“……kemudian hampir setiap calon yang di Dapil yang bukan daerahnya sendiri kalah dengan calon lain yang berasal dari
daerah Dapil tersebut, meskipun di Dapil tersebut pada awalnya adalah basis PPP, ya bisa dikatakan sentimen
kedaerahanlah”
14
d. Tidak Adanya Pemetaan Strategi Komunikasi Politik yang digunakan
oleh PPP Kabupaten Tegal ditiap Dapil PPP Kabupaten Tegal menyamaratakan semua strategi komunikasi
politik yang digunakan pada setiap daerah pemilihan Dapil, hal ini membuat PPP Kabupaten Tegal tidak mengetahui potensi-potensi yang ada ataupun
prediksi perolehan suara di setiap Dapilnya, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Masdar Helmi:
“.......dan kelemahan lainnya ya kami tidak melakukan pemetaan untuk implementasi strategi tersebut, jadi kami tidak
tahu potensi-potensi yang ada di tiap Dapil, dan kita juga tidak dapat memprediksi perolehan suara kami di tiap Dapilnya.
”
15
2. Kelebihan Strategi Komunikasi Politik PPP Kabupaten Tegal Pada
Pemilu Legislatif 2009
Sedangkan untuk kelebihan dari strategi komunikasi politik yang digunakan oleh PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009 adalah seluruh
pengurus DPC PPP Kabupaten Tegal bekerja secara maksimal dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang disusun oleh Lajnah Pemenangan
Pemilu Legislatif LP2L PPP Kabupaten Tegal, hal ini di ungkapkan oleh Masdar Helmi kepada peneliti:
14
Wawancara Pribadi dengan Masdar Helmi.
15
Wawancara Pribadi dengan Masdar Helmi.
“…sedangkan untuk kelebihannya ya menurut saya ya seluruh jajaran kepengurusan dari tingkat DPC sampai ranting, bekerja
cukup maksimal yah”
16
C. Penyebab Penurunan Suara PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu 2009
Penurunan perolehan suara yang dialami PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009 cukup signifikan. Pada tahun 2004 PPP Kabupaten Tegal
memperoleh suara hingga
7,74
, namun pada Pemilu legislatif PPP Kabupaten Tegal hanya memperoleh 5,2 pada Pemilu legislatif 2009.
17
Bahkan perolehan suara pada Pemilu legislatif 2009 sangat jauh dari perolehan suara yang
ditargetkan oleh PPP Kabupaten Tegal, target perolehan suara pada Pemilu legislatif 2009 adalah 8.
18
Padahal PPP Kabupaten Tegal telah berupaya untuk merebut simpati masyarakat. Beragam agenda kegiatan dan program kerja sudah
dijalankan untuk memberikan stimulan kepada mayarakat agar terpanggil untuk memilih PPP. Berikut adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab penurunan
perolehan suara PPP Kabupaten Tegal pada Pemilu legislatif 2009:
1. Munculnya Partai-Partai Baru yang Mengatasnamakan Ormas Islam
Banyak munculnya partai baru mengakibatkan pemilih menjadi lebih banyak pilihan, apalagi partai-partai baru tersebut mengatas namakan dari
berbagai Ormas Islam, yang selama ini menjadi sayap dari PPP. Karena dengan munculnya partai baru yang mengatas namakan berbasis Ormas Islam tersebut
secara otomatis PPP merasa kehilangan pemilih yang berasal dari anggota Ormas- Ormas tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Tubagus Fahmi,
16
Wawancara Pribadi dengan Masdar Helmi.
17
Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Harian DPC PPP Kabupaten Tegal, h. 17.
18
Ibid, h, 17.
“Faktor eksternal yang memengaruhi turunnya perolehan suara PPP di Kabupaten Tegal pada Pemilu 2009 yang lalu adalah
dengan munculnya partai-partai baru yang menyebabkan masyarakat Kabupaten Tegal mempunyai banyak pilihan untuk
memilih partai, dan juga partai-partai tersebut tersebut banyak yang mengatasnamakan basis ormas Islam tertentu, seperti
PKB, PKNU yang berbasis NU, kemudian PAN, PMB yang berbasis massa Muhamadiyah dan PBB yang berbasis massa
Masyumi. Ketiga ormas tersebut merupakan pilar utama konstituen PPP, dan ketika ada partai baru
yang mengatasnamakan ketiga ormas tersebut, maka secara otomatis
PPP merasa kehilangan sayapnya, karena ketiga ormas tersebut merupakan sayap-sayap yang selama ini di Pemilu-Pemilu
yang lalu adalah sayap dari PPP”
19
2. Berubahnya Orientasi Masyarakat Pemilih
Selanjutnya penyebab lain penurunan perolehan suara PPP Kabupaten Tegal yaitu, sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung mudah berubah secara
mendadak, tejadinya pergeseran orientasi memilih dikalangan masyarakat, bahkan menurut Tubagus Fahmi orientasi pemilih pada saat ini dapat dibedakan menjadi
tiga bagian; “Pemilih pragmatis maksudnya adalah pemilih akan memilih
suatu partai ataupun calon kandidat ketika partai atau kandidat tersebut memberikan kontribusi yang besar baik untuk dirinya
maupun golongannya, menurutnya pemilih ini memang sudah dari awal tidak mempunyai pilihan yang pasti, mereka akan
memilih tergantung dari kontribusi yang diberikan kepada mereka. Pemilih pragmatis idealis, pemilih ini sejatinya adalah
pemilih PPP akan tetapi jika PPP tidak dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun keompoknya
mereka akan memilih partai lain yang dapat memberikan kontribusi untuk dirinya maupun kelompoknya. Pemilih
idealis, pemilih ini adalah pemilih sejati PPP yang tidak bisa digoyahkan oleh suatu apapun.
”
20
Tentang kepragmatisan pemilih juga diungkapkan oleh Masdar Helmi: “kita orang-orang PPP itu tidak siap untuk “Money politic”, itu
yang saya anggap ketidak siapannya ada di disitu, kita melihat begitu Karena pragmatisnya orang-orang atau pemilih
19
Wawancara Pribadi dengan Tubagus Fahmi.
20
Wawancara Pribadi dengan Tubagus Fahmi.
sekarang karena ya kita melihat sekarang itu biasanya last minute
”
21
3. Berubahnya Aturan Pemilu dari Nomor Urut Caleg Menjadi Suara
Terbanyak
Penyebab lain turunnya perolehan suara PPP Kabupaten Tegal yaitu perubahan mendasar atas regulasi yang mengatur Pemilu legislatif 2009,
perubahan aturan ini terjadi setelah Mahkamah Konstitusi MK mengabulkan gugatan uji materi dan membatalkan pasal 214 huruf a, b, c, d, dan e UU No 10
tahun 2008
22
yang berbunyi : Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
kabupatenkota dari partai politik peserta Pemilu didasarkan pada perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan, dengan ketentuan:
a. Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupatenkota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30 dari bilangan pembagi pemilih BPP,
b. Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya lebih
banyak daripada jumlah kursi yang diperoleh partai plitik peserta Pemilu, maka kursi diberikan kepada calon yang memilki nomor urut
lebih kecil di antara calon yang memenuhi ketentuan sekurang- kurangnya 30 dari BPP,
21
Wawancara Pribadi dengan Masdar Helmi.
22
Dumadia, Keputusan Mahkamah Konstitusi Tentang Suara Terbanyak Pada Pemilu Legislatif 2009, diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari
http:dumadia.wordpress.com.