Rendemen karaginan Penelitian optimasi proses

Nilai rendemen tertinggi dan terendah berturut-turut diperoleh pada kombinasi perlakuan perbandingan air 1:40, KCl 1.5 dan suhu 15 o C dan perlakuan perbandingan air 1:40, KCl 1 dan suhu 30 o C. Rendemen tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar persyaratan minimum rendemen karaginan yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan 1989, yaitu sebesar 25. Rendemen dengan perbandingan air 1:40 lebih tinggi dibandingkan dengan perbandingan air 1:20 ataupun 1:30. Hal ini disebabkan karena larutan encer yang terbentuk dari ekstraksi dengan menggunakan jumlah air 40 kali berat bahan baku kering dapat lebih mudah menembus pori-pori saringan alat filtrasi, sehingga karaginan yang terlarut didalamnya pun dapat dengan mudah lolos melalui pori- pori saringan. Sedangkan larutan yang lebih kental akan lebih sulit untuk menembus pori-pori saringan sehingga karaginan yang terlarut didalamnya tidak dapat lolos dan tertahan bersama serat-serat kasar lainnya. Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh perbandingan jumlah air, konsentrasi KCl dan suhu presipitasi dan interaksi ketiganya tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap rendemen. Hal ini disebabkan pada proses penepungan banyak karaginan yang terbuang karena alat yang kurang maksimal. Rendemen yang diperoleh diduga bisa lebih banyak lagi apabila kerja alat yang digunakan pada tahap penepungan bisa bekerja secara efektif. Sisa rendemen yang berkisar ±70 belum dimanfaatkan secara maksimal, hal tersebut dikarenakan karena ampas hasil filtrasi langsung dibuang ke tempat pembuangan.

4.2.2 Viskositas karaginan

Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan karaginan sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas karaginan biasanya diukur pada suhu 75 o C dengan konsentrasi 1.5 FAO. 1990. Rata-rata viskositas karaginan yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 52.50 – 158.33 cP. Nilai viskositas tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan perbandingan air 1:20, KCl 1. Nilai viskositas yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar yang ditetapkan oleh FAO yaitu minimal 5 cP dan maksimal 800 cP. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan air dan konsentrasi KCl memberikan pengaruh nyata terhadap viskositas yang dihasilkan. Demikian pula dengan interaksi keduanya. sedangkan suhu presipitasi berikut interaksi perlakuannya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap viskositas karaginan yang dihasilkan. Pengaruh perlakuan yang diterapkan terhadap viskositas karaginan yang dihasilkan terlihat pada Gambar 14. Gambar 14 Pengaruh perbandingan air, konsentrasi KCl dan suhu presipitasi terhadap viskositas karaginan rumput laut E. cottonii Berdasarkan uji lanjut BNT 5 menunjukkan bahwa perbandingan air 1:20 berbeda nyata dengan perbandingan air 1:30 dan 1:40. Konsentrasi KCl 1 berbeda nyata dengan KCl konsentrasi 1.5. Berdasarkan jumlah perbandingan air, terlihat bahwa semakin sedikit perbandingan air maka viskositas semakin meningkat. Peristiwa ini terjadi disebabkan karena kandungan sulfat yang bermuatan negatif semakin banyak melakukan tolakan repulsion satu sama lain sehingga air yang berada disekitar polimer jika jumlahnya lebih sedikit akan lebih mudah terimobilisasi yang menyebabkan larutan bersifat kental yang juga berarti viskositas larutan tinggi Towle, 1973. Konsentrasi KCl memberikan pengaruh terhadap nilai viskositas yang dihasilkan. Adanya ion K + yang berasal dari garam KCl dapat menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan gaya tolakan repulsion antar gugus-gugus sulfat juga menurun. sehingga sifat hidrofilik polimernya semakin lemah dan menyebabkan viskositas larutan menurun. Konsentrasi KCl yang tinggi menyebabkan nilai viskositas larutan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Basmal et al A : KCl1 ; 15 o C B : KCl 1 ; 30 o C C : KCl 1.5 ; 15 o C D : KCl 1.5 ; 30 o C