Karbon dan Biomassa TINJAUAN PUSTAKA

pohon merupakan salah satu ciri khas hutan tropis dimana dapat ditemukan sekitar 100 spesies pada wilayah seluas 2,6 km 2 . Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tropis terutama meliputi pulau- pulau Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya, Sulawesi, dan beberapa Pulau Maluku dengan jenis kayu penting antara lain: Shorea sp, Hopea sp, Dipterocarpus sp, Vatica sp, dan Dryobalanops serta genus-genus lain Soerianegara dan Indrawan 1998.

2.2 Karbon dan Biomassa

Hutan tropika mengandung biomassa dalam jumlah besar dan oleh karena itu hutan tropika mampu menyerap karbon dalam jumlah yang besar pula. Selain pada pohon yang hidup, karbon tersimpan pula dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah Whitmore 1985, dalam Handoko 2007. Menurut Anwar 1984, dalam Purwitasari 2011, biomassa tumbuhan adalah jumlah berat kering dari seluruh bagian yang hidup dari tumbuhan dan untuk memudahkannya kadang-kadang dibagi menjadi biomassa di atas permukaan tanah daun, bunga, buah, ranting, cabang, batang dan biomassa di bawah permukaan tanah akar. Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas tonha. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO 2 dari atmosfer dan mengubah senyawa tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis Whitmore 1985. Biomassa hutan memiliki kandungan karbon yang potensial. Hampir 50 dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut dapat dilepas ke atmosfir dalam bentuk karbondioksida CO 2 apabila hutan dibakar, sehingga jumlahnya bisa meningkat secara drastis di atmosfir dan menjadi masalah lingkungan global. Oleh karena itu, pengukuran terhadap biomassa sangat dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar jumlah karbon yang tersimpan di dalam hutan Jaya et al. 2007. Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan Lugo dan Snedaker 1974, dalam Handayani 2003. Selain faktor-faktor tersebut, iklim seperti curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon Kusmana 1993. Suhu tersebut berdampak pada proses biologi dalam pengambilan karbon oleh tanaman dan penggunaan karbon dalam aktifitas dekomposer. Pertukaran karbon terjadi secara alami antara atmosfir, lautan, dan daratan, namun pola pertukaran itu telah dirubah karena adanya aktivitas manusia dan alih guna lahan. Sumber emisi terbesar di Indonesia berasal dari kegiatan kehutanan, terutama deforestasi dan perubahan fungsi lahan. Menurut Dury et al. 2002, dalam Ginoga 2004 dalam tegakan hutan massa karbon terdapat dalam: a. Pepohonan dan akar: biomassa hidup baik yang terdapat di atas permukaan atau di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon, termasuk batang, daun dan cabang dan akar. b. Vegetasi lain: vegetasi bukan pohon semak, belukar, herba, rerumputan. c. Sampah hutan: biomassa mati di atas lantai hutan, termasuk sisa pemanenan. d. Tanah: karbon tersimpan dalam bahan organic humus maupun dalam bentuk mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan sekarang serta kondisi pengolahan. Hutan tropika merupakan salah satu penyedia karbon yang memiliki potensi yang besar. Menurut Junaedi 2007, dalam Wulansih 2012, hutan tropis dataran rendah areal bekas tebangan menyimpan massa karbon di atas permukaan tanah sebesar 57,68–107,71 ton Cha dan di hutan primer sebesar 229,33 ton Cha.

2.3 Metode Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon Pohon