Metode Analisis Data Ketaatan terhadap

pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu memperoleh data dengan cara meninjau ke lapangan, membaca dan mempelajari dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan dalam meneliti yaitu kuesioner Sugiyono, 2005:146. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan tersebut menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama Sugiyono, 2005:120.

9. Metode Analisis Data

a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif, merupakan suatu cara menganalisis dimana data yang sudah dikumpulkan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap disiplin kerja Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan. b. Analisis Regresi Linier Berganda Universitas Sumatera Utara Analisis regresi liniear berganda digunakan untuk mengetahui variabel bebas X yang lebih dari 2 dua variabel terhadap variabel terikat Y. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 12.00 for windows. Analisis Regresi Berganda menggunakan persamaan, sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Dimana: + ei Y = Disiplin kerja a = Nilai intercept b 1 –b 5 X = Koefisien Regresi yang akan dihitung 1 X = Variabel Perilaku Pimpinan 2 Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis daerah apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis daerah dimana H = Variabel Lingkungan Kerja Fisik ditolak. Sebaliknya disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H 1. Uji-F diterima. Dalam analisis regresi ada 3 tiga jenis kriteria ketepatan yaitu: Uji-F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas X mempunyai pengaruh yang positif dan sifnifikan terhadap variabel terikat Y secara serentak. Uji serempak Jika F hitung F tabel , maka H ditolak dan H a Kriteria Pengujian sebagai berikut: diterima. Universitas Sumatera Utara H H : b1, b2 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 1 Kriteria Pengambilan Keputusan: : b1, b2 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama - sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H diterima apabila F hitung F tabel H pada α = 5 1 diterima apabila F hitung F tabel F pada α = 5. tabel Rumus F dapat dilihat dengan Tabel F kemudian dibandingkan apakah F hitung atau dari F hitung. Sehingga dapat diperoleh keputusan apakah seluruh variabel bebas X secara serempak signifikan terhadap variabel terikat Y. hitung 2. Uji-T Uji secara parsial = mean sguare regression ⁄ mean square residual. Uji-t digunakan untuk menguji setiap variabel bebas X apakah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat Y secara parsial. Jika t hitung t tabel , maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika t hitung t tabel , maka H ditolak dan H a Kriteria Pengujian sebagai berikut: diterima. H H : b1, b2 = 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria Pengambilan Keputusan sebagai berikut : : b1, b2 ≠ 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Universitas Sumatera Utara H diterima apabila t hitung t tabel H pada α = 5 1 diterima apabila t hitung t tabel 3. Uji Koefisien Determinasi R pada α = 5 2 Koefisien Determinasi R 2 merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam suatu persama regresi dapat dilihat dari koefisien determinasi R 2 dimana 0R 2 1. Hal ini menunjukkan jika nilai R2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y semakin kuat. Sebaliknya jika R 2 semakin mendekati 0 maka pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y semakin lemah. Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Saman 2006, “Pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap disiplin kerja dalam rangka peningkataan Kinerja Pegawai pada Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Propinsi Jawa Barat“. Hasil analisis ini menunjukkan ada pengaruh motivasi dan kepemimpinan dengan disiplin kerja dengan arah yang positif. Hal ini berarti jika motivasi kerja pegawai ditingkatkan dan kepemimpinan yang baik, maka disiplin kerja pegawai meningkat. Berdasarkan uji t, pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja adalah signifikan, demikian juga dengan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai adalah signifikan. Dalam penelitian ini faktor kepemimpinan digabungkan dengan motivasi dan disiplin digabungkan kinerja. Eriandi 2005, “Persepsi bawahan atas perilaku pimpinan yang efektif untuk meningkatkan kepuasan dan disiplin kerja bawahan di unit-unit usaha koperasi Produksi di Indonesia” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pimpinan yang efektif akan memberikan persepsi yang positif kepada bawahan. Dalam penelitian Eriandi tersebut, perilaku pimpinan akan membentuk persepsi bawahan, sedangkan dalam penelitan ini perilaku pimpinan langsung diuji dalam pengarunya terhadap disiplin kerja pegawai.” Komang 2006, “Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap semangat kerja Karyawan pada PT SAS Production Desa Kerobokan Bandung”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kepemimpinan dan lingkungan Universitas Sumatera Utara kerja mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap Semangat kerja pegawai. B. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Menurut pendapat Alex S. Nitisemito 2002: 199, Kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut pendapat T. Hani Handoko 2004:208, Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali. T. Hani Handoko membagi 3 tiga disiplin kerja 2004:208 yaitu: a. Disiplin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah. b. Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin. c. Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari Universitas Sumatera Utara disiplin progresif ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih serius. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydam 2006:202, faktor-faktor tersebut antara lain: a. Besar kecilnya pemberian kompensasi b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin 3. Hal-Hal yang Menunjang Kedisiplinan Menurut Alex S. Nitisemito 2002:123 ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu: a. Ancaman Dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yang kita harapkan. Universitas Sumatera Utara b. Kesejahteraan Untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak. c. Ketegasan Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. d. Partisipasi Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama. e. Tujuan dan Kemampuan Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan. f. Keteladanan Pimpinan Mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan. 4. Cara Menegakkan Disiplin Kerja Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian, Universitas Sumatera Utara atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang. Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan: a. Disiplin Harus Ditegakkan Seketika Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif. b. Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar- benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang tidak. c. Disiplin Harus Konsisten Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri. d. Disiplin Harus Impersonal Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan hubungan antara karyawan dan atasan. e. Disiplin Harus Setimpal Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu Universitas Sumatera Utara berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi. C. Kepemimpinan Organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Seorang pemimpinlah yang bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan suatu ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting dan akan selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya Miftah Thoha, 2003 : 1. 1 Pengertian Pemimpin Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau kelompok orang lain agar mereka bersedia, komitmen dan setia melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. I Gusti Ngurah Gorda, 2006 : 157. Pemimpin merupakan orang yang menerangkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerja sama dengan orang lain, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan. Umar,2005 : 31. Kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan semangat kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. T. Hani Handoko, 2003 : 293. Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang lain dengan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, Universitas Sumatera Utara disiplin dan produktivitas sehingga dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja agar tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. 2 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang agar mereka bersedia, komitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. I Gusti Ngurah Gorda, 2006 : 157. Kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan pengaruh positif terhadap orang lain untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau mengubah perilakunya Kenneth N. Wexley dan Gary A Yuki, 2003 : 189. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksana otoritas dan pembuatan keputusan. Kepemimpinan diartikan juga suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi dirumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi Miftah Thoha, 2003 : 5. Pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat dikatakan kepemimpinan adalah sifat atau karakter, atau kegiatan atasan atau pimpinan untuk mempengaruhi perilaku sekelompok karyawan secara positif, membimbing dan mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. 3 Fungsi Kepemimpinan Universitas Sumatera Utara Menurut I Gusti Ngurah Gorda 2004 : 154 , fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan aktivitas dan efisiensi perusahaan yaitu : a Fungsi kepemimpinan sebagai innovator Sebagai innovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai inovasi- inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen yang efektif dan efisien, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja perusahaan. b Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka. 1 Mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka. 2 Pemimpin harus mampu memahami, mengerti dan mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang lain. c Fungsi kepemimpinan sebagai motivator Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. d Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler Universitas Sumatera Utara Sebagai kontroler pengendali pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif dan efisien. 4 Kepemimpian dan Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi tindakan-tindakan atau keputusan kerja. Karena kepemimpinan itu mengenai proses pengaruh, kita perlu melihat bagaimana pemimpin-pemimpin mendapatkan kekuasaan Stephen P. Robbins, 2002 : 508 yang dikutip dari buku John French dan Bertran Raven mengidentifikasi lima sumber kekuasaan: a. Kekuasaan legitimasi Kekuasaan yang dimiliki seseorang sebagai akibat kedudukannya dalam hirarki organisasi resmi: juga disebut wewenang. b. Kekuasaan paksaan Kekuasaan yang didasarkan pada penerapan, atau ancaman penerapan sangsi-sangsi fisik seperti pelimpahan rasa sakit, timbulnya frustasi akibat dibatasinya gerak, pengendalian melalui paksaan terhadap kebutuhan- kebutuhan dasar fisiologis atau kebutuhan rasa aman. c. Kekuasaan imbalan Kekuasaan yang menghasilkan manfaat-manfaat positif atau hadiah- hadiah. 4 Kekuasaan keahlian Universitas Sumatera Utara Pengaruh yang timbul dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan. 5 Kekuasaan rujukan Kekuasaan yang timbul dari identifikasi dengan seseorang yang memiliki sumber-sumber yang didambakan atau ciri-ciri pribadi yang didambakan. Kepemimpinan menyangkut kekuasaan merupakan proses pengaruh yang dimiliki pemimpin terhadap pengikut mereka dan bagaimana mereka menggunakan kekuasaan ini untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikut. Kebanyakan pemimpin-pemimpin yang efektif mengandalkan beberapa basis kekuasaan yang berbeda. 5 Tipe Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relatif ada tiga tipe gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu otokratis, demokratis atau partisifatif dan laisseez-faire yang semuanya pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan. Menurut Supardi dan Syaiful Anwar 2002 : 76 ketiga tipe gaya kepemimpinan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a Otokratis 1. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin. 2. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat lurus. 3. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota. Universitas Sumatera Utara 4. Pemimpin cendrung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok kecuali bila menunjukkan keahliannya. b Demokratis 1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin. 2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyerahkan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. 3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok. 4. Pemimpin adalah obyek atau “fact-minded” dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok bisa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. c Laizzez-Faire 1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin. 2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja. 3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. Universitas Sumatera Utara 4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian-kejadian Supardi dan Syaiful Anwar, 2002 : 76. Kebanyakan manajer menggunakan ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis demokratis atau laissez-faire. Dalam praktek, sulit untuk menentukan gaya apa yang sedang dipakai oleh seorang pemimpin. Suatu saat pimpinan bisa keras otokratis dan di saat lain menunjukkan sikap yang lunak demokratis. Memang, tidak selamanya gaya lunak itu baik begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu gaya kepemimpinan keras- lunak nampaknya menentukan kesuksesan seorang pemimpin. Perbedaan tipe gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi individual dan perilaku kelompok. Sebagai contoh partisipasi dalam pengambilan keputusan pada gaya kepemimpinan demokratis akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan manajer dengan bawahan, menaikkan moral dan kepuasan kerja serta menurunkan ketergantungan terhadap pemimpin. Hal ini kadang-kadang menimbulkan kerugian dengan menurunnya produktivitas dan sulit mengambil keputusan yang dapat memuaskan semua pihak. Ini akan dapat dihindari dari pada gaya kepemimpinan otokratis. Kepemimpinan otokratis lebih banyak menghendaki masalah pemberian perintah kepada bawahan. Kepemimpinan demokrasi cenderung mengikuti pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat. Kepemimpinan laissez-faire, pemimpin memberikan kepemimpinannya bila diminta. Universitas Sumatera Utara D. Lingkungan Kerja Fisik 1 Pengertian Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan sosial-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu. Komarudin, 2002 : 142. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain Alex. S. Nitisemito, 2002 : 183. Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. 2 Faktor-faktor lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya didalam melaksanakan tugas-tugasnya. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut : a Pewarnaan b Penerangan c Udara d Suara bising Universitas Sumatera Utara e Ruang gerak f Keamanan g Kebersihan Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 Pewarnaan Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya memberi manfaat, dalam arti dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya mempergunakan warna yang lembut. Warna yang baik dipakai pada ruangan yang sempit adalah warna putuh, karena dengan putih ruangan tersebut akan nampak lebih luas, bersih yang dapat membantu pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Di sini bukan warna saja yang perlu diperhatikan, karena kombinasi warna yang salah dapat menimbulkan rasa yang kurang menyenangkan bagi orang yang memandangnya. Rasa yang tidak menyenangkan akan menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan, masalah warna bukan hanya pada dinding saja, namun juga warna mesin, peralatan dan bahkan warna seragam yang dikenakan oleh karyawan. Sistem penerangan yang mempergunakan dinding atau sebagai pembaur sinar, kembali dapat mempengaruhi warna yang dipergunakan dalam ruangan kerja karyawan, sehingga dapat menimbulkan penerangan yang baik di dalam ruangan kerja tersebut. 2 Penerangan Universitas Sumatera Utara Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Atas dasar hal tersebut di atas maka, pemeliharaan sistem penerangan ini sangat diperlukan di dalam suatu perusahaan, walaupun demikian sistem penerangan ini hanya menunjang saja bukan satu-satunya faktor yang menentukan berhasilnya proses produksi. Disamping faktor penerangan, faktor-faktor lain juga harus diperhatikan. 3 Udara Ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan. Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan yang didapat dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah bahwa suhu udara harus dipertahankan di bawah 21 o 4 Suara bising C untuk menekan kelembaban. Bunyi bising sangat diperhatikan, karena dapat membantu kesenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan komunikasi yang salah. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising tersebut. Dengan terganggunya seseorang atau karyawan didalam melaksanakan pekerjaan Universitas Sumatera Utara mengakibatkan pekerjaan tersebut salah sehingga jumlah dan mutu barang yang dihasilkan menurun. Kemampuan perusahaan di dalam menyediakan dana untuk keperluan pengendalian suara bising tersebut, juga merupakan salah satu faktor yang menentukan pilihan cara pengendalian suara bising dalam suatu perusahaan. Suara bising dapat dihindari dengan suatu tindakan seperti:

a. Mengurangi intensitas dari bunyi itu pada sumbernya dengan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011

6 42 112

Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara

5 60 150

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Staf Dan Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan

0 30 60

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 5 52

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 2 20

KONTRIBUSI PENGAWASAN, LINGKUNGAN KERJA, DAN REWARD TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI SATUAN POLISI Kontribusi Pengawasan, Lingkungan Kerja, Dan Reward Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta.

0 2 16

KONTRIBUSI PENGAWASAN, LINGKUNGAN KERJA, DAN REWARD TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI SATUAN POLISI Kontribusi Pengawasan, Lingkungan Kerja, Dan Reward Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta.

0 3 13

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 1 7

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 1

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 16