Padatan Tersuspensi Total TSS Salinitas
di Kep. Spermonde dengan hasil 900 – 4.400 mg.C.m
-2
.h
-1
. Penelitian-penelitian produksi lamun di perairan Indonesia lainnya hanya memberikan nilai produksi
lamun dalam berat kering, nilai terendah adalah 0,6 g.BK. m
-2
.h
-1
Cymodocea serrulata
dan yang tertinggi adalah 8,1 g.BK. m
-2
.h
-1
Kusumastanto et al. 1999 menyatakan bahwa produksi perikanan ekosistem padang lamun dapat dihitung seperti pada nilai produksi perikanan pada
ekosistem terumbu karang. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai ekonomi padang lamun di Balerang dan Bintan yaitu : ikan 3,858.91 US Shath,
pencegahan erosi 34,871.75 US Shath, biodiversity 15.00, US Shath, dan total nilai ekonominya adalah 38,745.66 US S hath.
Thalassia hemprichii Azkab, 1999.
Tomascik et al. 1997 menjelaskan bahwa molusca telah banyak dieksploitasi dari ekosistem padang lamun karena memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Jenis hewan tersebut telah mengalami penurunan jumlah populasi di ekosistem padang lamun Teluk Kute dan Teluk Gerupuk Lombok Selatan. Azkab
1988 menyatakan bahwa akhir – akhir ini telah terjadi peningkatan eksploitasi hewan echinodermata khususnya teripang.
Perbandingan jumlah komposisi fauna yang berasosiasi dengan vegetasi lamun tergantung pada tipe padang lamun, pada padang lamun yang bertipe
campuran yaitu zona Enhalus acoroides, didominasi oleh jenis fauna Gastropoda, dan pada zona Halodule uninerve didominasi oleh bivalvia kerang – kerangan
dan pada jenis Halophila didominasi oleh jenis Crustacea. Asosiasi antara lamun dengan hewan dapat terjadi jika ekosistem padang
lamun dapat : 1 menyediakan makanan, 2 tempat perlindungan dari predator, 3 meningkatkan ruang kehidupan. Menurut De Iongh 1995 duyung lebih suka
makan Halodule uninervis. Merujuk pada hasil penelitiannya dapat ditegaskan bahwa terdapat korelasi antara jumlah duyung dan makanan yang tersedia. Selain
itu, perubahan kelimpahan lamun dan kualitas haranya akan mempengaruhi pergerakan dan siklus kawin duyung.