antar kelompok tidak berbeda nyata. 3 Pemberian larutan uji secara oral Perlakuan pemberian minuman fungsional uji secara oral pada tikus dilakukan untuk memastikan pengaruh konsumsi minuman fungsional terhadap dosis yang telah ditetapkan. Perlakuan ini diberikan kepada empat kelompok perlakuan di mana setiap kelompok perlakuan tikus yang masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus jantan dan 5 ekor tikus betina dan diberi perlakuan secara terpisah selama satu minggu. Selama perlakuan, tikus diberi ransum standard dan air minum secara ad libitum, serta pertambahan berat badan dan jumlah ransum yang dikonsumsi dicatat. Selanjutnya tikus uji diterminasi dan dibedah untuk diamati gejala toksisitasnya pada beberapa organ, yaitu jantung, ginjal, hati, limfa, paru- paru, sekum, dan kelenjar lemak badan dan darah tikus. Proses terminasi dilakukan dengan penarikan tulang belakang tikus hingga pingsan. Setelah proses terminasi, organ tubuh ditimbang dan sampel darah tikus disentrifuse sampai didapatkan serum, dan dilakukan analisa komposisi lipida. Nilai LD 50 dari minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih mengikuti pedoman OECD 2001. 4 Pengamatan gejala toksisitas secara visual selama proses penyondehan Perlakuan pemberian larutan uji secara oral dilakukan satu kali sehari untuk menyamakan tingkat stress yang dialami oleh semua tikus, dan dilakukan selalu pada waktu yang sama kemudian diamati gejala toksik yang ditimbulkan selama 30 menit pertama setelah perlakuan. Gejala toksik yang diamati berupa gejala kelainan pada mata, saliva, nafsu makan, pola tidur, tingkah laku, kerontokan bulu, tingkat diare, dan tingkat kematian tikus uji.

c. Uji stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih

Penentuan stabilitas formula minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih dilakukan dengan metode akselerasi pada suhu 5 , 30 , 45 , dan 55 C. Sebelum dilakukan pengujian stabilitas pada beberapa suhu penyimpanan dilakukan proses pembotolan. Selanjutnya selama penyimpanan dilakukan pengamatan terhadap parameter berikut : pH, total mikroba TPC, dan evaluasi sensori terhadap atribut rasa, warna, aroma, dan overall. Di samping itu dilakukan pula pengukuran warna menggunakan chromameter. Secara rinci, rangkaian kegiatan uji stabilitas formula minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Proses pembotolan Pada uji stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih, produk dikemas dalam botol kaca gelap berukuran 150 ml. Proses pengemasan produk dilakukan dengan proses pasteurisasi dengan memasukkan produk pada kondisi panas ke dalam botol kaca gelap steril. Produk yang telah dimasukkan ke dalam botol direbus kembali dalam air mendidih sampai suhu di dalam produk mencapai 70 C dan dibiarkan selama 30 menit atau sampai terjadi peningkatan 18 volume produk yang telah dikemas, kemudian botol ditutup, dan diberi heat shock dengan pendinginan melalui media air. 2 Proses penyimpanan Proses penyimpanan produk dilakukan untuk mengetahui stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih dalam empat suhu penyimpanan yaitu 5 , 30 , 45 , dan 55 C. Proses penyimpanan dilakukan secara terkontrol dengan interval pengamatan setiap satu minggu. Proses penyimpanan dilakukan dengan metode akselerasi selama satu bulan. Data-data pengamatan selama penyimpanan diolah dengan menggunakan persamaan Arhennius ordo ke-nol dan ke-satu untuk mengetahui stabilitas setiap parameter yang diuji. Parameter yang diuji meliputi: pH, total mikroba, derajat warna, dan evaluasi sensori produk. a Pengukuran pH minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih selama penyimpanan Pengukuran nilai pH dilakukan terhadap formula terpilih dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah distandardisasi dengan buffer pH standar. Pengukuran pH dilakukan setiap satu minggu pada keempat parameter suhu penyimpanan. b Pengamatan mikrobiologi minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih selama penyimpanan Pengamatan mikrobiologi dilakukan dengan cara melakukan analisis Total Plate Count TPC pada pengenceran 10 , 10 1 , dan 10 2 yang dilakukan secara duplo dengan dua kali ulangan perlakuan setiap minggu pada keempat parameter suhu penyimpanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan mikroba kontaminan selama proses penyimpanan. c Pengukuran derajat warna minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih selama penyimpanan Warna sampel dianalisis menggunakan Chromameter Minolta yang telah distandardisasi dengan white plate sebanyak tiga ulangan untuk memperoleh nilai kecerahan, kemerahan, dan nilai kekuningan sampel uji. Pengukuran parameter warna dilakukan setiap minggu terhadap empat suhu penyimpanan yang berbeda. d Evaluasi sensori minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih selama penyimpanan Evaluasi sensori minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih dilakukan berdasarkan uji rating hedonik untuk melihat perubahan nilai kesukaan panelis terhadap minuman fungsional formula terpilih pada keempat kondisi suhu penyimpanan selama satu bulan dengan interval waktu satu minggu. Evaluasi sensori dilakukan terhadap atribut rasa, aroma, warna, dan overall produk minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih. 19 3 Penentuan stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih berdasarkan parameter pengamatan Penentuan stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih dilakukan terhadap hasil pengamatan parameter pH, total mikroba, warna, dan evaluasi sensori pada suhu penyimpanan yaitu 5 , 30 , 45 , dan 55 C. Penentuan stabilitas minuman fungsional kunyit asam citarasa terpilih ditentukan dengan menggunakan metode akselerasi berdasarkan persamaan Arhennius pada ordo reaksi nol dan ordo reaksi satu. Setelah didapatkan nilai stabilitas dari setiap parameter pada ordo nol dan ordo satu, ditarik garis lurus yang mewakili nilai stabilitas ordo terpilih dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dari setiap parameter uji, maka dapat dinyatakan sebagai nilai stabilitas produk. Nilai stabilitas produk selanjutnya dikonversi menjadi umur simpan produk dengan melihat nilai stabilitas pada suhu 5 C dan 30 C. Pemilihan kedua suhu di atas dilakukan dengan asumsi selama distribusi dan penyimpanan minuman kunyit asam formula citarasa terpilih akan disimpan di lemari es dan suhu ruang. 20

IV. PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan 1.

Pembuatan Larutan Stok Bahan Penyusun Minuman Fungsional Kunyit Asam Metode ekstraksi kunyit yang digunakan adalah maserasi dengan cara pencampuran yang berbeda, yaitu: 1 pencampuran sampel dengan air mendidih penyeduhan dan dilakukan pengadukan selama lima menit; dan 2 perebusan sampel dalam air sampai mendidih dan dibiarkan lima menit sambil diaduk. Pemilihan kedua metode ini dilakukan mengikuti metode pembuatan jamu secara tradisional yang biasa dilakukan oleh pedagang jamu gendong di Indonesia. Proses pengadukan dilakukan untuk meningkatkan kelarutan agar diperoleh ekstrak jamu yang larut sempurna. Pada masing - masing cara digunakan sampel sebanyak 25 gram dengan penambahan 225 ml air, dan dilakukan perhitungan rendemen Tabel 3. Tabel 3. Rendemen ekstrak kunyit dengan metode penyeduhan dan perebusan Metode Sampel g Air ml Ekstrak g Rendemen Penyeduhan 25.0511 225 170 67.99 Perebusan 25.0137 225 95 38.00 Rendemen tertinggi diperoleh dari cara ekstraksi dengan penyeduhan, tetapi penentuan cara ekstraksi terpilih memperhatikan parameter lain, yaitu: a kelarutan sampel yang berimplikasi pada kekentalan dan adanya perbedaan fasa ; dan b evaluasi sensori. Tabel 4. Evaluasi sensori ekstrak kunyit metode penyeduhan dan perebusan No Parameter Penyeduhan Perebusan 1. Aroma Kunyit segar Tidak segar 2. Warna Kuning cerah Kuning kecoklatan 3. Rasa Pahit Pahit 4. Kekentalan Encer Kental Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa metode penyeduhan menghasilkan rendemen lebih besar 67.99 dibandingkan dengan metode perebusan 38. Pada ekstraksi dengan metode penyeduhan tidak terjadi kehilangan air melalui proses penguapan sehingga rendemen lebih banyak dibanding metode perebusan. Menurut Sembiring et. al 2006, ekstraksi kurkumin dengan pelarut air akan menghasilkan ekstrak dengan kadar kurkumin sebesar 0.02 - 1 dengan kandungan minyak atsiri kurang dari 5. Ekstraksi kurkumin dengan pelarut alkohol 70 akan menghasilkan ekstrak dengan kadar kurkumin sebesar 1.34 - 2.88 dan kandungan minyak atsiri sebesar 6.48 Sembiring et al. 2006. Selain penggunaan pelarut, efisiensi dan kemudahan ekstraksi ditentukan pula oleh komponen - komponen lain yang terkandung dalam bahan yang diekstrak. Berdasarkan data