Objektivitas Auditor Internal Tinjuan Literatur

19 Menurut Sumarsan 2013:72 komunikasi merupakan kunci utama dari umpan balik feedback. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim sender kepada penerima receiver. Suatu komunikasi dimulai dengan pengiriman sebuah pesan oleh pengirim sender yaitu melakukan encode pengkodean yang dilakukan melalui saluran formal maupun saluran informal baik secara internal maupun eksternal, yang kemudian oleh si penerima membuka kode pesanan decode. Jadi, seorang individu tidak dapat mengkomunikasikan apa yang tidak diketahui, dan seandainya pengetahuan seseorang terlalu luas, mungkin penerima tidak akan memahami tidak akan memahami pesan dari pengirim. Sehingga faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam berorganisasi adalah dengan adanya komitmen dari manajemen puncak dan komunikasi anggota organisasi yang berkesinambungan. Kemudian menurut Sandesh Sheth 2010 dalam Komala 2012:4 menyatakan dukungan manajemen menjadi kunci utama yang menentukan sukses atau tidaknya saat berkembang dan pelaksanaan sebuah sistem didalam perusahaan. Dimensi dukungan manajemen pada penelitian ini adalah kewenangan yang berikan oleh manajemen terhadap auditor internal dan komitmen manajemen dalam membangun sebuah efektivitas internal auditor.

4. Objektivitas Auditor Internal

Menurut Tjaya dan Sudarminta 2005:vi objektivitas dikenal sebagai representatif akurat, impersonal, tak terlibat atau berjarak, bebas-nilai dan bebas-kepentingan. Namun, apakah penafsirannya tepat atau melesat, benar 20 atau keliru, memadai atau tidak, bersifat membangun atau merusak jaringan hidup bersama, tidak dapat hanya didasarkan atas keyakinan pribadi atau ideologi kelompok ekslusif yang menafsirkan. Menurut Masduki 2006:61 objektivitas adalah menampilkan fakta apa adanya, tanpa ditambah dan dikurangi. Menurut Tugiman 1997:101-102 objektivitas internal audit adalah sikap mental yang mandiri atau independen yang harus dikembangkan oleh pemeriksa internal dalam melaksanakan pemeriksaan. Pemeriksaan internal tidak boleh menempatkan penilaiannya dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu yang berhubungan dengan pemeriksaan berdasarkan penilaian orang lain. Menurut Boynton dkk 2006:59 objektivitas adalah suatu sikap mental. Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkatkan bila para anggota menjauhkan diri dari keadaan yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Jadi dapat disimpulkan objektivitas internal audit adalah sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang pengawas internal, dalam mencari fakta yang ada tanpa menambah atau mengurangi informasi yang ada lalu membuat keputusan sesuai dengan temuan yang ada. Salah satu ciri khas yang dimiliki auditor internal adalah objektivitas. Auditor internal bekerja secara independen dari unit-unit bisnis lainnya dalam perusahaan dan tidak mempunyai ikatan dengan individu atau kelompok 21 tertentu dalam perusahaan. Mereka hanya bertanggung jawab kepada dewan direksi perusahaan, yaitu CEO dan CFO. Agar auditor dapat mempertahankan objektivitasnya, mereka membuat pernyataan bahwa mereka tidak akan mengambil tanggung jawab operasional terhadap sistem organisasi perusahaan. Auditor bekerja terbatas dalam kapasitasnya sebagai penasihat. Mereka memberikan rekomendasi kepada manajemen, dan manajemen memutuskan apakah rekomendasi tersebut akan diimplementasikan atau tidak. Hal tersebut sesuai dengan prinsip dari internal auditor yang di bentuk IIA mengenai objektivitas internal auditor. Menurut prinsip IIA yang telah direvisi oleh The International Ethics Committee mengenai objektivitas: Internal auditors exhibit the highest level of professional objectivity in gathering, evaluating and communicating information about the activity or process being examined. Internal auditors make a balance assessment of all the relevant circumstances and are not unduly influenced by their own interest or by others in forming judgements. Auditor internal menunjukan tingkat tertinggi dari penilaian profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi mengenai aktivitas atau proses yang sedang berjalan. Internal auditor membuat keputusan berimbang dari semua kedaan dan tidak terganggu oleh kepentingan pribadi atau orang lain dalam membuat keputusan. Bukti audit menjadi salah satu objek dari internal audit. Semua keterampilan pemeriksaan pada hakikatnya diarahkan untuk menyajikan bukti evidence yang relevan dalam rangka menggambarkan temuan pemeriksaan 22 audit finding. Secara garis besar, bukti dapat dibedakan ke dalam 3 kategori, di mana keterkaitannya terlihat pada gambar berikut. Gambar. 2.1 Hubungan Antar Alat Bukti Kemudian dari bukti yang ditemukan, seorang auditor internal membandingkan dengan peraturan yang ada didalam perusahaan tersebut. Setelah membandingkan maka rekomendasi dapat diberikan Kumaat :2011. Menurut Merril 1984:111 dalam Sudibyo 2001:73 objektivitas dapat dicapai melalui 3 tiga cara. Pertama, pemisahan fakta dari pendapat. Kedua, menyajikan pandangan terhadap suatu fakta tanpa disertai dimensi emosional. Ketiga, berusaha untuk jujur dan seimbang, memberikan kesempatan kepada seluruh pihak untuk menjawab dalam cara memberikan banyak informasi kepada khalayak. Objektivitas internal audit juga dijelaskan dalam The Institute of Internal Auditors IIA dalam Rule of Conduct yang melukiskan norma-norma DATA EVIDENCE Bukti tertulis, yang dapat dikumpulkan secara on desk maupun on site WITNESS EVIDENCE Bukti keterangan Lisan dari saksi terkait, yang selanjutnya dituangkan dalam PHYSICAL EVIDENCE Bukti yang terlihat, dijumpai saat dilakukan observasiinspeksi langsung dilokasi audit 23 perilaku yang diharapkan dari auditor intern. Rule of Conduct membantu menginterpretasikan prinsip-prinsip ke dalam aplikasi praktis dan bermaksud untuk mengarahkan tingkah laku etis dari auditor intern. Menurut Rule of Conduct, internal auditor: a Tidak memiliki partisipasi dalam semua kegiatan ataupun hubungan yang dapat mengganggu atau dianggap dapat mengganggu penilaian. Partisipasi ini termasuk semua aktivitas dan hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan organisasi. b Tidak akan menerima apapun yang dapat mengganggu atau dianggap merusak penilaian profesional mereka. c Harus menggungkapkan semua kejadian material yang apabila tidak diungkapkan maka akan menimbulkan distorsi pelaporan kegiatan yang diperiksa. Secara umum dimensi yang diambil oleh peneliti adalah independensi dan temuan audit yang dapat menggambarkan secara keseluruhan dari objektivitas internal audit.

5. Efektivitas Fungsi Auditor Internal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peran Auditor Internal Dan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keuangan Dalam Pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Terhadap Kinerja Lembaga Universitas Malikussaleh

0 90 86

Pengaruh Indepedensi Dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Pada BUMN di Bandung

1 8 12

Pengaruh profesionalisme auditor internal dan objektivitas auditor internal terhadap lapoiran audit internal pada BUMN di Kota Bandung

0 2 1

PENGARUH KOMPETENSI DAN WORK PERFORMED AUDITOR INTERNAL TERHADAP JUDGEMENT AUDITOR EKSTERNAL DALAM PERENCANAAN AUDIT

3 15 122

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT.

0 5 38

Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap efektivitas Pengendalian Internal Penjualan.

0 0 18

Pengaruh Kompetensi Auditor Internal Ter

0 0 1

PENGARUH KOMPETENSI INTERNAL AUDITOR, OBJEKTIVITAS INTERNAL AUDITOR DAN KEBERANIAN MORAL TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DENGAN DUKUNGAN MANAJEMEN SENIOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perbankan di Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Se

0 2 29

PENGARUH DUKUNGAN MANAJEMEN SENIOR, OBJEKTIVITAS AUDIT INTERNAL, DAN KOMPETENSI AUDIT INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DENGAN KEBERANIAN MORAl SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Bank Pemerintah Dan Swasta Kabupaten Musi Banyuasin) SKRIPS

0 0 33

PENGARUH INTEGRITAS INTERNAL AUDITOR, KOMPETENSI INTERNAL AUDITOR DAN DUKUNGAN MANAJEMEN SENIOR TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PERBANKAN DI KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN) -

0 0 34