Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian pendahuluan

Analisis Sifat Fisik Kimia : 1. Rendemen 2. Viskositas 3. Kekuatan gel 4. Kadar air 5. Kadar abu 6. Kadar abu tak larut asam 7. Kadar sulfat 8. Derajat putih Analisis : 1. pH 2. Viskositas 3. Kekeruhan 4. Total gula sukrosa Analisis : 1. Total mikroba 2. Organoleptik perbandingan pasangan Pengamatan secara organoleptik tekstur, kekerasan dan rasa Penelitian pendahuluan Konsentrasi terbaik Penelitian optimasi proses Penelitian aplikasi karaginan Sirup markisa terpilih 4.4 Selesai Mulai Gambar 8 Diagram alir penelitian secara keseluruhan Ekstraksi rumput laut : Perb. air : 1:20 ; 1:30 ; 1:40 Kons larutan KCl : 1 dan 1.5 Suhu presipitasi : 15 dan 30 o C Aplikasi karaginan pada pembuatan sirup markisa 3.2, 3.9, 4.4, 5.0 Ekstraksi rumput laut dengan presipitasi larutan KCl Kons: 0.5; 1; 1.5 dan 2 Perlakuan terpilih Rumput laut E.cottonii

3.3.1 Penelitian pendahuluan

Penelitian tahap ini bertujuan untuk mencari kisaran konsentrasi larutan KCl yang terbaik, dalam hal ini digunakan 4 variabel konsentrasi yaitu : 0.5, 1, 1.5 dan 2. Diagram alir penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 9. Adapun langkah-langkah dalam proses produksi karaginan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pencucian dan pembersihan dilakukan pada rumput laut yang akan diekstraksi untuk menghilangkan pasir, garam, kapur, karang, potongan tali dan rumput laut jenis lainnya yang tidak diinginkan. 2. Ekstraksi pertama : pemasakan dilakukan pada rumput laut yang telah bersih dalam larutan KOH 8 selama 2 jam pada suhu 80±5 o C. 3. Pencucian hingga pH netral 4. Ekstraksi kedua: pemasakan dalam air selama 2 jam pada suhu 90±5 o C. 5. Filtrasi : Pemisahan bubur rumput laut dari ampasnya sehingga sehingga diperoleh filtrat rumput laut yang murni. 6. Presipitasi : Presipitasi filtrat dengan menggunakan larutan KCl konsentrasi 0.5, 1, 1.5 dan 2. 7. Pengadukan hingga terbentuk serat karaginan. 8. Penyaringan serat karaginan hasil presipitasi dari larutan KCl setelah perendaman selama ±15 menit yang disertai pengadukan secara perlahan. 9. Pengepresan : sebelumnya karaginan dibungkus terlebih dahulu oleh kain terigublacu 2 lapis lalu dilakukan pengepresan oleh alat press hydraulic selama ± 30 menit. 10.Pengeringan serat karaginan dibawah sinar matahari. Data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan ini bersifat sensori atau secara organoleptik tekstur, kekerasan dan rasa sehingga analisa data tidak dilakukan. Filtrasi Presipitasi oleh larutan KCl Kons: 0.5; 1; 1.5 dan 2 Penyaringan serat karaginan Pencucian Pemasakan dengan larutan alkali KOH 8 pada suhu 80±5 o C selama 2 jam Netralisasi Pencucian hingga pH netral Pengadukan selama 15 menit terbentuk serat karaginan Pengepresan Pengeringan dengan sinar matahari Karaginan kering Ekstraksi Perb air: 1:40 Suhu 90±5 o C selama 2 jam Pengamatan secara organoleptik tekstur, kekerasan dan rasa Mulai Selesai Rumput laut E.cottonii Filtrat Serat karaginan Gambar 9 Diagram alir penelitian pendahuluan

3.3.2 Penelitian optimasi proses ekstraksi

Tahapan ini untuk mengetahui perbandingan air, konsentrasi KCl dan suhu presipitasi yang optimal dan memperoleh karakteristik hasil karaginan yang dioptimalkan. Diagram alir proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 10. Adapun langkah-langkah dalam proses produksi karaginan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pencucian dan pembersihan dilakukan pada rumput laut yang akan diekstraksi untuk menghilangkan pasir, garam, kapur, karang, potongan tali dan rumput laut jenis lainnya yang tidak diinginkan. 2. Ekstraksi pertama : pemasakan dilakukan pada rumput laut yang telah bersih dalam larutan KOH 8 selama 2 jam pada suhu 80±5 o C. 3. Pencucian hingga pH netral 4. Ekstraksi kedua: pemasakan dalam air dengan perbandingan 20, 30 dan 40 kali selama 2 jam pada suhu 90±5 o C. 5. Filtrasi : Pemisahan bubur rumput laut dari ampasnya sehingga sehingga diperoleh filtrat rumput laut yang murni. 6. Presipitasi : Presipitasi filtrat dengan menggunakan larutan KCl konsentrasi 1 dan 1.5 pada suhu 15 dan 30 o C. 7. Pengadukan hingga terbentuk serat karaginan. 8. Penyaringan filtrat hasil presipitasi dari larutan KCl setelah perendaman selama ±15 menit yang disertai pengadukan secara perlahan. 9. Pengepresan : sebelumnya karaginan dibungkus terlebih dahulu oleh kain terigublacu 2 lapis lalu dilakukan pengepresan oleh alat press hydraulic selama ± 30 menit. 10.Pengeringan dan Penepungan : Serat-serat karaginan kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari. Menurut Banadib dan Khoiruman, 2009, bahwa suhu optimum proses pengeringan karaginan yaitu 55 o C. Anggadiredja 2008, lama pengeringan sebaiknya selama 12-20 jam. Selanjutnya digiling dengan alat penggilingan grinder sehingga diperoleh tepung karaginan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 3 faktor, yaitu: Faktor 1 : Perbandingan jumlah air proses ekstraksi yang digunakan. Pada penelitian ini ada 3 perbandingan air yang digunakan yaitu 20, 30 dan 40 kali . Faktor 2 : Konsentrasi KCl yaitu 1 dan 1.5 Faktor 3 : Suhu presipitasi yaitu 15 dan 30 o C Percobaan diulang sebanyak 3 kali dengan model rancangan sebagai berikut : Yijk= µ + αi + Β J + Ck + αcik + βcjk + αβcijk + εijk Dimana : Y ikj = respon setiap variabel pengamatan µ = nilai tengah rata-rata dari seluruh pengamatan αi = pengaruh perbandingan air taraf ke-i i=1.2.3 Β j = pengaruh konsentrasi KCl taraf ke-j j=1.2 Ck = pengaruh suhu ke-k k=1.2 αcik = pengaruh interaksi perbandingan air ke-i i=1.2.3 dengan perbedaan suhu taraf ke-k k=1.2 βcjk = pengaruh interaksi konsentrasi KCl ke-j j=1.2 dengan perbedaan suhu taraf ke-k k=1.2 αβcijk= pengaruh interaksi perbandingan air ke-i i=1.2.3. konsentrasi KCl ke-j j=1.2.3 dan perbedaan suhu taraf ke-k k=1.2 εij = galat dari percobaan. Data diperoleh dari hasil pengukuran rendemen, viskositas, kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, dan derajat putih. Data dianalisa dengan metode univariate general model dengan program SPSS versi 17. Untuk melihat taraf perlakuan yang berbeda, dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil BNT pada tingkat kepercayaaan 95. Filtrasi dengan filter press Penyaringan serat karaginan Rumput laut E.cottonii Pencucian Ekstraksi I Pemasakan dengan larutan KOH 8 suhu 80±5 o C selama 2 jam Netralisasi Pencucian hingga pH netral Pengadukan selama 15 menit terbentuk serat karaginan Pengepresan Pengeringan dengan sinar matahari Penepungan Analisis : 1 Rendemen 2 Viskositas 3 Kekuatan gel 4 Kadar air 5 Kadar abu 6 Kadar abu tidak larut asam 7 Kadar sulfat 8 Derajat putih Pencabikan Mulai Selesai Filtrat Serat karaginan Tepung karaginan Gambar 10 Diagram alir penelitian optimasi proses ekstraksi karaginan dan analisis yang dilakukan Ekstraksi II Perb air : 1:20 ; 1:30 ; 1:40 Suhu 90±5 o C selama 2 jam Presipitasi oleh larutan KCl Kons: 1 dan 1.5 Suhu: 15 dan 30 o C

3.3.3 Penelitian aplikasi karaginan pada sirup markisa

Penelitian tahap ini adalah aplikasi karaginan hasil ekstraksi pada sirup markisa. Diagram alir proses pembuatan markisa dapat dilihat pada Gambar 11. Proses pembuatan sirup mengikuti proses pengolahan sirup markisa teknologi tepat guna agroindustri kecil 2010, Kementrian Riset dan Teknologi Div. Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Prosesnya yaitu : 1. Pencucian dan penirisan buah markisa selanjutnya dilakukan pemotongan kulit buah dan pengerukan isi untuk mengeluarkan seluruh isi buah. 2. Pemblenderan dan penyaringan sari buah dengan kain saring untuk mendapatkan sari buah yang diinginkan. 3. Sirup sari buah markisa. 4. Untuk membuat sirup, penambahan Na-metabisulfit, Na-Benzoat dan karaginan hasil ekstraksi pada sari buah markisa. Setelah tercampur, gula dan asam sitrat secara perlahan dimasukkan. Pemanasan sampai suhu 85±5 o C dan dipertahankan selama 15 menit sambil terus diaduk hingga merata. Pasteurisasi, exhausting kemudian pengemasan dalam botol. 5. Penyimpanan selama 3 hari pada suhu ruang dilakukan sebelum analisa dimulai. Proses ini bertujuan untuk mengamati kestabilan sirup dimana tidak terjadi pengendapan dan pembentukan gel dan melihat sejauh mana keberhasilan formula karaginan yang ditambahkan dalam sirup markisa. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap. Faktor yang berpengaruh adalah persentase karaginan yang ditambahkan pada pembuatan sirup markisa yaitu 3.3, 3.9, 4.4 5.0 dan markisa komersil sebagai kontrol. Percobaan diulang sebanyak 3 kali dengan model rancangan sebagai berikut : Yij = µ + αi + εij Dimana : Y ij = respon setiap variabel pengamatan µ = nilai tengah rata-rata dari seluruh pengamatan αi = pengaruh penambahan konsentrasi karaginan taraf ke-i i=1,2,3,4 εi = galat dari percobaan. Data dianalisa dengan metode univariate general model dengan program SPSS versi 17. Untuk melihat taraf perlakuan yang berbeda, dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil BNT pada tingkat kepercayaaan 95. Buah markisa Dicuci, dipotong kulit buah dan dikeruk isinya Pemblenderan dan ekstraksi sari buah menggunakan kain saring Pembotolan Pemanasan suhu 65±5 o C selama 15 menit Analisis : 1 pH 2 Viskositas 3 Kekeruhan 4 Total gula Analisis : 1 Total mikroba 2 Organoleptik perbandingan pasangan Penyimpanan 3 hari pada suhu ruang Mulai Selesai Sari buah markisa Bahan Komposisi Formulasi A Formulasi B Formulasi C Formulasi D Sari Markisa 60.3 59.8 59.5 59.2 Na- metabisulfit 0.1 0.1 0.1 0.1 Na-Benzoat 0.03 0.03 0.03 0.03 Asam sitrat 0.1 0.1 0.1 0.1 Karaginan 3.3 3.9 4.4 5.0 Gula 36.2 35.9 35.7 35.5 Gambar 11 Diagram alir penelitian aplikasi karaginan pada sirup markisa dan analisis yang dilakukan Sirup markisa terpilih

3.4 Prosedur Analisa

Analisa Karaginan Karaginan yang dihasilkan kemudian dianalisis rendemen, viskositas, kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat dan derajat putih.

3.4.1 Rendemen AOAC, 1984

Rendemen karaginan sebagai hasil ekstraksi dihitung berdasarkan ratio antara berat karaginan yang dihasilkan dengan berat rumput laut kering. Rendemen = Berat karaginan Berat rumput laut kering

3.4.2 Viskositas FMC Corp, 1977

Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Satuan dari viskositas adalah poise 1 poise = 100 cP. Makin tinggi viskositas menandakan makin besarnya tahanan cairan yang bersangkutan. Pengukuran viskositas dengan menggunakan alat Viscometer Brookfield. Larutan karaginan dengan konsentrasi 1.5 bb dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk secara teratur sampai suhu mencapai 80 o C. Viscometer dihidupkan dan suhu larutan diukur. ketika suhu larutan mencapai 75 o C dan nilai viskositas diketahui dengan pembacaan viskosimeter pada skala 1 – 100. Pembacaan dilakukan setelah putaran penuh 8 kali untuk spindel no.2 dengan rpm 60. Hasil pembacaan digandakan 5 kali untuk spindel no. 2 bila dijadikan centipoises.

3.4.3 Kekuatan Gel FMC Corp, 1977

Contoh karaginan sebanyak 3 gr dilarutkan dengan 197 gr air. Berat semua larutan ditetapkan menjadi 200 gr sehingga konsentrasi larutan menjadi 1.5 bb. Larutan lalu dipanaskan diatas hot plate dengan pengadukan secara teratur sampai suhu 80 o C atau suhu gelatinisasi yaitu suhu dimana larutan polisakarida menjadi lebih kental karena kemampuan mengikat air.. Larutan panas dimasukkan kedalam cetakan berdiameter kira-kira 4 cm dan dibiarkan pada suhu 10 o C suhu pendingin selama ± 12 jam. Setelah membentuk gel. kekuatannya diukur dengan alat TX texture analyzer. x 100

3.4.4 Kadar air AOAC, 1995

Karaginan sebanyak 2 gram ditimbang dalam cawan porselen yang telah dikeringkan pada suhu 105 o C selama 1 jam. Cawan porselen yang berisi contoh kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 4 jam. Jika I 1 adalah bobot contoh dan I 2 adalah bobot contoh setelah dikeringkan. maka : Kadar air = I 1 – I 2 berat sampel 3.4.5 Kadar abu AOAC, 1995 Karaginan sebanyak kurang lebih 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselen B yang telah diketahui bobot keringnya, kemudian diabukan dalam tanur pada suhu 550 o C sampai bebas dari arang. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang sebagai bobot akhir A. Kadar abu = A – B Berat sampel

3.4.6 Kadar abu tak larut asam AOAC, 1995

Karaginan yang telah diabukan dididihkan dengan 25 ml HCl 10 selama 5 menit. Bahan-bahan yang tidak terlarut disaring dengan menggunakan kertas saring tidak berabu. Kertas saring lalu diabukan dalam tanur pada suhu 550 o C, lalu didinginkan dalam desikator untuk selanjutnya ditimbang. Kadar abu tidak larut asam = bobot abu berat sampel

3.4.7 Kadar sulfat FMC Corp. 1977

Prinsip yang dipergunakan adalah gugus sulfat yang telah ditimbang dan diendapkan sebagai BaSO 4 . Contoh ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer yang ditambahkan 50 ml HCl 0.2 N kemudian di refluks sampai mendidih selama 1 jam. Larutan kemudian ditambahkan 25 ml H 2 O 2 10 lalu di refluks kembali selama 5 jam. Selanjutnya ditambahkan 10 ml larutan BaCl 2 10 dan kembali dipanaskan selama 2 jam. Endapan yang terbentuk disaring dengan kertas saring tak berabu dan dicuci dengan aquades mendidih hingga bebas klorida. Kertas saring dikeringkan ke dalam oven pengering, kemudian diabukan pada suhu 1000 o C sampai diperoleh abu berwarna putih. x 100 x 100 X 100 Abu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perhitungan kadar sulfat adalah sebagai berikut : Kadar sulfat = P x 0.4116 x 100 Berat sampel Ket : P = bobot endapan BaSO 4

3.4.8 Derajat Putih Food Chemical Codex. 1981

Alat yang digunakan adalah Whiteness Meter KeTT digital model C-100. Sampel dimasukkan dalam wadah pengukuran sampai penuh lalu tutup. Sebelumnya alat sudah disiapkan dan dihidupkan. standar petunjuk harus berada dalam posisi nol. Selanjutnya sampel dalam wadah diukur derajat putihnya dengan memasukkan dalam alat pengukur. Nilai yang terbaca pada alat menunjukkan nilai derajat putih dalam persen warna standar alat 85.4. Perlakuan ini dapat diulang beberapa kali sampai mendapatkan nilai rata-rata yang tepat. Analisa Sirup Markisa 3.4.9 Nilai pH Sekitar 10 ml sampel dimasukkan alam gelas piala. diaduk secara merata. Sampel kemudian diukur nilai pH-nya dengan alat pH meter. Sebelum pengukuran. alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan air aquades pada pH 7, lalu alat dimasukkan kedalam wadah yang berisi sampel. Nilai yang tercantum pada alat merupakan hasil pengukuran pH sampel.

3.4.10 Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan air dilakukan secara turbiditas yaitu merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Sebanyak 10 ml larutan standar aquabides dimasukkan kedalam botol untuk selanjutnya dibaca oleh alat. Setelah nilai 0 zero tertera pada alat. maka botol yang berisikan sampel 10 ml yang telah dihomogenkan terlebih dahulu dimasukkan. Dengan menekan tombol “read” maka nilai kekeruhan larutan akan terbaca.

3.4.11 Total gula Sukrosa

Sampel sebanyak 10 ml ditambah dengan acetonitril 10 ml diblender selama 5 menit. Setelah homogeny campuran ini isaring dengan kertas Whatman 41 . Hasil saringan yang terdapat pada kertas saring lalu dikeringkan alam frezz dryer. Setelah kering, padatan terbilang sebagai sukrosa diencerkan dengan phase gerak Acetonitril : air = 60 : 40. Selanjutnya sebanyak 20 ml sampel di injeksikan ke alat HPLC.

3.4.12 Analisis Mikrobiologi Total Mikroba Angka Lempeng Total SNI 01-2332.3-2006

Sebanyak 10 ml contoh dimasukkan kedalam wadah berisi 90 ml larutan butterfield’s phosphate buffered. kemudian dikocok hingga homogen. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10 -1 . Dengan menggunakan pipet steril pindahkan 1 ml suspensi tersebut dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml butterfield’s phosphate buffered untuk mendapatkan pengenceran 10 -2 . Pengenceran selanjutnya 10 -3 dengan mengambil 1 ml contoh dari pengenceran sebelumnya. Dengan cara yang sama lakukan pengenceran selanjutnya 10 -4 . Sebanyak 1 ml dipipet dari setiap pengenceran tersebut dan dimasukkan kedalam cawan petri steril dan dilakukan secara duplo. Tambahkan 12-15 ml PCA yang sudah didinginkan kedalam masing-masing cawan yang berisi larutan contoh. Agar larutan contoh dan media PCA tercampur seluruhnya maka dilakukan pemutaran cawan. Cawan di inkubator selama 24-48 jam. Kemudian hitung cawan-cawan yang mempunyai jumlah koloni 25-250 dengan alat penghitung koloni atau Hand Tally Counter. Analisa mikrobiologi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu minggu pertama dan minggu ketiga

3.4.13 Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan terhadap karaginan adalah uji perbandingan berpasangan, dimana formula terpilih kemudian dilakukan uji perbandingan pasangan dengan produk komersial. Pada uji perbandingan pasangan, panelis melakukan penilaian berdasarkan formulir isian dengan memberikan angka berdasarkan skala kelebihan, yaitu lebih baik atau lebih buruk. Penilaian uji berpasangan berupa angka. yaitu -3 = sangat lebih buruk. -2 = lebih buruk. -1 = agak lebih buruk. 0 = tidak berbeda. 1 = agak lebih baik. 2 = lebih baik. 3 = sangat lebih baik. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian pendahuluan

Penelitian pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui kisaran konsentrasi larutan KCl yang optimal pada pemisahan karaginan sehingga proses dapat berjalan secara efisien dan efektif. Pengamatan dilakukan dengan melihat struktur karaginan yang terbentuk pada saat proses presipitasi terjadi dimana variasi konsentrasi larutan KCl adalah 0.5; 1; 1.5; dan 2. Pada Tabel 7 terlihat bahwa pada konsentrasi KCl 0.5 struktur karaginan yang terbentuk begitu rapuh sehingga bentuknya seperti bubur, bahkan pada saat disaring karaginan masih dapat lolos melewati saringan. Sebaliknya pada konsentrasi KCl 2 menghasilkan struktur karaginan yang kokoh dan keras. Smidsrod et al 1980 berpendapat bahwa mekanisme pembentukan gel yang benar adalah melalui dua tahap proses yaitu dimulai dengan perubahan konformasi intramolekul yang tidak berhubungan dengan adanya ion-ion, kemudian diikuti oleh turunnya kelarutan dan pembentukan ikatan silang yang tergantung pada adanya ion-ion yang spesifik yang menyebabkan struktur gel terbentuk. Adapun kation-kation yang berkemampuan untuk mengimbas pembentukan gel karaginan adalah K + , Rb + , dan Ca + Kappa-karaginan sensitif terhadap ion K + dan membentuk gel yang kuat dengan adanya garam kalium. Ion K + dapat meningkatkan kekuatan gel. Hal ini disebabkan karena kemampuan ion K + yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan ionik dalam rantai polimer karaginan sehingga gaya antar molekul terlarut semakin besar yang menyebabkan keseimbangan antara ion-ion yang larut dengan ion-ion yang terikat di dalam struktur karaginan dapat membentuk gel. Semakin tinggi konsentrasi ion K + semakin tinggi pula kekuatan gel yang dihasilkan, namun konsentrasi yang diberikan sebaiknya perlu diperhatikan karena konsentrasi yang berlebihan akan menurunkan kekuatan gel, karena konsentrasi jenuh dari ion K + menyebabkan keseimbangan antar ion semakin sulit tercapai Imeson, 2000. Konsentrasi KCl 2 secara struktur memberi hasil yang paling baik akan tetapi karaginan yang dihasilkan memberikan rasa sepat pada produk. Rasa sepat dengan sedikit pahit dihasilkan pada karaginan presipitasi larutan KCl 2 . Hal ini tentu akan memberi pengaruh apabila ditambahkan pada suatu produk. Rasa sepat dengan sedikit pahit pada karaginan merupakan pengaruh dari konsentrasi KCl yang berlebihan. Menurut Gaman dan Sherrington 1994, bahwa pangan yang bersifat alkali jumlahnya cukup sedikit hal ini disebabkan karena sifat alkali yang berasa pahit walaupun dalam konsentrasi yang sedikit. Konsentrasi larutan KCl 1 dan 1.5 dipilih yang terbaik walaupun secara struktur tidak lebih keras dari KCl 2 tapi tidak sampai menimbulkan rasa sepat pada karaginan yang dihasilkan. Selain itu secara proses cukup optimal dilakukan karena hanya membutuhkan waktu yang singkat karaginan dapat tersaring dan proses pengepresan berjalan lebih mudah. Tabel 7 Hasil pengamatan variasi konsentrasi larutan KCl Konsentrasi Larutan Hasil Pengamatan Gambar 0.5 Karaginan terbentuk sangat lambat, bening kecoklatan, bentuk bubur, tidak ada rasa. 1 Karaginan terbentuk lambat, bening kecoklatan, bentuk tidak beraturan, sedikit keras, tidak ada rasa. 1.5 Karaginan terbentuk agak cepat, bening kecoklatan, bentuk tidak beraturan, agak keras, tidak ada rasa. 2 Karaginan terbentuk cepat, bening kecoklatan, bentuk tidak beraturan, keras, ada rasa pahitgetir

4.2 Penelitian optimasi proses

Karaginan merupakan getah rumput laut dari jenis E. cottonii yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali panas. Rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan karaginan berasal dari perairan Kabupaten Takalar. Perbandingan air yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:20; 1:30; 1:40 dengan konsentrasi KCl 1 dan 1.5 pada suhu 15 dan 30 o C. Tahapan ini bertujuan mengetahui jumlah perbandingan air, konsentrasi KCl dan suhu ekstraksi yang optimal sehingga dapat mengurangi biaya produksi tanpa mempengaruhi mutu karaginan. Setiap proses sangat menentukan mutu karaginan yang dihasilkan. Penentuan kondisi optimal dipilih berdasarkan parameter rendemen, viskositas, kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat dan derajat putih , yang sesuai dengan standar mutu karaginan. Adapun contoh karaginan yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dilihat Gambar 12. Gambar 12 Contoh karaginan sebelum dan sesudah ditepung

4.2.1 Rendemen karaginan

Efektif dan efisien tidaknya proses ekstraksi pembuatan karaginan dapat dilihat dari nilai rendemen yang dihasilkan. Rendemen karaginan adalah berat karaginan yang dihasilkan dari rumput laut kering dan dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi nilai rendemen semakin besar output yang dihasilkan. Rata-rata rendemen karaginan yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 21.76 – 34.02 Gambar 13. Hasil ini masih dibawah nilai rendemen yang dilaporkan oleh Lestari 2004 yaitu berkisar antara 38.54 – 54.78. Tetapi lebih tinggi bila dibandingkan penelitian terdahulu Purnama, 2003 yang melaporkan bahwa perbandingan air 1:40 menghasilkan rendemen yang terbaik yaitu 20.20. Gambar 13 Pengaruh perbandingan air, konsentrasi KCl dan suhu presipitasi terhadap rendemen karaginan rumput laut E. cottonii A : KCl1 ; 15 o C B : KCl 1 ; 30 o C C : KCl 1.5 ; 15 o C D : KCl 1.5 ; 30 o C