Analisa Kadar Unsur Zn Dan Cu Pada Kopi Bubuk (Coffea spp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

ANALISA KADAR UNSUR Zn DAN Cu PADA KOPI BUBUK (Coffea spp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

MUTIARA 060802042

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISA KADAR UNSUR Zn DAN Cu PADA KOPI BUBUK (Coffea spp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MUTIARA 060802042

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR UNSUR Zn DAN Cu

PADA KOPI BUBUK (Coffea spp.)

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

Kategori : SKRIPSI

Nama : MUTIARA

Nomor Induk Mahasiswa : 060802042

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM / FMIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Januari 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof.Dr.Harry Agusnar.M.Sc.,M.Phill Prof.Dr.Zul Alfian.M.Sc

NIP. 195308171983031002 NIP.195504051983031002

Diketahui/Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang Bulan Nst.,MS. NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR UNSUR Zn DAN Cu PADA KOPI BUBUK (Coffea spp.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2011

MUTIARA 060802042


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang teramat besar saya persembahkan kepada Allah SWT yang dengan curahan rahmat serta cinta-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya sampaikan pada Rasulullah, Muhammad SAW, sebagai tauladan umat.

Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang terdalam dan tulus kepada Ayahanda tercinta Mustafa dan Ibunda tersayang Fatmah (Alm) atas segala doa dan pengorbanan yang telah diberikan kepada saya. Serta tak lupa pula terima kasih untuk abangda Ibrahim, Ali Nafiah, Ahmad Dani, dan Husin, kakanda Muslimah, Serasi, Nurma, Khairiah, dan Intan. Serta seluruh keluarga yang telah memberikan banyak dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr.Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Prof.Dr.Harry

Agusnar, M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Dr.Rumondang Bulan Nst, M.S dan Drs.Firman Sebayang, M.S selaku Ketua

dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia.

3. Cut Fatimah Zuhra,Ssi., Msi. selaku dosen wali saya yang telah banyak

memberi masukan selama saya mencari ilmu di FMIPA USU.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa studi saya

di FMIPA USU.

5. Sahabat-sahabat saya, Tiwi, Dila, Tika, Linda, K’Yayuk, K’Ria, K’Cinta, Lia, Juriah, Isma dan Ena terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

6. Teman-teman Kimia Stambuk 2006, Afrima, Uni, Widia, Eko, Nora, Febri,

Nurfitri, Nelvi, Agung, Egy, Sevia, Nia, Meniq, Fatma, Ana, Harry, Ai, Renita dan teman-teman yang lain yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu.

7. Teman-teman dan adik-adik di UKMI AL-FALAK FMIPA USU , Nurhayani,

Dwi Mandarini, Juli Agustina, Jiya, S.K.D, Henny, Qiqi, Ully, Rini, Fitri, saidah, dan Wulan. Terima kasih atas inspirasi, motivasi dan kerjasamanya selama ini.

8. Adik-adik Kimia Stambuk 2007, 2008, dan 2009, Emi, Minah, Novi, Indah,

Icha, Rina, Riana, Neni, Mira, Kasra, dan Asmi, terimakasih atas Do’a dan dukungannya selama ini.


(6)

9. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu semua, semoga Allah membalasnya dengan segala yang terbaik. Amin. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan saya. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap kandungan logam Zn dan Cu dari kopi bubuk. Sampel yang dianalisa adalah kopi bubuk industri pabrik dengan kopi bubuk industri rumah tangga yang dianalisa setiap minggu selama satu bulan. Pengukuran konsentrasi logam Zn dan Cu pada kopi bubuk dilakukan dengan menggunakan metode dekstruksi basah.Pelarut yang digunakan adalah HNO 3(p) dan H2SO4(p) serta

pengoksidasinya H2O2 30 % kemudian dianalisis dengan Sepektrofotometer Serapan

Atom pada λspesifik = 213,9 nm(Zn) dan λspesifik = 324,8 nm(Cu).

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk sampel kopi bubuk industri pabrik diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn = 7,872 mg/kg dan untuk Cu= 13,256 mg/kg.Untuk sampel kopi bubuk industri rumah tangga diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn= 13,071 mg/kg dan untuk Cu = 11,990 mg/kg. Data kadar Zn dan Cu yang diperoleh diolah dengan menggunakan kurva standar metode Least-Square dengan memplotkan nilai absorbansi larutan seri standar logam Zn dan Cu terhadap konsentrasi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar cemaran logam dalam kopi bubuk yang dianalisa memenuhi standar dalam syarat mutu SNI 01-3542-2004.


(8)

ANALYSIS OF ZINKUM AND CUPPRUM IN COFFEE POWDER USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHODE

ABSTRACT

The research done on the metal content of Zn and Cu from the coffee powder. Samples analyzed are ground coffee with coffee powder factory industry industrial households are analyzed each week for a month. Measurement of Zn and Cu metal concentrations in ground coffee is done by using basah.Pelarut dekstruksi method used was HNO 3 (p) and H 2 SO 4 (p) and pengoksidasinya H 2 O 2 30% and then

analyzed by Atomic Absorption Sepektrofotometer on specific λ = 213.9 nm (Zn) and specificλ = 324.8 nm (Cu).

From the results of research conducted for a sample of coffee powder factory

industrial average concentration obtained for Zn = 7.872 mg/kg and for Cu = 13.256 mg/kg.Untuk ground coffee samples obtained domestic industry average concentration for Zn = 13.071 mg/kg and for Cu = 11.990 mg/kg. Levels of Zn and Cu data obtained are processed using the standard curve method with Least-Square memplotkan absorbance value of the standard series solution Zn and Cu on the concentration. From these data it is known that metal contaminant levels in ground coffee is analyzed in terms of quality standards SNI 01-3542-2004.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 3

1.7 Metodologi Penelitian 3

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi 4

2.2 Pembuatan Kopi Bubuk 5

2.3 Syarat Mutu Kopi Bubuk 6

2.4 Logam 7

2.4.1 Logam Seng (Zn) 7

2.4.2 Zn Dalam Tubuh Manusia 8

2.4.3 Defesiensi dan Keracunan Zn 8

2.5 Logam Tembaga (Cu) 9


(10)

2.5.2 Defesiensi dan Keracunan Cu 10

2.6 Perombakan Bahan Organik dan Biologis 10

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom 12

2.7.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom 12

2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom 13

2.7.3 Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom 14

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat – Alat 16

3.2 Bahan-Bahan 16

3.3 Prosedur Penelitian 17

3.3.1 Penyediaan Sampel 17

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Seng 100mg/L 17

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar Seng 10 mg/L 17

3.3.4 Pembuatan Larutan Standar Seng 5 mg/L 17

3.3.5 Pembuatan Larutan Seri Standar Seng 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 17

dan 2,0 mg/L

3.3.6 Pembuatan Kurva Standar Seng 17

3.3.7 Pembuatan Larutan Standar Tembaga 100mg/L 18

3.3.8 Pembuatan Larutan Standar Tembaga 10mg/L 18

3.3.9 Pembuatan Larutan Standar Tembaga 5mg/L 18

3.3.10 Pembuatan Larutan Seri Standar Tembaga 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 18

dan 2,0 mg/L

3.3.11Pembuatan Kurva Standar Tembaga 18

3.3.12 Penentuan Kadar Seng dan Tembaga Pada Sampel 18

3.4 Bagan Penelitian 19

3.4.1 Preparasi Sampel 19

3.4.2 Analisis Sampel dengan Metode Dekstruksi Basah 20


(11)

4.1 Hasil Penelitian 21

4.1.1 Logam Zn 21

4.1.2 Logam Cu 22

4.2 Pengolahan Data 24

4.2.1 Logam Zn 24

4.2.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square 24

4.2.1.2 Koefisien Korelasi 26

4.2.1.3 Penentuan Konsentrasi 26

4.2.1.4 Penentuan Kadar Seng (Zn) pada Kopi Bubuk dalam Satuan mg/kg 28

4.2.2 Logam Cu 29

4.2.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square 29

4.2.2.2 Koefisien Korelasi 30

4.2.2.3 Penentuan Konsentrasi 30

4.2.2.4 Penentuan Kadar Tembaga (Cu) pada Kopi Bubuk dalam Satuan 32

mg/kg

4.3 Pembahasan 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data Hasil Pengukuran Kadar Seng pada Kopi Bubuk 37

Dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

Tabel 2 Data Hasil Pengukuran Kadar Tembaga pada Kopi Bubuk 37

Dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

Tabel 3 Batas Kandungan Logam yang Direkomendasikan untuk 38

Konsumsi Menurut Ketentuan FAO/WHO (JECFA = Joint Expert Committee on Food Additivies)

Tabel 4 Syarat Mutu Kopi Bubuk 39

Tabel 4.1 Kondisi Alat SSA Merek Shimadzu Tipe AA-6300 21

pada pengukuran Konsentrasi Logam Zn

Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Seri Standart Zn 22

Tabel 4.3 Kondisi Alat SSA Merek Shimadzu Tipe AA-6300 23

pada Pengukuran Konsentrasi logam Cu

Tabel 4.4 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Cu 23

Tabel 4.5 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least 25

Square untuk Zn

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Absoransi Logam Zn pada Kopi 26

Bubuk Industri Pabrik dan Industri Rumah Tangga dengan Metode Dekstrusi Basah Secara SSA

Tabel 4.7. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least 29

Square untuk Cu

Tabel 4.8. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Cu pada Kopi 31

Bubuk Industri Pabrik dan Industri Rumah Tangga dengan Metode Dekstrusi Basah Secara SSA


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Seng (Zn) 22


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap kandungan logam Zn dan Cu dari kopi bubuk. Sampel yang dianalisa adalah kopi bubuk industri pabrik dengan kopi bubuk industri rumah tangga yang dianalisa setiap minggu selama satu bulan. Pengukuran konsentrasi logam Zn dan Cu pada kopi bubuk dilakukan dengan menggunakan metode dekstruksi basah.Pelarut yang digunakan adalah HNO 3(p) dan H2SO4(p) serta

pengoksidasinya H2O2 30 % kemudian dianalisis dengan Sepektrofotometer Serapan

Atom pada λspesifik = 213,9 nm(Zn) dan λspesifik = 324,8 nm(Cu).

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk sampel kopi bubuk industri pabrik diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn = 7,872 mg/kg dan untuk Cu= 13,256 mg/kg.Untuk sampel kopi bubuk industri rumah tangga diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn= 13,071 mg/kg dan untuk Cu = 11,990 mg/kg. Data kadar Zn dan Cu yang diperoleh diolah dengan menggunakan kurva standar metode Least-Square dengan memplotkan nilai absorbansi larutan seri standar logam Zn dan Cu terhadap konsentrasi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar cemaran logam dalam kopi bubuk yang dianalisa memenuhi standar dalam syarat mutu SNI 01-3542-2004.


(15)

ANALYSIS OF ZINKUM AND CUPPRUM IN COFFEE POWDER USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHODE

ABSTRACT

The research done on the metal content of Zn and Cu from the coffee powder. Samples analyzed are ground coffee with coffee powder factory industry industrial households are analyzed each week for a month. Measurement of Zn and Cu metal concentrations in ground coffee is done by using basah.Pelarut dekstruksi method used was HNO 3 (p) and H 2 SO 4 (p) and pengoksidasinya H 2 O 2 30% and then

analyzed by Atomic Absorption Sepektrofotometer on specific λ = 213.9 nm (Zn) and specificλ = 324.8 nm (Cu).

From the results of research conducted for a sample of coffee powder factory

industrial average concentration obtained for Zn = 7.872 mg/kg and for Cu = 13.256 mg/kg.Untuk ground coffee samples obtained domestic industry average concentration for Zn = 13.071 mg/kg and for Cu = 11.990 mg/kg. Levels of Zn and Cu data obtained are processed using the standard curve method with Least-Square memplotkan absorbance value of the standard series solution Zn and Cu on the concentration. From these data it is known that metal contaminant levels in ground coffee is analyzed in terms of quality standards SNI 01-3542-2004.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman (AAK.1988). Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal pertama kali di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi (Najiati et al.2006)

Pada mulanya orang minum kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan cairan dalam kopi yang masih segar atau ada pula yang menggunakan kulit buah yang disedu dengan air panas. Sudah barang tentu rasanya tidak enak seenak kopi bubuk, namun dapat juga menyegarkan badan, sehingga penggemarnya pun belum begitu meluas. Setelah diketemukan cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan minuman, akhirnya penggemarnya cepat meluas di berbagai daerah dan bahkan meluas di Afrika sebelah utara(AAK.1988)

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara tahun 1696-1699. Penanaman tanaman ini mula-mula hanya bersifat coba-coba (penelitian), tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiati et al.2006)

Didalam kopi terdapat logam seng dan logam tembaga yang berasal dari pemakaian pestisida serta pemupukan yang berlebihan dan dapat berasal dari tanah


(17)

tempat tumbuhnya kopi tersebut. Jika kopi sudah tercemar akan membahayakan (SNI 01-3542-2004). Logam-logam bahan pencemar yang perlu diwaspadai adalah seperti seng, tembaga, merkuri,besi, kadmium, kobalt, timbale, nikel yang terlarut dalam air (Darmono, 1995).

Pencemaran logam pada produk makanan mungkin dapat terjadi pada waktu pemrosesan makanan dan wadah. Selain itu kontaminasi makanan juga dapat terjadi dari tanaman pangan (bidang pertanian) yang diberi pupuk dan pestisida yang mengandung logam (Darmono.1995). Penggunaan pestisida dapat tertinggal dan tercampur dengan makanan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan (Winarno.1993)

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisa unsur Zn dan Cu yang terdapat dalam kopi bubuk menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

1.2Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Apakah kadar unsur Zn dan Cu yang terdapat dalam kopi bubuk industri

pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)

2. Bagaimanakah perbandingan kadar unsur Zn dan Cu yang terdapat pada kopi

bubuk industri pabrik dengan kopi bubuk industri rumah tangga.

1.3Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar Zn dan Cu dari kopi bubuk

industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga

2. Sampel yang digunakan hanya satu merek

3. Parameter yang dianalisa yaitu logam seng dan tembaga dan diukur dengan

Sepektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik = 213,9 nm dan λspesifik = 324,8


(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar seng dan tembaga yang terdapat dalam kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga, serta untuk menganalisis apakah kadar seng dan tembaga yang terkandung dalam kopi bubuk tersebut tidak melampaui baku mutu yang telah ditetapkan sehingga layak dikonsumsi.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar seng dan tembaga yang terdapat dalam kopi bubuk industri pabrik dan industri rumah tangga yang beredar dipasaran.

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

1.7 Metodologi Penelitian

1. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan interval waktu persatu minggu

2. Metode dekstruksi yang dilakukan adalaah metode dekstruksi basah dengan

menggunakan pereaksi asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, dan asam peroksida 30 %

3. Penentuan kadar Zn dan Cu yang dilakukan dengan Spektrofotometer Serapan

Atom pada λspesifik = 213,9 nm dan λspesifik = 324,8 nm

4. Cara menghitung kadar seng dan tembaga dari sampel dalam satuan mg/kg

dengan menggunakan data hasil analisis Spektrofotometer Serapan Atom, dan dengan menggunakan persamaan garis regresi kurva standar.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Kopi

Nama kopi (Coffea spp.)sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi.Didunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta dan liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora.

1. Kopi Liberika (Coffea liberica)

Kopi liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1965. Beberapa varietas kopi liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain Ardoniana dan Durvei. Meskipun sudah cukup lama masuk ke Indonesia tetapi hingga kini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan rendemennya rendah.

2. Golongan Ekselsa

Kopi golongan ekselsa mempunyai adaptasi iklim lebih luas seperti kopi Liberika dan tidak terlalu peka terhadap penyakit HIV. Jenis ini banyak dibudidayakan didataran rendah yang basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta. Kelemahan jenis kopi ini antara lain kurang laku dipasaran dibanding kopi robusta karena kualitasnya kurang baik.


(20)

Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Abessinia. Kopi ini merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19. Setelah abad ke-19, dominasi kopi Arabika menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HIV, terutama di dataran rendah.Beberapa varietas kopi Arabika yang banyak diusahakan di Indonesia antara lain Abesinia, Pasumah, Marago type, dan congensis.

4. Kopi Robusta

Kopi Robusta berasal dari Kongo. Kopi ini masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Beberpa jenis yang termasuk kopi Robusta antara lain Quillou, Uganda, dan Chanephora. Oleh karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi Robusta termasuk jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini.

5. Golongan Hibrida

Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat-sifat unggul kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridnya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti setek atau sambungan (Najiatai et al,2006)

1.2Pembuatan Kopi Bubuk

Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu yang tidak membahayakan kesehatan(SNI 01 – 3542 – 2004).

Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi kedalam dua tahap, yaitu tahap perendangan dan tahap penggilingan.


(21)

Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras pada

suhu 200-225oC. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kopi rendang yang

berwarna cokelat kayu manis kehitaman. Kopi beras adalah kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya.

Perendangan secara tradisional umumnya dilakukan petani secara terbuka dengan wajan yang terbuat dari tanah, besi atau baja.Sedang perendangan kopi oleh pabrik dilakukan secara tertutup dengan mesin\ seperti bath roaster.

2. Penggilingan (penumbukan)

Penggilingan adalah proses pemecahan butir-butir kopi yang telah direndang untuk mendapatkan kopi bubuk.Penggilingan tradisional dilakukan dengan cara menumbuk kopi menggunakan alat penumbuk yang disebut lumpang dan alu.Penggilingan oleh industri atau pabrik menggunakan mesin giling (Najiati

et al.2006).

1.3Syarat Mutu Kopi Bubuk

No Kriteria Uji Persyaratan

1 2 3 4 5 6 7 Keadaan Bau Rasa Warna Air Abu

Kealkalian Abu (ml x .NaOH/100g) Sari Kopi Bahan-bahan lain Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Normal Normal Normal

Maksimal 7 % b/b Maksimal 5 % b/b Minimal 35

Maksimal 60 % b/b Boleh ada

Maksimal 2,0 mg/kg Maksimal 30,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg


(22)

8 9

Timah (Sn) Raksa (Hg)

Cemaran Arsen (As) Cemaran Mikroba Angka Lempeng total Kapang

Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 0,03 mg/kg Maksimal 1,0 mg/kg

Maksimal 106 Koloni/g Maksimal 104 Koloni/g Sumber : SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional

2.4Logam

Logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk yang bersangkutan, yang termasuk logam esensial adalah seng (Zn), tembaga (Cu) dan selenium (Se).

Logam nonesensial adalah arsen (As), merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Kromium (Cr), dan Aluminium (Al), tetapi beberapa jenis logam lain yang termasuk kelompok logam esensial dapat pula bersifat racun bila keberadaannya telah melebihi dari kebutuhan pada proses fsiologi dalam makhluk hidup (Darmono.1995).

2.4.1 Logam Seng (Zn)

Logam zink adalah yang putih kebiru-biruan; Logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-150oC. Zink melebur pada 410 oC dan mendidih pada 906oC. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi (Vogel,A.I.1985).

Unsur yang berwarna putih-kebiruan mengkilap, rapuh pada suhu biasa tetapi liat pada suhu 100-150oC, konduktor listrik, pada suhu tinggi terbakar disertai asap


(23)

putih oksidanya. Sifat lainnya adalah unsur elektropositif, mudah bereaksi dengan O2

tetapi oksida yang terbentuk bersifat melapisi dan menghambat oksidasi selanjutnya; bereaksi dengan belerang dan unsur logam lainnya (Mulyono.2006)

2.4.2. Zn Dalam Tubuh Manusia

Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung 1,4 -2,5 g Zn yang tersebar hampir disemua sel. Sebahagian besar seng berada di dalam hati , prankeas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Kelebihan seng disimpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari .

Logam seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi kalogen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka, serta dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma, selain itu sebagai pengangkut sintesis vitamin A, pembentukan antibodi sel, metabolisme tulang, transpor oksigen, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah (Almatsier,S.2001)

2.4.3. Defesiensi dan Keracunan Zn

Seng adalah yang paling kurang beracun diantara mikro mineral.Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi fankreas dan kerusakan permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.. Kekurangan seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka.

Kelebihan seng mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein dan dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan didalam


(24)

kaleng yang dilapisi seng . (Sunita.2002).Seng dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kematian. Dosis seng yang tinggi juga dapat menghambat penyerapan besi dari sistem pencernaan (Frances.2006)

2.5 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa , dan liat. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu+2) ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel,A.I.1985 ).Tembaga meleleh pada 1083oC, dan mendidih pada 2.840

o

C. Unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral.

2.5.1 Cu Dalam Tubuh Manusia

Sebagai logam berat, Cu berada dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr tetapi logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat esensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meskipun dalam jumlah sedikit.

Kadar Cu dalam tubuh orang dewasa sekitar 50-80 mg, jauh lebih sedikit daripada Fe dan Zn. Pada manusia Cu paling banyak didapatkan dalam hati dan darah (Linder,C.M.1992). Logam Cu dibutuhkan untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim askorbat oksidase, sistikrom oksidase, polyfenol oksidase dan lain-lain. Cu juga dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu, Cu juga terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktifitas tirosin (Heryando.1994)


(25)

2.5.2 Defesiensi dan Keracunan Cu

Defesiensi Cu tidak jarang terjadi pada bayi prematur atau yang berat badannya rendah. Defesiensi juga mungkin dapat diakibatkan atau ditingkatkan oleh banyaknya yang terekskresi melalui urin. Gejala defisiensi Cu termasuk penurunan kadar Cu-serum dan seruloplasmin, anemia, depigmentasi kulit, rambut kusut, kerusakan otak (Linder,C.M.1992)

Namun demikian meski sangat dibutuhkan, logam Cu akan berbalik menjadi bahan racun untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan. Bentuk Cu yang paling beracun adalah debu-debu Cu yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Sedangkan daya racun yang dimiliki oleh garam klorida terhidrasi

(CuCl2.2H2O) akan mengakibatkan kematian pada dosis 9,4 mg/kg. Untuk garam

sulfat dalam bentuk terhidrasi (CuSO4.5H2O) daya racun yang dimilikinya akan

mengakibatkan kematian pada dosis 33 mg/kg .Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernafasan sebelah atas,terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung (Heryando.1994)

2.6Perombakan Bahan Organik dan Biologis

Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan makanan dihancurkan atau didekstruksi terlebih dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan metode pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan metode pengabuan tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitivitas yang digunakan (Apriyanto,A.1989).

a. Dekstruksi Basah

Dekstruksi basah yaitu pemanasan sampel (organic atau biologis) dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam-asam mineral baik tunggal maupun campuran. Jika dalam sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan


(26)

pada temperature yang cukup tinggi dan jika pemanasan dilakukan secara kontinu pada waktu yang cukup lama, maka sampel akan teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai elemen-elemen pada larutan asam dalam bentuk senyawa anorganik yang sesuai untuk dianalisis (Anderson,R.1987). Dekstruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendekstruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih, dan seng.

Ada tiga macam cara kerja dekstruksi basah dapat dilakukan, yaitu : 1. Dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO4

2. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan HClO4

3. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan H2O2(Apriyanto,A.1989)

b. Dekstruksi Kering

Dekstruksi kering merupakan yang paling umum digunakan dengan cara membakar habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk analisis lebih lanjut. (Anderson,R.1987)

Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali merkuri dan arsen. Cara ini lebih membutuhkan sedikit ketelitian sehingga mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca,P dan K akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh karena itu, untuk menganalisa K harus dihindari pemakaian suhu lebih tinggi dari 480oC. Suhu 450oC tidak dapat digunakan jika menganalisa kandungan seng (Zn), yang penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut (misal timah putih) (Apriyanto,A.1989)


(27)

2.7Spektrofotometri Serapan Atom

Metode Spektrofotometri Serapan Atom pertama kali dikembangkan oleh Walsh, Alkamede, dan Melatz (1955) yang ditujukan untuk analisis renik dalam sampel yang dianalisis. Pada Spektrofotometri Serapan Atom terjadi penyerapan sumber radiasi (di luar nyala) oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi biasanya radiasi sinar tampak atau ultraviolet (Mulja,M.1995)

2.7.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu diserap dan jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.

Proses terbentuknya uap yang mengandung atom-atom dalam nyala, dapat diringkaskan sebagai berikut: bila suatu larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari yang akan diselidiki itu dilewatkan kedalam nyala, terjadilah peristiwa berikut secara berurutan :

1. Penghilangan pelarut atau evaporasi yang meninggalkan residu padat

2. Penguapan zat padat dilanjutkan denga disosiasi menjadi atom-atom penyususn yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar. (Vogel.A.I.1994)


(28)

2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Sumber Sinar Nyala monokromator detektor

Tempat sampel read out

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder beronggga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.

b. Tempat sampel

Dalam anaisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nayala dan tanpa nyala

• Nyala(Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.

• Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus


(29)

listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman,A.2007)

c. Monokromator

Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi energi yang mencapai detektor. Dapat dianggap sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik, yang mana spektrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell, S.J.1991)

d. Detektor

Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang akan datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja,M.1995)

e. Read out

Sistem pencatat yang digunakan pada instrument SSA berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti sistem pencatat menegah atau mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala secara paralaks, kesalahan interpolasi diantara pembacaan skala dan sebagainya, serta menyeragamkan tampilnya data, yaitu dalam satuan absorbansi (Haswell, S.J.1991)

2.7.3 Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya

Gangguan diartikan sebagai suatu factor kimia atau fisika yang akan mempengaruhi jumlah atom pada anlit dalam keadaan dasar (ground state) sehingga akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya bacaan nilai serapan atau unsur yang dianalisis.


(30)

Ada beberap faktor gangguan dalam menggunakan SSA :

1. Suhu yang sesuai, suhu gas pembakar harus sesuai dengan suhu unsur yang

akan dianalisis

2. Konsentrasi sampel tidak boleh melebihi kesensitifan dari alat detector SSA. Ini aan menyebabkan gangguan terhadap garis spectrum dan mengakibatkan kerusakan pada alat detector SSA

3. Pengaruh penguapan pelarut dan bahan larutan jangan sampai menurunkan

suhu nyala gas pembakar, ini akan menyebabkan bacaan nilai serapan atom menjadi rendah (Khopkar, S.M. 1990)


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Kopi

Nama kopi (Coffea spp.)sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi.Didunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta dan liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora.

1. Kopi Liberika (Coffea liberica)

Kopi liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1965. Beberapa varietas kopi liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain Ardoniana dan Durvei. Meskipun sudah cukup lama masuk ke Indonesia tetapi hingga kini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan rendemennya rendah.

2. Golongan Ekselsa

Kopi golongan ekselsa mempunyai adaptasi iklim lebih luas seperti kopi Liberika dan tidak terlalu peka terhadap penyakit HIV. Jenis ini banyak dibudidayakan didataran rendah yang basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta. Kelemahan jenis kopi ini antara lain kurang laku dipasaran dibanding kopi robusta karena kualitasnya kurang baik.


(32)

Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Abessinia. Kopi ini merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19. Setelah abad ke-19, dominasi kopi Arabika menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HIV, terutama di dataran rendah.Beberapa varietas kopi Arabika yang banyak diusahakan di Indonesia antara lain Abesinia, Pasumah, Marago type, dan congensis.

4. Kopi Robusta

Kopi Robusta berasal dari Kongo. Kopi ini masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Beberpa jenis yang termasuk kopi Robusta antara lain Quillou, Uganda, dan Chanephora. Oleh karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi Robusta termasuk jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini.

5. Golongan Hibrida

Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat-sifat unggul kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridnya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti setek atau sambungan (Najiatai et al,2006)

1.2Pembuatan Kopi Bubuk

Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu yang tidak membahayakan kesehatan(SNI 01 – 3542 – 2004).

Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi kedalam dua tahap, yaitu tahap perendangan dan tahap penggilingan.


(33)

Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras pada

suhu 200-225oC. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kopi rendang yang

berwarna cokelat kayu manis kehitaman. Kopi beras adalah kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya.

Perendangan secara tradisional umumnya dilakukan petani secara terbuka dengan wajan yang terbuat dari tanah, besi atau baja.Sedang perendangan kopi oleh pabrik dilakukan secara tertutup dengan mesin\ seperti bath roaster.

2. Penggilingan (penumbukan)

Penggilingan adalah proses pemecahan butir-butir kopi yang telah direndang untuk mendapatkan kopi bubuk.Penggilingan tradisional dilakukan dengan cara menumbuk kopi menggunakan alat penumbuk yang disebut lumpang dan alu.Penggilingan oleh industri atau pabrik menggunakan mesin giling (Najiati

et al.2006).

1.3Syarat Mutu Kopi Bubuk

No Kriteria Uji Persyaratan

1 2 3 4 5 6 7 Keadaan Bau Rasa Warna Air Abu

Kealkalian Abu (ml x .NaOH/100g) Sari Kopi Bahan-bahan lain Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Normal Normal Normal

Maksimal 7 % b/b Maksimal 5 % b/b Minimal 35

Maksimal 60 % b/b Boleh ada

Maksimal 2,0 mg/kg Maksimal 30,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg


(34)

8 9

Timah (Sn) Raksa (Hg)

Cemaran Arsen (As) Cemaran Mikroba Angka Lempeng total Kapang

Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 0,03 mg/kg Maksimal 1,0 mg/kg

Maksimal 106 Koloni/g Maksimal 104 Koloni/g Sumber : SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional

2.4Logam

Logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk yang bersangkutan, yang termasuk logam esensial adalah seng (Zn), tembaga (Cu) dan selenium (Se).

Logam nonesensial adalah arsen (As), merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Kromium (Cr), dan Aluminium (Al), tetapi beberapa jenis logam lain yang termasuk kelompok logam esensial dapat pula bersifat racun bila keberadaannya telah melebihi dari kebutuhan pada proses fsiologi dalam makhluk hidup (Darmono.1995).

2.4.1 Logam Seng (Zn)

Logam zink adalah yang putih kebiru-biruan; Logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-150oC. Zink melebur pada 410 oC dan mendidih pada 906oC. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi (Vogel,A.I.1985).

Unsur yang berwarna putih-kebiruan mengkilap, rapuh pada suhu biasa tetapi liat pada suhu 100-150oC, konduktor listrik, pada suhu tinggi terbakar disertai asap


(35)

putih oksidanya. Sifat lainnya adalah unsur elektropositif, mudah bereaksi dengan O2

tetapi oksida yang terbentuk bersifat melapisi dan menghambat oksidasi selanjutnya; bereaksi dengan belerang dan unsur logam lainnya (Mulyono.2006)

2.4.2. Zn Dalam Tubuh Manusia

Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung 1,4 -2,5 g Zn yang tersebar hampir disemua sel. Sebahagian besar seng berada di dalam hati , prankeas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Kelebihan seng disimpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari .

Logam seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi kalogen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka, serta dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma, selain itu sebagai pengangkut sintesis vitamin A, pembentukan antibodi sel, metabolisme tulang, transpor oksigen, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah (Almatsier,S.2001)

2.4.3. Defesiensi dan Keracunan Zn

Seng adalah yang paling kurang beracun diantara mikro mineral.Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi fankreas dan kerusakan permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.. Kekurangan seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka.

Kelebihan seng mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein dan dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan didalam


(36)

kaleng yang dilapisi seng . (Sunita.2002).Seng dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kematian. Dosis seng yang tinggi juga dapat menghambat penyerapan besi dari sistem pencernaan (Frances.2006)

2.5 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa , dan liat. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu+2) ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel,A.I.1985 ).Tembaga meleleh pada 1083oC, dan mendidih pada 2.840

o

C. Unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral.

2.5.1 Cu Dalam Tubuh Manusia

Sebagai logam berat, Cu berada dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr tetapi logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat esensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meskipun dalam jumlah sedikit.

Kadar Cu dalam tubuh orang dewasa sekitar 50-80 mg, jauh lebih sedikit daripada Fe dan Zn. Pada manusia Cu paling banyak didapatkan dalam hati dan darah (Linder,C.M.1992). Logam Cu dibutuhkan untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim askorbat oksidase, sistikrom oksidase, polyfenol oksidase dan lain-lain. Cu juga dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu, Cu juga terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktifitas tirosin (Heryando.1994)


(37)

2.5.2 Defesiensi dan Keracunan Cu

Defesiensi Cu tidak jarang terjadi pada bayi prematur atau yang berat badannya rendah. Defesiensi juga mungkin dapat diakibatkan atau ditingkatkan oleh banyaknya yang terekskresi melalui urin. Gejala defisiensi Cu termasuk penurunan kadar Cu-serum dan seruloplasmin, anemia, depigmentasi kulit, rambut kusut, kerusakan otak (Linder,C.M.1992)

Namun demikian meski sangat dibutuhkan, logam Cu akan berbalik menjadi bahan racun untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan. Bentuk Cu yang paling beracun adalah debu-debu Cu yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Sedangkan daya racun yang dimiliki oleh garam klorida terhidrasi

(CuCl2.2H2O) akan mengakibatkan kematian pada dosis 9,4 mg/kg. Untuk garam

sulfat dalam bentuk terhidrasi (CuSO4.5H2O) daya racun yang dimilikinya akan

mengakibatkan kematian pada dosis 33 mg/kg .Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernafasan sebelah atas,terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung (Heryando.1994)

2.6Perombakan Bahan Organik dan Biologis

Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan makanan dihancurkan atau didekstruksi terlebih dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan metode pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan metode pengabuan tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitivitas yang digunakan (Apriyanto,A.1989).

a. Dekstruksi Basah

Dekstruksi basah yaitu pemanasan sampel (organic atau biologis) dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam-asam mineral baik tunggal maupun campuran. Jika dalam sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan


(38)

pada temperature yang cukup tinggi dan jika pemanasan dilakukan secara kontinu pada waktu yang cukup lama, maka sampel akan teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai elemen-elemen pada larutan asam dalam bentuk senyawa anorganik yang sesuai untuk dianalisis (Anderson,R.1987). Dekstruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendekstruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih, dan seng.

Ada tiga macam cara kerja dekstruksi basah dapat dilakukan, yaitu : 1. Dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO4

2. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan HClO4

3. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan H2O2(Apriyanto,A.1989)

b. Dekstruksi Kering

Dekstruksi kering merupakan yang paling umum digunakan dengan cara membakar habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk analisis lebih lanjut. (Anderson,R.1987)

Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali merkuri dan arsen. Cara ini lebih membutuhkan sedikit ketelitian sehingga mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca,P dan K akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh karena itu, untuk menganalisa K harus dihindari pemakaian suhu lebih tinggi dari 480oC. Suhu 450oC tidak dapat digunakan jika menganalisa kandungan seng (Zn), yang penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut (misal timah putih) (Apriyanto,A.1989)


(39)

2.7Spektrofotometri Serapan Atom

Metode Spektrofotometri Serapan Atom pertama kali dikembangkan oleh Walsh, Alkamede, dan Melatz (1955) yang ditujukan untuk analisis renik dalam sampel yang dianalisis. Pada Spektrofotometri Serapan Atom terjadi penyerapan sumber radiasi (di luar nyala) oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi biasanya radiasi sinar tampak atau ultraviolet (Mulja,M.1995)

2.7.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu diserap dan jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.

Proses terbentuknya uap yang mengandung atom-atom dalam nyala, dapat diringkaskan sebagai berikut: bila suatu larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari yang akan diselidiki itu dilewatkan kedalam nyala, terjadilah peristiwa berikut secara berurutan :

1. Penghilangan pelarut atau evaporasi yang meninggalkan residu padat

2. Penguapan zat padat dilanjutkan denga disosiasi menjadi atom-atom penyususn yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar. (Vogel.A.I.1994)


(40)

2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Sumber Sinar Nyala monokromator detektor

Tempat sampel read out

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder beronggga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.

b. Tempat sampel

Dalam anaisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nayala dan tanpa nyala

• Nyala(Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.

• Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus


(41)

listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman,A.2007)

c. Monokromator

Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi energi yang mencapai detektor. Dapat dianggap sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik, yang mana spektrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell, S.J.1991)

d. Detektor

Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang akan datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja,M.1995)

e. Read out

Sistem pencatat yang digunakan pada instrument SSA berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti sistem pencatat menegah atau mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala secara paralaks, kesalahan interpolasi diantara pembacaan skala dan sebagainya, serta menyeragamkan tampilnya data, yaitu dalam satuan absorbansi (Haswell, S.J.1991)

2.7.3 Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya

Gangguan diartikan sebagai suatu factor kimia atau fisika yang akan mempengaruhi jumlah atom pada anlit dalam keadaan dasar (ground state) sehingga akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya bacaan nilai serapan atau unsur yang dianalisis.


(42)

Ada beberap faktor gangguan dalam menggunakan SSA :

1. Suhu yang sesuai, suhu gas pembakar harus sesuai dengan suhu unsur yang

akan dianalisis

2. Konsentrasi sampel tidak boleh melebihi kesensitifan dari alat detector SSA. Ini aan menyebabkan gangguan terhadap garis spectrum dan mengakibatkan kerusakan pada alat detector SSA

3. Pengaruh penguapan pelarut dan bahan larutan jangan sampai menurunkan

suhu nyala gas pembakar, ini akan menyebabkan bacaan nilai serapan atom menjadi rendah (Khopkar, S.M. 1990)


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Alat-alat

- Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu

- Alat-alat gelas pyrex

- Pipet volume pyrex

- Hot Plate Fisons

- Oven Fisher

- Botol akuades - Corong - Spatula

- Kertas saring Whatman No.42

- pH meter Hanna

3.2Bahan-bahan

- Bubuk kopi

- Larutan induk seng 1000 mg/L - Larutan induk tembaga 1000 mg/L - Akuades


(44)

- H2SO4 97 % E.Merck

- H2O2 30 % E.Merck

3.3Prosedur Penelitian 3.3.1 Penyediaan Sampel

Bubuk kopi dimasukkan kedalam cawan penguap, lalu dikeringkan didalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan dimasukkan kedalam desikator.

3.3.2 Pembuatan larutan standar Seng 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk logam seng 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.3 Pembuatan larutan standar Seng 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk logam seng 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.4 Pembuatan larutan standar Seng 5 mg/L

Sebanyak 25 mL larutan induk logam seng 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.5 Pembuatan larutan Seri Standar Seng 0,5 ; 1,0 ; 1,5 dan 2,0 mg/L

Sebanyak 5; 10; 15 dan 20 mL larutan seng 5 mg/L dimasukkan dalam 4 buah labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan seri standar seng 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/L.

3.3.6 Pembuatan Kurva Standar

Larutan seri standar seng 0,5 mg/L dibuat pH 3 kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik =

213,9 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/L.


(45)

3.3.7 Pembuatan larutan standar Tembaga 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk logam Tembaga 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.8 Pembuatan larutan standar Tembaga 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk logam Tembaga 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.9 Pembuatan larutan standar Tembaga 5 mg/L

Sebanyak 25 mL larutan induk logam Tembaga 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

3.3.10 Pembuatan larutan Seri Standar Tembaga 0,5 ; 1,0 ; 1,5 dan 2,0 mg/L

Sebanyak 5; 10; 15 dan 20 mL larutan Tembaga 5 mg/L dimasukkan dalam 4 buah labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan seri standar seng 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/L.

3.3.11 Pembuatan Kurva Standar

Larutan seri standar Tembaga 0,5 mg/L dibuat pH 3 kemudian diukur

absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik =

324,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/L.

3.3.12 Penentuan Kadar Seng dan Tembaga pada Sampel

Sebanyak 5 g sampel kering dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan 2 mL H2SO4 pekat dicampur ratakan

sehingga diperoleh larutan sampel.

Larutan sampel tersebut ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan 3 mL H2O2 30 %

kemudian dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit sampai terbentuk larutan berwarna kuning jernih lalu didinginkan.


(46)

Hasil dekstruksi disaring dengan kertas saring Whatman No.42 kemudian filtrat diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dalam labu takar 50 mL dan diatur pH=3. Absorbansi larutan seng dan tembaga diukur dengan Spektrofotometer

Serapan Atom pada λspesifik = 213,9 nm dan λspesifik = 324,8 nm. (Perlakuan dilakukan

sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk kopi bubuk buatan rumah tangga).

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1. Preparasi Sampel

Dimasukkan kedalam cawan penguap

Dikeringkan didalam oven pada suhu 105 oC selama 5 jam

Dimasukkan kedalam desikator

Sampel kopi bubuk


(47)

3.4.2.Analisis Sampel dengan Metode Dekstruksi Basah (SNI 01-3551-2000)

Dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 10 mL HNO3 pekat

Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat

Dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit Didinginkan

Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat

Ditambahkan 3 ml H2O2 30 %

Dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit Didinginkan

Disaring dengan kertas saring whatman No.42

Diencerkan dengan aquades dalam labu takar 50 mL Dibuat pH = 3

Diukur absorbansi Zn dengan Spektrofotometer Serapan Atom

pada λspesifik = 213,9 nm

Diukur absorbansi Cu dengan Spektrofotometer Serapan Atom

pada λspesifik = 324,8 nm 500 g sampel kering

Larutan sampel

larutan kuning jernih

Filtrat Residu


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Logam Zn

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom(SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Zn dapat dilihat pada table 4.1

Tabel 4.1 Kondisi Alat SSA Merek Shimadzu Tipe AA-6300 pada Pengukuran

Konsentrasi Logam Zn

No Parameter Logam Zn

1 2 3 4 5 6

Panjang gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar(L/min) Kecepatan aliran udara (L/min)

Lebar celah (nm)

Ketinggian tungku(mm)

213,9 Udara-C2H2

2,0 15,0

0,7 7


(49)

Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Seri Standart Zn

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata

0,0000 0,0035

0,5000 0,2317

1,0000 0,4043

1,5000 0,5604

2,0000 0,7719

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Seng (Zn)

4.1.2 Logam Cu

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Cu dapat dilihat pada table 4.3


(50)

Tabel 4.3 Kondisi Alat SSA Merek Shimadzu Tipe AA-6300 pada Pengukuran Konsentrasi Logam Cu

No Parameter Logam Zn

1 2 3 4 5 6

Panjang gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar(L/min) Kecepatan aliran udara (L/min)

Lebar celah (nm)

Ketinggian tungku(mm)

324.8 Udara-C2H2

1,8 15,0

0,7 7

Tabel 4.4 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Cu

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata

0,0000 0,0004

0,5000 0,0521

1,0000 0,1126

1,5000 0,1410


(51)

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Tembaga (Cu)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Logam Zn

4.2.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar seng pada tabel 4.2 diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data terdapat pada tabel 4.5.


(52)

Tabel 4.5 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square untuk Zn

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y)

1 0,0000 0,0035 -1,0000 -0,3909 1,0000 0,1528 0,3909

2 0,5000 0,2317 -0,5000 -0,1627 0,2500 0,0265 0,0814

3 1,0000 0,4043 0,0000 0,0099 0,0000 0,0001 0,0000

4 1,5000 0,5604 0,5000 0,1660 0,2500 0,0275 0,0830

5 2,0000 0,7719 1,0000 0,3775 1,0000 0,1425 0,3775

∑ 5,0000 1,9718 0,0000 0,0002 2,5000 0,3503 0,9328

X = 1

5 0000 , 5 = = ∑ n Xi

Y = 0,3944

5 9718 , 1 = = ∑ n Yi

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis

y = αx + b

Dimana :

α = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut :

α = 2

) ( ) )( ( X Xi Y Yi X Xi − ∑− − ∑

b = y - αx

Dengan mensubtitusikan harga-harga yang tercantum pada table 4.5 pada persamaan ini maka diperoleh :

3731 , 0 5000 , 2 9328 , 0 = = α


(53)

Maka diperoleh persamaan garis :

y = 0,3731x + 0,0213

4.2.1.2Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

[

]

2

1 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Yi X Xi Y Yi X Xi r − − − ∑ − − ∑ =

Maka koefisien korelasi untuk Seng (Zn) adalah :

[

] [

]

0,9358 0,9968

9328 , 0 8758 , 0 9328 , 0 3503 , 0 5 , 2 9328 , 0 2 1 2

1 = = =

= x r

4.2.1.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari logam Zn, maka diambil salah satu data hasil pengukuran absorbansi pada logam Zn dari sampel kopi bubuk pada minggu tertentu.Data dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Absoransi Logam Zn Pada Kopi Bubuk Industri Pabrik dan Industri Rumah Tangga dengan Metode Dekstrusi Basah Secara SSA

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata-Rata (A)

A1 A2 A3

KBP I

II III IV 0,2407 0,3820 0,2508 0,3795 0,2405 0,3838 0,2507 0,3773 0,2408 0,3842 0,2508 0,3788 0,2407 0,3833 0,2508 0,3785

KBRT I

II III IV 0,5036 0,5498 0,4863 0,5012 0,5023 0,5471 0,4892 0,5033 0,5006 0,5509 0,4709 0,5023 0,5022 0,5493 0,4821 0,5023


(54)

Keterangan :

KBP : Kopi Bubuk Industri Pabrik

KBRT : Kopi Bubuk Industri Rumah Tangga

Konsentrasi logam Zn untuk sampel kopi bubuk industri pabrik dapat dihitung dengan mensubtitusikan nilai Y (absorbansi) minggu I untuk perlakuan I kepersamaan garis regresi

y = 0,3731x + 0,0213 Maka diperoleh

A1 = 0,2407

A2 = 0,2405

A3 = 0,2408

X1 =0,5880 (X1 – X)2 = 0,0001 x 10-4

X2 = 0,5875 (X2 – X)2 = 0,0016 x 10-4

X3 = 0,5883 (X3 – X)2 = 0,0016 x 10-4

X = 0,5879 ∑ (Xi – X)2 = 0,0033 x 104

Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk : X ± d (mg/L)

dimana : d = t(P.dk)Sx

= −− ∑ = i n X Xi

S ( )

=

2 10 0033 ,

0 x −4

= 0,0406 x 10-2

002 , 0 7321 , 1 10 0406 , 0 2 = =

= x

n s Sx

Dari daftar t student untuk n=3, dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 3-1 = 2.Untuk derajat kepercayaan 95% (P = 0,05) nilai t = 4,30 maka :


(55)

d=t(P.dk)Sx

d=4,30 x 0,1x0,0002 d=86 x 10 -5 mg /L

Dari data hasil pengukuran kadar seng pada kopi bubuk industri pabrik pada minggu I untuk perlakuan I dengan metode dekstruksi basah adalah sebesar :

0,5879 ± 0,00086 mg /L.

4.2.1.4 Penentuan Kadar seng (Zn) Pada Kopi Bubuk Dalam Satuan mg/kg

Pengukuran kadar seng (Zn) dalam kopi bubuk industri pabrik pada minggu I untuk perlakuan I dengan metode dekstruksi basah dengan Spektrofotometer Serapan Atom :

Kadar logam Zn = x mg kg

h BeratConto

larut XxVolumePe

/ 106

= x mg kg

mg x

L Lx mg

/ 10 10

5

05 , 0 / 5879 ,

0 6

3

= 5,879 mg/kg

Hasil perhitungan kadar seng (Zn) pada kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga dapat dilihat pada tabel 1 dalam lampiran.


(56)

4.2.2 Logam Cu

4.2.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Tabel 4.7. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square untuk Cu

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y)

1 0,0000 0,0004 -1,0000 -0,1025 1,0000 0,0105 0,1025

2 0,5000 0,0521 -0,5000 -0,0508 0,2500 0,0026 0,0254

3 1,0000 0,1126 0,0000 0,0097 0,0000 0,0001 0,0000

4 1,5000 0,1410 0,5000 0,0381 0,2500 0,0015 0,0191

5 2,0000 0,2083 1,0000 0,1054 1,0000 0,0111 0,1054

∑ 5,0000 0,5144 0,0000 0,0001 2,5000 0,0258 0,2524

X = 1

5 0000 , 5 = = ∑ n Xi

Y = 0,1029

5 5144 , 0 = = ∑ n Yi

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis

y = αx + b

Dimana

α = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut :

2 ) ( ) )( ( X Xi Y Yi X Xi − ∑− − ∑ = α


(57)

Dengan mensubtitusikan harga-harga yang tercantum pada table 4.7 pada persamaan ini maka diperoleh :

α 0,1010 500 , 2 2524 , 0 = =

b = 0,1029 – 0,1010 (1) = 0,0019

Maka diperoleh persamaan garis :

y = 0,1010x + 0,0019

4.2.2.2Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : r =

[

]

2

1 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Yi X Xi Y Yi X Xi − − − ∑ − − ∑

Maka koefisien korelasi untuk tembaga (Cu) adalah : r =

[

] [

]

0,2540 0,9953

2528 , 0 0645 , 0 2528 , 0 0258 , 0 5 , 2 2524 , 0 2 1 2

1 = = =

x

4.2.2.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari logam Zn, maka diambil salah satu data hasil pengukuran absorbansi pada logam Zn dari sampel kopi bubuk pada minggu tertentu.Data dapat dilihat pada tabel 4.8.


(58)

Tabel 4.8. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Cu pada Kopi Bubuk Industri Pabrik dan Industri Rumah Tangga dengan Metode Dekstrusi Basah Secara SSA

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata-Rata (A)

A1 A2 A3

KBP I

II III IV 0,1228 0,1454 0,1356 0,1418 0,1214 0,1449 0,1346 0,1412 0,1222 0,1440 0,1339 0,1416 0,1221 0,1448 0,1343 0,1415

KBRT I

II III IV 0,1145 0,1228 0,1326 0,1226 0,1154 0,1219 0,1313 0,1221 0,1148 0,1219 0,1332 0,1229 0,1149 0,1222 0,1324 0,1225 Keterangan :

KBP : Kopi Bubuk Industri Pabrik

KBRT : Kopi Bubuk Industri Rumah Tangga

Konsentrasi logam Zn untuk sampel kopi bubuk industri pabrik dapat dihitung dengan mensubtitusikan nilai Y (absorbansi) minggu I untuk perlakuan I kepersamaan garis regresi :

y = 0,1010x + 0,0019 Maka diperoleh

A1 = 0,1228

A1 = 0,1214

A1 = 0,1222

X1 =1,1970 (X1 – X)2 = 0,4356 x 10-4

X2 = 1,1832 (X2 – X)2 = 0,5184 x 10-4

X3 = 1,1911 (X3 – X)2 = 0,0049 x 10-4

X = 1,1904 ∑ (Xi – X)2 = 0,9589 x 104

Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk :

X ± d (mg/L) dimana : d = t(P.dk)Sx


(59)

1 ) ( −− ∑ = n X Xi S = 2 10 9589 ,

0 x −4

= 0,6924 x 10 -2

004 , 0 7321 , 1 10 6924 , 0 2 = =

= x

n S Sx

Dari daftar t student untuk n=3, dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 3-1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (P = 0,05) nilai t = 4,30 maka :

d=t(P.dk)Sx

d=4,30 x 0,1x0,004 d=0,00172 mg /L

Dari data hasil pengukuran kadar tembaga pada kopi bubuk industri pabrik pada minggu I untuk perlakuan I dengan metode dekstruksi basah adalah sebesar :

1,1904 ± 0,00172 mg /L

4.2.2.4 Penentuan Kadar Tembaga (Cu) Pada Kopi Bubuk dalam Satuan mg/kg

Pengukuran kadar seng (Zn) dalam kopi bubuk industri pabrik pada minggu I untuk perlakuan I dengan metode dekstruksi basah dengan Spektrofotometer Serapan Atom :

Kadar Logam Cu= x mg kg

BeratConth larut XxVolumePe

/ 106

= 3

10 . 5 05 , 0 / 1904 ,

1 mg Lx L

= 11,904 mg/kg

Hasil perhitungan kadar tembaga (Cu) pada kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga dapat dilihat pada tabel 2 dalam lampiran.


(60)

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kadar Zn dan Cu pada kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga dengan variasi persatu minggu pengambilan sampel.

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah kadar Zn dan Cu yang terkandung dalam kopi bubuk tersebut masih dalam batas terkendali. Menurut syarat mutu SNI 01-3542-2004 tentang kopi bubuk, kadar maksimum cemaran Zn dan Cu adalah 40 mg/kg.(SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional)

Kurva kalibrasi larutan seri standar Zn dan Cu (tabel 4.5 dan tablel 4.7) dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan standar Zn dan Cu dengan menggunakan metode Least Square sehingga diperoleh persamaan garis linear untuk Zn, y = 0,1010x + 0,0019 dengan grafik pada gambar 1, dan untuk Cu, y = 0,1010x + 0,0019 dengan grafik pada gambar 2.

Dalam penentuan apakah suatu penelitian memiliki titik yang sejajar pada kurva kalibrasi dengan harga slope positif dapat dilihat dari perhitungan koefisien korelasi untuk Zn = 0,9968 dan Cu=0,9953. Hal ini menunjukkan adanya hubungan atau korelasi positif antara konsentrasi dengan absorbansi. Pada penelitian analitik, grafik kurva kalibrasi yang baik ditunjukkan dengan harga r ≥ 0,99. (Miller

J.C.N.1986)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar Zn dan Cu untuk masing-masing sampel berbeda-beda. Untuk kopi bubuk industri pabrik,logam Zn mengalami peningkatan pada minggu ke II dan IV, dan logam Cu mengalami peningkatan pada minggu ke II.Untuk kopi bubuk industri rumah tangga,logam Zn mengalami peningkatan pada minggu ke II dan logam Cu mengalami peningkatan pada minggu ke III.

Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi geografis yang berbeda dari tiap lahan perkebunan kopi tersebut, proses pengolahan seperti perendangan ,penggilingan dan pengemasan juga menjadi faktor yang menyebabkan kadar logam pada kopi bubuk tersebut berbeda.

Untuk sampel kopi bubuk industri pabrik diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn = 7,872 mg/kg dan untuk Cu= 13,256 mg/kg.Untuk sampel kopi bubuk industri rumah tangga diperoleh konsentrasi rata-rata untuk Zn=13,071 mg/kg dan untuk Cu = 11,990 mg/kg.

Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga yang dianalisa masih berada dalam standar syarat mutu kopi bubuk menurut SNI 01-3542-2004, dimana kadar maksimum cemaran logam Zn dan Cu dalam kopi bubuk adalah 40 mg/kg, sehingga kopi bubuk tersebut masih layak dikonsumsi jika ditinjau dari parameter tersebut


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk sampel kopi bubuk industri pabrik diperoleh konsentrasi untuk :

a. Zn = 7,872 mg/kg

b. Cu = 13,256 mg/kg.

Untuk sampel kopi bubuk industri rumah tangga diperoleh konsentrasi untuk :

a. Zn =13,071 mg/kg

b. Cu = 11,990 mg/kg.

2. Kadar seng dan tembaga yang terkandung dalam kopi bubuk yang dianalisa

tersebut masih sesuai dengan syarat mutu SNI 01-3542-2004.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini hanya memberikan informasi kadar Logam Zn dan Cu saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap cemaran mikroba dan kandungan logam berat lain di dalam kopi, yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius

Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anderson, R. 1987. Sample Pretreatment and Separation. New York: Jhon Wiley and Sons

Apriyanto, A. 1989. Analisis Pangan.Bogor:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press Frances, S. 2006. Nutrition Consep And Cpntroversis. Edisi kesepuluh. Amerika:

Thomson Wadsworth

Greenberg, A.et al. 1985. Standart Methhods for The Examination of Water and

Wastewater. Sixth Edition. DC: American Public Health Association.

Haswell, S.J. 1991. Atomoc Absorption Spectrometry Theory,Design,and application. New York: Elsevier Science Publishing Company Inc.

Heryando, P. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Pt.Rineka Cipta

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press Linder, C.M. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press Mulyono. 2006. Kamus Kimia.Cetakan Pertama. Jakarta: Gramedia

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SNI-01-3542-2004. Tahun 2004. Kopi Bubuk. Badan Standar Nasional

Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Vogel,A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(63)

(64)

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kadar Seng pada Kopi Bubuk dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

No Sampel Minggu Kadar Logam

Zn(mg/L)

Kadar Logam Zn(mg/Kg)

1 KBP I 0,5879 ± 0,00086 5,879

II 0,9704 ± 0,00077 9,704

III 0,61150 ± 0,00043 6,150

IV 0,9575 ± 0,00086 9,575

2 KBRT I 1,2889 ± 0,00100 12,889

II 1,4151 ± 0,00129 14,151

III 1,2351 ± 0,00052 12,351

IV 1,2891 ± 0,00069 12,891

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kadar Tembaga pada Kopi Bubuk dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

No Sampel Minggu Kadar Logam

Cu(mg/L)

Kadar Logam Cu(mg/Kg)

1 KBP I 1,1904 ± 0,00172 11,904

II 1,4145 ± 0,00172 14,145

III 1,3149 ± 0,00215 13,149

IV 1,3825 ± 0,00129 13,825

2 KBRT I 1,1188 ± 0,00129 11,188

II 1,1911 ± 0,00125 11,911

III 1,2918 ± 0,00215 12,918


(65)

Tabel 3. Batas Kandungan Logam yang Direkomendasikan iuntuk Konsumsi Menurut Ketentuan FAO/WHO (JECFA = Joint Expert Committee on Food Additivies)

Logam Ketentuan Mg/orang Mg/kg (b/b) µg/kg (b/b)

Cd Cu Pb Hg (total) Hg (metil) P Sn (anorganik) Zn PTWI PMTDI PTWI PTWI PTWI MTDI PMTDI PMTDI 0,5 - 3,0 0,3 0,2 - - - 0,0083 0,05 – 0,5 0,05 0,005 0,0033 70,0 2,0 0,3-1,0 8,3 50-500 50,0 5,0 3,3 70000,0 2000,0 300-1000


(66)

Tabel.4. Syarat Mutu Kopi Bubuk

No Kriteria Uji Persyaratan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keadaan Bau Rasa Warna Air Abu

Kealkalian Abu (ml x .NaOH/100g) Sari Kopi Bahan-bahan lain Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)

Cemaran Arsen (As) Cemaran Mikroba Angka Lempeng total Kapang

Normal Normal Normal

Maksimal 7 % b/b Maksimal 5 % b/b Minimal 35

Maksimal 60 % b/b Boleh ada

Maksimal 2,0 mg/kg Maksimal 30,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 0,03 mg/kg Maksimal 1,0 mg/kg

Maksimal 106 Koloni/g Maksimal 104 Koloni/g Sumber : SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk sampel kopi bubuk industri pabrik diperoleh konsentrasi untuk :

a. Zn = 7,872 mg/kg b. Cu = 13,256 mg/kg.

Untuk sampel kopi bubuk industri rumah tangga diperoleh konsentrasi untuk : a. Zn =13,071 mg/kg

b. Cu = 11,990 mg/kg.

2. Kadar seng dan tembaga yang terkandung dalam kopi bubuk yang dianalisa tersebut masih sesuai dengan syarat mutu SNI 01-3542-2004.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini hanya memberikan informasi kadar Logam Zn dan Cu saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap cemaran mikroba dan kandungan logam berat lain di dalam kopi, yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius

Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anderson, R. 1987. Sample Pretreatment and Separation. New York: Jhon Wiley and Sons

Apriyanto, A. 1989. Analisis Pangan.Bogor:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press Frances, S. 2006. Nutrition Consep And Cpntroversis. Edisi kesepuluh. Amerika:

Thomson Wadsworth

Greenberg, A.et al. 1985. Standart Methhods for The Examination of Water and

Wastewater. Sixth Edition. DC: American Public Health Association.

Haswell, S.J. 1991. Atomoc Absorption Spectrometry Theory,Design,and application. New York: Elsevier Science Publishing Company Inc.

Heryando, P. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Pt.Rineka Cipta

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press Linder, C.M. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press Mulyono. 2006. Kamus Kimia.Cetakan Pertama. Jakarta: Gramedia

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SNI-01-3542-2004. Tahun 2004. Kopi Bubuk. Badan Standar Nasional

Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Vogel,A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(3)

(4)

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kadar Seng pada Kopi Bubuk dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

No Sampel Minggu Kadar Logam

Zn(mg/L)

Kadar Logam Zn(mg/Kg)

1 KBP I 0,5879 ± 0,00086 5,879

II 0,9704 ± 0,00077 9,704 III 0,61150 ± 0,00043 6,150 IV 0,9575 ± 0,00086 9,575

2 KBRT I 1,2889 ± 0,00100 12,889

II 1,4151 ± 0,00129 14,151 III 1,2351 ± 0,00052 12,351 IV 1,2891 ± 0,00069 12,891

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kadar Tembaga pada Kopi Bubuk dengan Metode Dekstruksi Basah Secara SSA

No Sampel Minggu Kadar Logam

Cu(mg/L)

Kadar Logam Cu(mg/Kg)

1 KBP I 1,1904 ± 0,00172 11,904

II 1,4145 ± 0,00172 14,145 III 1,3149 ± 0,00215 13,149 IV 1,3825 ± 0,00129 13,825

2 KBRT I 1,1188 ± 0,00129 11,188

II 1,1911 ± 0,00125 11,911 III 1,2918 ± 0,00215 12,918 IV 1,1944 ± 0,00086 11,944


(5)

Tabel 3. Batas Kandungan Logam yang Direkomendasikan iuntuk Konsumsi Menurut Ketentuan FAO/WHO (JECFA = Joint Expert Committee on Food Additivies)

Logam Ketentuan Mg/orang Mg/kg (b/b) µg/kg (b/b) Cd Cu Pb Hg (total) Hg (metil) P Sn (anorganik) Zn PTWI PMTDI PTWI PTWI PTWI MTDI PMTDI PMTDI 0,5 - 3,0 0,3 0,2 - - - 0,0083 0,05 – 0,5 0,05 0,005 0,0033 70,0 2,0 0,3-1,0 8,3 50-500 50,0 5,0 3,3 70000,0 2000,0 300-1000


(6)

Tabel.4. Syarat Mutu Kopi Bubuk

No Kriteria Uji Persyaratan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keadaan Bau Rasa Warna Air Abu

Kealkalian Abu (ml x .NaOH/100g) Sari Kopi Bahan-bahan lain Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)

Cemaran Arsen (As) Cemaran Mikroba Angka Lempeng total Kapang

Normal Normal Normal

Maksimal 7 % b/b Maksimal 5 % b/b Minimal 35

Maksimal 60 % b/b Boleh ada

Maksimal 2,0 mg/kg Maksimal 30,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 40,0 mg/kg Maksimal 0,03 mg/kg Maksimal 1,0 mg/kg

Maksimal 106 Koloni/g Maksimal 104 Koloni/g Sumber : SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional