Ekonomi Islam Page 65
orang beriman, apabila diserukan untuk menunaikan shalat Jum ‟at maka
bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli”. 3. Minuman keras dan khamar sebagai ciri masyarakat modern dan
dikembangkan pabrik atau bisnis minuman keras dengan alasan adanya permintaan, memperjelas dasar pijakan kaum materialis tanpa medasarkan
etika. Dampak atau bahaya dari minuman keras bagi kesehatan maupun sosial telah diabaikan begitu saja. Islam secara tegas telah mengharamkan
baik menggunakannya maupun memperjualbelikannya karena pertimbangan dampak yang ditimbulkannya.
Di dalam sejarah Islam, kita menemukan praktek-praktek bisnis yang menggabungkan etika dan ekonomi, terutama ketika Islam benar-benar
dijadikan pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari. Para pakar ekonomi non muslim mengakui keunggulan sistem ekonomi Islam, karena telah sukses
menggabungkan etika dan ekonomi sementara sistem kapitalis dan sosialis masih memisahkan keduanya.
B. Zuhud Menurut Pemahaman Islam
Zuhud menurut pemahaman Islam tidak mengarah pada pelarangan segala bentuk kenikmatan dunia, penolakan segala bentuk pekerjaan, atau paham bahwa
dunia ini suatu kejahatan. Zuhud adalah suatu ide dan keyakinan yang menekankan perhatian manusia untuk tidak larut dalam kemegahan dunia serta syahwat dan selalu
memprioritaskan kehidupan akhirat Qhardhawi,1995: 63
Ekonomi Islam Page 66
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga. Katakanlah:
Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang yang bertakwa kepada Allah, pada sisi Tuhan mereka ada
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan mereka dikaruniai isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya
”. Q.S. Ali Imran 14-15 Dari pembahasan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia dalam
melihat dunia dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan pertama mereka yang mencintai dunia dan segala kenikmatannya yang bersifat sementara.
Dunia sebagai tujuan akhir kehidupan. Kebahagiaan dan kesejahteraan ada di tangan bukan di hati dan diukur dari seberapa banyak manusia memiliki dan menguasai
dunia. Golongan kedua adalah mereka yang mencintai akhirat dan berusaha untuk mencapainya tanpa melupakan kebahagian dunia.
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan
duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
” Q.S. al- Qashas: 77.
Kita pahami bersama bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan sejati bukan apa yang kita lihat dengan mata, tetapi apa yang kita rasakan dalam hati. Sehingga ukuran
materi belum sepenuhnya dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kebahagiaan dan kesejahteraan seseorang.
Ekonomi Islam Page 67
Muncul sekelompok manusia yang menolak segala bentuk kenikmatan dunia, bahkan mengajak untuk menganut suatu paham yang mendekati ajaran Brahma. Inti
ajaran yang disampaikan adalah, menjadikan kebahagiaan dengan segala bentuk kemiskinan dan menolak secara mutlak segala bentuk kekayaan materi dunia. Salah
satu dasar pijakan yang dipergunakan adalah Hadist :
َةرير وبا و ملسم اورُ ِرِف اَكْلا ُة َجَو , َنْيِِم ْؤُمْلا ٌنْجِس أَيْ ن دلَا
Dunia adalah penjara bagi orang Mukmin, dan surga bagi orang kafir.H.R.Muslim dan Abu Hurairah
Maksud dari hadits tersebut adalah, seorang muslim tidak bebas berbuat apa saja karena tidak terlepas dari syariat. Arti
“penjara” di atas adalah pengikat kebebasan umat Islam terhadap dunia dengan berbuat menurut apa baiknya bukan apa enaknya.
Adapun maksud “surga bagi kafir” adalah tidak terikat oleh syariat dan bebas mengejar segala bentuk kenikmatan dunia. Syekh al-Khawwas
berkata “ Alangkah indahnya kehidupan ini apabila seorang penggergaji menjadikan gergajinya sebagai
tasbihnya, seorang petani menjadikan cangkulnya sebagai tasbihnya, dan tukang besi menjadi
kan palunya sebagai tasbihnya” Qhardhawi, 1995: 65.
C. Praktek Mal-Bisnis